"Pergi ke Hotel G kan." Ujarnya mencoba mengajak ku berbicara.
Dari awal aku pergi bersamanya kami sudah tak saling bicara dan memilih diam seribu bahasa, entah karena suasananya yang canggung atau karena kami tak ada topik yang harus di bicarakan.
"Lu mau nyerahin design final kan." Ujar nya lagi berbicara padaku.
"Kamu tau dari mana aku ada janji di hotel G!" Tanyaku heran.
"Apa sih yang gua gak tau!" Jawab nya tetap fokus mengemudi. "Gua juga punya janji dengan klien di hotel G!"
"Janji!"
"Iya!" Jawabnya.
"Tapi kamu kan baru aja sembuh!" Ujar ku yang terlihat seperti memperdulikan nya.
Dia langsung melotot kearah ku karena kaget dengan reaksi ku.
"Lu mikir nya kemana sih!" Ujarnya tersenyum."Jangan traveling deh, gua cuman janjian ketemuan ama klien di meeting room, gak janjian di kamar." Timpal nya.
"Serah sih, mau janjian dimana aja, bukan urusan ku!" Jawab ku kesal.
"Beneran ni!"
"Apaan sih!!"Jawabku risih.
"Ok. Kamu yang minta!" Ujar nya sambil tersenyum.
Apa sih pakboy sialan ini, Kenapa dia bersemangat sekali ingin membuatku sengsara. Padahal baru saja sembuh, gak mungkin juga saking gak tahan nya gak gituan, di hari pertama sembuh masak langsung ke hotel.
"Kamu bukannya harus istirahat dirumah!!" Tanyaku dengan nada mengintimidasi.
"Harusnya sekarang masih istirahat di rumah, tapi ya mau gimana lagi klien kali ini penting banget buat gua." Jawabnya tapi masih fokus mengemudi.
"Segitu penting banget ya sampai kamu gak bisa gak pergi buat janjian ketemuan di hotel." Tanyaku dengan nada sewot.
"Iya, penting banget. Klien satu ini paling penting bagi hidup gua." Jawabnya tanpa berdosa, padahal dia sedang mengatakan hal ini kepada istrinya sendiri.
"Apa dia yang udah bikin luka bekas sirkumsisi kamu bermasalah." Tanyaku sambil mengepalkan kedua tangan ku kuat-kuat.
"Kalau gua bilang iya kenapa!!" Jawab nya tanpa memikirkan perasaan ku.
"Gak papa sih." Ujar ku memalingkan tatapanku agar tak melihat wajahnya.
"Lu gak capek apa!?" Ujarnya menatapku. "Hidup dalam ketidakjelasan kayak gini. Meskipun gua tau lu bersikap sewajarnya seperti istri yang menyandang status menikah tanpa cinta, tetap aja lu juga punya perasaan ke gua meskipun lu udah berusaha menolaknya." Ucapnya seperti membaca isi kepalaku.
Aku terdiam menatapnya yang masih fokus menyetir. Aku ingin bilang kalau aku capek, sangat capek.
Aku lelah dengan semua yang terjadi, aku lelah menghadapinya, menghadapi perasaan ku sendiri, aku ingin semua ini berakhir dengan baik jika aku melakukan sesuatu. Tapi aku tak punya keberanian, aku terlalu takut jika di hadapkan lagi dengan kekecewaan.
"Aku baik-baik aja kayak gini." Jawabku menyembunyikan wajahku yang berbohong.
"Yakin!" Ujar nya mengemudi dengan tenang.
"Bukan nya Hendri bilang kalau lu nangis pas tau keadaan gua yang sebenarnya, terus lu juga gak mau dengar penjelasan apa pun dari Hendri. Setelah itu lu ngurung diri di kamar sambil nangis!!" Timpalnya sambil melirik ku.
Hendri sial*an! Kenapa dia memberitahukan sesuatu yang menjadi aib ku.
"Walaupun lu gak mau denger apa pun yang bersangkutan ama gua dari Hendri, gua juga ga niat ngenjelasin semuanya ke lu." Ucap nya melirik ku.
"aku gak butuh penjelasan apa pun!" Jawab ku tegas walaupun rasanya dada ku sesak.
"Jadi lu mau hidup kayak gini terus. Hidup dalam kesalahpahaman."
"Gak ada salah paham. Aku gak mau denger penjelasan apa pun dari Hendri karena dia asisten pribadi kamu, dia bakalan belain kamu habis-habisan dan gak bakalan biarin Tuan nya ada di pikiran negatif semua orang." Ujar ku berargumen dengan nya, meskipun aku tahu aku sudah gila berdebat dengan orang sepertinya.
"Udah sampai." Ujar nya yang tak mengindahkan omongan ku barusan, dan terlihat mengalihkan pembicaraan tadi.
Aku bingung dan melihat ke sana kemari, ternyata hotel G tak berada jauh dari kediaman kami.
"Lu turun disini aja." Ujar nya lalu melepaskan sabuk pengaman ku, dan membukakan aku pintu.
Dia mengalihkan pembicaraan dan mengusirku dari mobilnya agar aku tak terlibat pertengkaran dengannya.
Wajah nya terlihat kesal, tapi entah mengapa dia terlihat berusaha menahan emosi lebih keras dari biasanya.
**********
"Ibuk Anya Arelista!" Sapa lelaki yang merupakan manejer hotel ini, sambil menjulurkan tangan nya padaku.
"Ah..iya saya!!" Balasku ramah.
"Udah nunggu lama gak." Tanya nya tersenyum ramah.
"Enggak kok, saya baru aja datang." Jawabku menjabat tangannya.
"mengenai design final yang akan kita bicarakan nanti, sepertinya bukan saya yang akan menangani hal ini." Ujar nya.
"Loh, kenapa ya?" Tanyaku.
"Soalnya pemilik hotel ini memerintahkan saya untuk menyerahkan design restoran ini langsung kepada beliau." Jelas nya tersenyum ramah.
"Pemilik hotel ini, maksudnya beliau ingin menangani secara langsung dan ikut andil mengawasinya." Tanya ku, kalau-kalau salah mendengar perkataan manager hotel ini.
"Iya benar Nona. Beliau sedang menunggu di atas." Ujarnya tersenyum ramah. Namun senyumnya terlihat menyembunyikan sesuatu yang terlihat licik di mataku.
"Mari saya antar!!" Ucap nya menggiring ku menuju tempat yang di janjikan.
Dia membawaku naik ke lantai atas menggunakan lift, namun aku merasa aneh setelah dia memencet lantai atas. karena letak restoran yang akan menjadi ladang pekerjaan ku berada di lantai 3, tapi dia melewatinya dan memenjet lantai 12.
"Silahkan Nona, Beliau sudah menunggu di dalam." Ujarnya sambil membuka sedikit kamar hotel dan mempersilahkan aku masuk.
"Be-bercanda ya, saya kan disini ingin membicarakan kesepakatan akhir design, kenapa saya malah di bawa ke kamar hotel." Ujarku yang sudah mulai panik karena ada yang tidak beres dengan manager hotel ini.
"Maaf Nona saya hanya menuruti perintah!" Ujar nya lalu mendorong ku masuk ke dalam kamar sampai aku tak bisa lagi berbuat apa-apa.
"Hei..." Ujar ku sambil menahan pintu yang akan tertutup.
Tapi percuma, dia menutup pintu itu dengan cepat, dan membuatku terkunci di dalam nya.
"Sial*n..." Umpat ku kesal sambil berteriak. "Buka pintunya brengs*k." Teriak ku memukul pintu.
Gimana nih, kenapa setiap detik kehidupku ku selalu ku lalui dengan kesialan.
Aku terdiam sejenak saat mengetahui kalau ada seseorang yang berada di dalam kamar ini selain diriku.
"Hallo, bisa kita mulai meeting nya." Ujar suara lelaki di belakang ku.
Siapa itu?
G*rmo, mungkin kah aku di jual oleh manager hotel tadi kepada seorang g*rmo.
"Ow..****?" Umpat ku sambil mematung di depan pintu tanpa bergerak.
Aku harus menyusun rencana pelarian diri, saat lelaki itu ingin melakukaan sesuatu yang mengancam nyawaku, aku akan menggunakan teknik bela diriku dan kabur secepat mungkin.
Ku dengar suara langkah kaki yang mendekat kearah ku. Lalu dengan cepat ku layangkan pukulan telak mengarah ke tulang pipinya, tanpa mengabaikan gravitasi tubuhku sendiri.
TAP....
Laki-laki itu menangkap tangan ku dan berhasil menepis serangan ku dengan sangat cepat.
"Gak bisa di omongin baik-baik apa!" Ujar nya memegang kedua lengan ku dan mengembalikan posisi berdiri ku, yang ternyata g*rmo yang ku maksud adalah suami ku sendiri.
"Hai!" Sapa Archie yang terlihat senang.
"Kamu ngapain disini?" Tanyaku dengan wajah merah tak bisa mengungkap kan rasa gembira ku kerena yang ku lihat adalah dirinya dan bukan lah g*rmo.
"Lu juga ngapain disini?" Tanya nya balik.
"Aku sedang mencari pe-pemilik hotel" Jawab ku agak kikuk karena masih kaget akan kehadirannya di kamar ini.
"Lah, iya. Gua pemilik nya." Jawabnya santai.
"Kamu." Ujarku meragukannya.
"Ho'oh. Hotel G udah beralih kepemilikannya sekarang!!" Jelas nya sambil menyilangkan kaki nya duduk di atas sofa.
"Sejak kapan?" Tanya ku.
"Sekitar seminggu yang lalu." Jawabnya.
"Terus kenapa tadi kamu gak pernah bilang."
"Gua kan tadi udah ngomong pengen ketemu klien, dan lu malah ngajakin gua ngamar." Jawabnya menyentil jidat ku.
"Jadi maksud kamu, klien yang tadi kamu maksud..."
"Kaget kan lu." Ledeknya menjentikkan jarinya kearah ku.
"Astaga!!" Ucapku menepuk jidat sambil tertawa.
Padahal 30 menit yang lalu kami hampir bertengkar karena masalah ini.
"Kamu beneran pengen meeting dengan ku di sini." Tanyaku terheran-heran.
"Kan tadi lu sendiri yang minta."
"Tapi kan maksudku gak gitu."
"Gua itung ampe 5 nih, kalau lu ga presentasi juga.."
"Ya udah, iya, iya. Astaga!" Ujarku kesal sambil mengeluarkan laptop ku beserta berkas lainnya.
"Disini!" Panggilnya lalu merebahkan diri di atas kasur dengan posisi menyamping menghadap ku.
"Apa?"
"Presentasi nya disini." Ulangnya lagi sambil menepuk-nepuk kasur.
"Hahh..."
Aku hampir melupakan betapa absudnya Archie itu, sampai melakukan hal sepenting ini sebagai mainannya.
Karena aku tak bergerak, dia langsung bertindak dan menggotong tubuhku ke atas kasur.
"Archie, kamu ini apa-apaan!" Tanyaku panik.
Dia hanya tersenyum dan tak mengidahkanku.
"Ok. mulai presentasi nya, tunjukin design final lu." Ujarnya santai sambil selojoran di depan ku.
"Ini aneh banget. Gak pernah ada di dunia ini orang seaneh kamu yang ngajakin meeting sepenting ini di atas kasur dan di dalam kamar hotel." Jawabku.
"Padahal lu seneng kan."
"Ya udah kita mulai nih!" Potong ku agar tak terlibat pembicaraan yang aneh-aneh dengan nya saat di atas ranjang.
"Baik, design yang kita sepakati dari awal adalah gaya vintage yang memang sangat cocok dengan image tempat ini."
Aku menjelaskan isi presentasi ku di depan nya selama hampir 10 menit, dan selama presentasi tersebut berjalan, dia menatap ku terus menerus tanpa memperhatikan isi presentasi yang aku jelas kan.
"Apa ada yang ingin anda tanyakan mengenai design final yang saya rancang ini, Tuan Archie." Tanyaku.
"Oh, tentu ada." Jawabnya.
"Yah, silahkan Tuan."
"Cantik banget sih lu. Boleh gak gua bilang kalau gua gak bakal ngelepas lu, apa pun yang bakalan terjadi nanti." Ujarnya melontarkan pertanyaan soal materi yang aku presentasikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 457 Episodes
Comments
Machan
cie... cie ... cieeeee
2021-11-06
1
ZaZa
daebak...jika dunia nyata seperti di nopel...udah nikah gue ama lee min ho🤭🤭🤭
2021-08-05
0
MyNameIs
uwuuwu,,, meeting di kamar 🤔🤔😀
2021-02-08
0