Dia duduk menghadap ke arahku, dan seketika saja selimut yang menutupi tubuhnya tersibak, dan nampaklah paha mulusnya yang bahkan sama mulus dengan kulit bayi, karena dia hanya memakai kolor saat tidur.
Sialan kau Archie. Jika kelakuanmu seperti ini terus, mana bisa aku mempertahankan kewarasanku.
"Gua gak bisa tidur!!" Ujarnya dengan suara lirih dan setengah berbisik, matanya sayu memandang ke depan di sertai rambut coklatnya yang acak-acakan.
Deg..Seerrrrr...Shalala la..
Tubuhku langsung merinding mendengar suara lirih nya nan seksi itu, di tambah penampakan indah yang terpampang di depan mataku.
Hold on.
Tenang Anya, aku tak boleh goyah, ini tak bisa di biarkan. Aku harus segera mengeluarkannya dari sini sebelum terjadi hal buruk dengannya karena ulahku yang tak bisa mengendalikan diri.
"Ya, terus memangnya kenapa!" Jawabku berpura-pura bersikap santai.
Dia menautkan tangan sebelah kanannya untuk menopang wajahnya, lalu memejamkan mata dengan ekspresi malas.
"Apa ya..emangnya apa yang biasa di lakuin sepasang suami istri di malam yang dingin nan syahdu kalo mereka gak bisa tidur?" Ujarnya memasang umpan dan menatapku dengan pandangan sayu.
Skak Mat, ini adalah kode paling sederhana yang di lontarkan pasangan pasutri yang baru menikah.
"Bi-biasanya sih, mereka itu ngobrol sampai pagi!" Jawabku yang mulai tak bisa mengontrol diriku sendiri karena terpancing.
"Hmmmhhh.." Ujarnya sambil memandang langit-langit, tatapan mata nya yang sayu dan rona pipinya yang berwarna kemerahan membuatku tambah mengigil karena gemas, dia terlihat seperti kucing anggora putih yang mengantuk. "Ngobrolin apaan, gabut banget ampe pagi."
"Macem-macem lah, pokoknya ngobrol!!" Jawabku asal.
"Lu lagi ngapain, kok belum tidur?" Tanyanya melihat tumpukan kertas dan gambar-gambar yang masih ku kerjakan.
"Oh aku lagi me review design ku, udah hampir selesai sih, hanya tinggal beberapa langkah lagi!" Jawabku sambil menunjukan gambar-gambar design interior yang ku buat.
Dia terlihat tidak tertarik sama sekali meskipun telah bertanya. Dan terlihat jelas di wajahnya kalau dia terang-terangan mengacuhkan ku.
"Gua boleh tidur disini gak!!" Tanyanya memeles dan merapikan baju piyamanya yg memperlihatkan sedikit dadanya yang bidang.
Pertanyaan yang luar biasa bodoh Archie Yuaga. tentu saja tidak, kita itu menikah tanpa rasa cinta bahkan pernikahan konyol yang seperti ini seharusnya sudah musnah sejak zaman siti nurbaya, itulah yang ada dalam benakku dan ingin sekali mengatakan itu padanya meskipun tak terlontar dari mulutku.
"Enggak, cepat keluar dari kamarku!!" Jawabku tegas.
Tapi dia tak mengidahkan perkataanku dan menepuk-nepuk kasur yang ada di sampingnya.
"Anya, sini deh." Panggilnya dengan suara lirih dan setengah berbisik.
"Aku belum ngantuk, lagian kerjaanku juga belum selesai." Ucapku dengan gelisah.
Archie bergeming dan terus menepuk-nepuk kasur disebelahnya.
"Sini.." Pintanya lagi dengan wajah memelas.
Ya ampun Gusti, benar-benar menguras iman. Aku benar-benar harus menahan diri, ini semua demi kebaikan dan masa depan cerahku.
Akhirnya aku memberanikan diri mendekat dan duduk disebelahnya tapi dengan jarak yang sangat jauh.
Dia pun menatap ku risih sambil menyilang kan kedua tangannya.
"Serius deh, gua tuh sebenarnya gak ada tertarik-tertariknya sama cewek burik kek lu." Timpalnya memandangiku dengan tatapan kesal.
Seharusnya aku tahu kalau wajahnya itu hanyalah covernya saja yang menutupi mulut busuknya.
Tanpa di duga, dia langsung menarik lenganku dan membuatku merepet di sebelahnya tanpa sedikit pun jarak.
Lalu dengan santai dia menyandarkan kepalanya di atas kepalaku. Karena perbedaan tinggi kami yang sangat jauh, maka kami berdua terlihat seperti tiang jemuran bersanding dengan pagar tanaman.
"Gua berharap lu mau sekamar bareng gua suatu hari nanti." Ucapnya seperti orang ngelindur.
"Itu tak mungkin terjadi!!" Balasku spontan. "Itu tak kan mungkin terjadi di antara kita."
"Napa lu yakin banget kalau lu ga bakalan jatuh cinta ama gua!!"
Aku diam saja dan menundukan tatapanku.
"Firasat." Balasku.
"Hhhmmmh.." Archie terdengar mendengus tawa di atas kepalaku. "Firasat gua malah mengatakan kalau lu bakalan jatuh cinta ama gua, lebih dari apa yang gua rasain sekarang."
Sontak aku mengangkat kepalaku dan memandangnya dari sudut ini yang hanya memperlihatkan lehernya yang jenjang.
"Apa maksudmu!"
"Hhhgg....Hhhh..."
Dia tak menjawab dan suara dengkuran halus keluar dari mulutnya.
Terasa tubuhnya yang bongsor itu menyandari tubuhku. Karena terasa berat, aku langsung mendorongnya dan merebahkan tubuhnya di atas kasurku.
Aku memperhatikan seksama wajah tidurnya. Luar biasa mahluk tuhan yang satu ini, wajah terlelap nya seperti malaikat, bulu matanya panjang bahkan suara dengkurannya halus.
"Apa yang barusan tadi kau katakan!" Tanyaku menanyai orang yang sedang tertidur.
************
Saat pagi tiba aku merasakan tubuh yang hangat dan lengan yang kuat memelukku, di sertai suara nafas yang halus memenuhi ubun-ubunku.
Berlahan aku membuka mataku, dan hal yang pertama ku lihat adalah aku tidur seranjang dengannya, saling berpelukan, memakai baju tipis yang hampir tanpa busana dan berada di dalam satu selimut.
Wa-wait a minute?
Aku tidak bisa mencerna kejadian pagi ini dengan benar, apa yang sebenarnya terjadi tadi malam.
Bukannya aku membiarkan dia tidur di kasurku dan aku tidur di atas sofa. Tapi kenapa aku bisa berada disini dan tidur seranjang dengannya. Dan lagi pula, apa-apaan ini, kapan aku mengganti baju ku sendiri dan memakai baju tipis ini di hadapan seorang laki-laki.
Karena panik, aku pun dengan spontan langsung mendorongnya menjauh, dan memaksanya melepaskan tubuhku yang terpaut oleh lengannya.
Saat itu juga dia malah menarik lenganku dan memelukku semakin erat. Kemudian dia mendekatkan bibirnya ke jidatku dan hembusan nafasnya yang memabukakan itu, membuat bulu kudukku berdiri.
"O-ha-io." Bisiknya pelan. *Translate, Selamat pagi dalam bahasa jepang.
Aku diam tak bereaksi, tubuhku seolah membeku dalam pelukannya. Aku merasa aneh karena baru kali ini di peluk oleh laki-laki lain selain Ayahku, dan bahkan semalaman tidur berdua dengan seorang lelaki di dalam kasur dan tempat tidur yang sama, di tambah hampir tak memakai busana.
****, kenapa aku berfikir kelakuan ku ini seperti perbuatan dosa, bukankah wajar kalau kami berdua seperti ini karena sudah sah di hadapan negara dan agama. Memangnya apalagi yang ku khawatirkan.
Plaakk...
Tiba-tiba tanpa sadar, aku malah menyentuh sesuatu yang tak seharusnya ku sentuh. Karena pergerakanku terbatas, maka dengan serampangan, aku malah menggeser tanganku ke sembarang arah dan menemukan benda keras, besar, memanjang dengan bulatan kenyal di antara benda keras itu.
"Apa yang sedang ku sentuh!!" Ucapku yang penasaran dan meraba-raba benda asing itu.
Sontak Archie membuka matanya lebar-lebar dan memandangku dengan wajah memerah.
"A-Anya, lu nga-pain!?" Tanya nya terbata-bata.
"Apa?!" Aku bingung dan tak mengerti.
Dia menyibak selimut yang menutupi tubuh kami berdua, dan nampaklah sesuatu yang amat memalukan di baliknya. Tanpa sadar, aku malah dengan nyaman memegang lebih tepatnya menggenggam benda keramat kepunyaaan Archie.
"Waaagghhh...!!" Pekikku kaget dan langsung melepaskan benda itu dari tanganku.
Aku menutup wajahku sendiri dengan selimut karena malu, sedangkan Archie memunggungiku dan menenangkan adik kecilnya yang tadi tanpa sengaja telah ku sentuh.
Si*l, apa yang telah ku lakukan, kenapa aku berbuat sesuatu yang aneh seperti ini.
************
"Jadi semalam aku benar-benar tidur di sofa dan kau memindahkan ku ke kasur karena kasihan." Ujarku setelah mendengarkan penjelasannya. "Lalu bagaimana dengan pakaianku, apa kau pikir aku bisa mengganti baju ku sendiri saat tidur."
"Lu emang ga bisa mengganti pakaian saat lagi molor, tapi lu bisa ngelepas pakaian lu sendiri karena AC di kamar lu semalam mati mendadak." Jelasnya menunjukan AC di dalam kamarku yang memang tak berfungsi.
"Jadi maksudmu semalam aku.."
"Iya lu buka baju.." Ucapnya Tersenyum smirk, "Gua udah liat semuanya kok, karena kasian takut lu masuk angin, akhirnya gua ngasih lu baju."
Aku membekap mulutku sendiri, karena tak percaya dengan apa yang barusan ku dengar. Apa aku benar-benar melakukan hal aneh seperti itu di hadapannya.
"Dan juga asal lu tau aja, pas gua udah selesai ngasih lu baju, lu malah bertindak agresif dan nyerang gua duluan." Ujarnya terkekeh.
"Bohong!!" Pekikku spontan, "mana mungkin aku berbuat seperti itu."
Dia tak membalas perkataanku, namun berjalan mendekat dan bergabung di atas tempat tidur bersama ku.
"Archie, kenapa kau mendekat." Tanyaku khawatir.
Dia tak menjawab, dan mangkin mendekat sampai tubuhku terpojok di sudut dinding.
"Dari semalam gua penasaran, apa pernah lu make tubuh ini buat senang-senang ama cowok lain selain gua." Ujarnya mendengus di dekat wajahku.
"Jangan samakan aku dengan cewek-cewek yang pernah kau kencani." Balasku murka.
"Apa lu sekarang lagi nyari pembenaran." Dia berjarak sangat dekat dengan tubuhku sampai-sampai bau napas paginya tercium di hidungku. "Apa lu bisa buktiin kalau lu ga pernah tidur bareng cowok lain!!"
"Apa?!" Aku emosi, "Kenapa kau bicara seolah-olah aku ini murahan."
"Maksudku, jaman sekarang memangnya ada orang yang masih mempertahankan kegadisannya, bahkan di negara asal gua hal seperti itu malah di anggap kuno.."
"Berhenti membuat omong kosong." Ucapku marah.
"Hei, gua ga lagi ngomong omong kosong!!" Ucapnya mendekat ke wajahku sampai terlihat seperti ingin bercumbu. "Gua lagi ngomong fakta, karena lu itu terlihat sangat menggairahkan kalau lagi di atas ranjang."
Mendengar perkataanya aku langsung bangkit dan mendorongnya dari tubuhku, tapi dia menarik lenganku dan membuat ku terpaut kembali dalam pelukannya, aku mencoba melawan dengan memegang lehernya dan mengunci pergerakannya, tapi ilmu bela diriku yang hanya segini belum bisa menandingi juara olimpiade pemegang 5 medali emas.
Dia dengan mudah membalik keadaan dan mengunci pergerakan ku, butuh sepuluh tahun bagiku untuk bisa menyaingi ilmu bela diri yang dia kuasai, bahkan dengan gerakan mudah seperti ini saja aku di buatnya tidak berkutik.
"Gua ga pernah ketemu ama orang yang menolak gua dengan jelas kayak lu." Bisik nya di telingaku dan menciumi dengan liar tengkuk leherku.
"Si*l, apa yang kau lakukan!" Pekikku yang berusaha menarik kedua tangan yang terkunci di punggungku.
"Sssshhttt... tenang, gua bakalan lebih lembut, gua janji." Ujarnya mengulas sekeliling belakang leherku.
"Archie, ka-kamu jangan kele-watan." Ucapku dengan suara bergetar, dan berlahan air mata ku mengalir karena merasa takut.
"Gak bakalan sakit kok, gua janji bakalan pelan-pelan. Lagian ini juga bukan pertama kalinya kan buat lu." Bisiknya lalu mengigit daun telingaku dengan lembut.
Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat tiba-tiba dia menanggalkan bajunya dan dengan beringas menciumi leherku.
Aku tidak berkutik, tidak ada celah untuk ku melawan, seakan ilmu bela diri yang aku kuasai selama bertahun-tahun bersama ayahku tak mempan terhadap juara olimpiade yang memenangkan 5 medali emas, bahkan di situasi seperti ini pun aku tidak bisa melawan dan melindungi diriku sendiri.
"Archie, ini tidak benar, kamu tau kalau aku belum bisa menerimamu?" Ujarku sambil terus berusaha meronta walaupun hanya bisa bergerak sedikit saja.
Dia tidak menghiraukan perkataan ku dan aku pun mulai merasakan rasa sakit di sekitar leherku setiap kali dia mendaratkan bibirnya menyentuh kulitku.
Apa yang sebenarnya dia lakukan, kenapa rasanya menyakitkan saat dia menyentuh leherku dengan bibirnya.
"Oke selesai!!" Ucapnya senang sambil tersenyum puas memperhatikan leherku.
"Apa yang kau..."
Aku melihat diriku di depan cermin, ciuman yang menyakitkan itu meninggalkan bekas merah yang memenuhi leherku.
"Gua kasih lu gigitan cinta." Bisiknya di dekat telingaku. "Sekarang lu itu milik gua."
Aku kembali menatap diriku sendiri di depan cermin, dan melihat dengan jelas jika tanda merah itu meninggalkan aib bagi seseorang yang belum menikah. Dan karena statusku yang belum jelas,maka orang-orang di luar sana, yang melihat tanda ini berbekas di tubuhku, akan berfikir kalau aku adalah wanita murahan.
"Selama gua ngasih tanda ini di tubuh lu, selama itu juga lu ga bakalan bisa bareng cowok lain selain gua."
"Dasar bodoh!!" Pekik ku mengamuk dan melemparinya bantal. "Gimana caraku ke kampus, Gimana aku menutupi bekas sebanyak ini!" Teriakku panik sambil bercermin.
"Kenapa di tutupin, bagus kok. itu artinya lu udah pernah tidur bareng gua!!" Jawabnya santai dan mengusap pipi ku.
"Kau mau aku terlihat murahan di depan semua orang, itu yang kau inginkan!!"Ujarku menepis tangannya.
Dia hanya tersenyum dan menatapku dengan pandangan puas.
"kamu tau kan kenapa pernikahan kita ini di rahasiakan, kamu juga pasti mengerti perasaanku yang menikah secara terpaksa, mungkin kamu merasa kalau aku murahan karena setuju-setuju saja menikah tanpa rasa suka, tapi aku tidak punya pilihan lain selain berbakti pada orang tua, aku tidak punya apa pun untuk di berikan kepada orang tua ku selain rasa hormat." Jelas ku dengan lantang dan memukul tubuhnya karena kesal di perlakukan seperti ini.
"Iya gua tau kok, gua yang sangat tau!!" Ucapnya menghentikan kedua tanganku yang memukul tubuhnya lalu mengusap kepalaku dengan lembut.
"kamu selalu membuat semua nya terlihat lebih mudah. Tapi kenyataanya hubungan kita tetap hanya status." Ucapku menundukan wajahku.
"Serah sih lu mau mikirnya gimana, tapi gua ga pernah mau ngelepasin lu gitu aja meskipun pernikahan kita cuman status." Ujarnya berdiri dan memungut bajunya di lantai.
"Dan ada satu hal yang harus lu tau, gua cuma ngasih gigitan cinta ini ama lu doang." Sambungnya lagi lalu menutup pintu kamarku.
"Bb-breng-sss-eekkk!"
Teriakku sambil mengubak abrik tempat tidurku dan melampiaskan kekesalanku pada selimut yang dia tinggalkan di kamarku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 457 Episodes
Comments
Hafiz Ghany
cuma gigitan cinta Nya 😍😍 jangan ngamuk ngamuk dung🤗🤗🤗
2022-05-24
1
Machan
dibikin deg deg seerrr ... terus di bikin ngamuk. oke lah, pinter banget lu raksasa
2021-10-22
0
ZaZa
jiwa jombloku ingin berkeliaran....tapi lagi ppkm level 4....njirrrr🤣
2021-08-01
0