"Nyonya, jika ingin membuat Tuan miskin dengan cepat, aku sarankan beli lah barang- barang yang sangat mahal dan jumlah nya sangat terbatas di dunia ini." Saran Hendri kepadaku.
Aku mengungkapkan isi hatiku kepadanya, kalau aku ingin sekali membuat Tuannya itu jatuh miskin dengan menghambur-hamburkan uangnya.
Tapi Hendri bilang butuh 7 kali reinkarnasi bagiku agar seluruh harta tuannya habis terkuras.
"Nyonya, aku sarankan kau mengunjungi toko ini, tuan sering mengunjungi toko ini jika berpergian dengan para tamu wanitanya." Ujar Hendri.
Hendri terdiam sejenak lalu menatapku lama, dan tiba-tiba saja dia membungkukan tubuhnya di tengah keramaian pengunjung mall.
"A-apa yang kau lakukan, Hendri!?" Aku panik.
"Maaf nyonya, aku telah lancang berbicara yang tidak perlu." Ujarnya dan terus membungkukan tubuhnya.
"Tidak, tidak. hendri kau tidak salah bicara." Teriak ku panik karena pengunjung mall memperhatikan kami berdua.
"Jangan salah paham aku sama sekali tidak keberatan kau bicara seperti itu." Ucapku sambil menyeretnya berdiri. "Aku tidak punya kuasa untuk mengkhawatirkan tentang itu, lagi pula kami menikah karena di jodohkan, jadi aku tidak perlu repot dengan kehidupan pribadinya."
"Maafkan Saya nyonya!" Ujarnya lagi karena sudah menyesal mendengarkan curhatan ku.
Baju-baju mahal dan branded memanglah berbeda, kualitasnya memang paling baik, aku bisa membeli beberapa potong baju ini tanpa takut miskin. Satu potong baju ini saja seharga satu rumah beserta sertifikat tanah ku.
"Hendri menurutmu yang cocok untuk ku yang warna merah apa yang warna hitam." Tanyaku antusias memilih dress bagus yang cocok untukku pakai.
Dia menautkan dagunya dan melihat dress bunga-bunga berfuring selutut merek Herm*s.
"Kulit nyonya putih bersinar, badan nyonya walaupun kecil tapi bentuk tubuh nyonya sangat bagus, kalau pakai dress selutut seperti ini, jika nona memakai warna hitam akan terlihat seperti mempelai putri raja, jika nyonya menggunakan warna merah akan terlihat seperti mempelai ratu mahkota." Jelas Hendri yang niat sekali memberiku penilaian.
"Spesifik sekali, aku kan hanya minta saran, kenapa langsung menjadi mempelai kerajaan." Ucapku malu.
"Saya hanya mengatakan yang sebenarnya." Ujarnya polos.
Hendri ini sangat aneh, selain bicara nya yang selalu formal dan sopan, dia juga tidak mempunyai ekspresi yang boros, dan semua perkataanya terkesan jujur dan tidak di buat-buat. Apa pun yang ingin dia katakan akan keluar dari mulutnya tanpa berfikir.
"kamu ini mengingatkan aku tentang pelayan kerajaan yang patuh dan menurut pada tuannya." Ucapku sambil berjalan memilih baju lainnya.
"Saya memang pelayan Tuan, Nyonya. Tuan saya itu salah satu putra bangsawan dari keluarga Hohonzolerint, selain Asisten pribadi, tugas saya sebenarnya adalah pengawal nya." Jawabnya.
Benar aku melupakan sesuatu, yaitu darah biru bangsawan yang menaungi statusnya sebagai keluarga bangsawan, meskipun sekarang bangsawan jerman tak lagi berjaya seperti dulu, namun harta dan kekuasaan yang di tinggalkan leluhurnya secara turun temurun adalah kekuasan mutlak seseorang yang punya pewaris darah biru. Tak mengherankan kalau bangsawan selalu di hormati dan di agungkan dari masa ke masa.
"Yang ini cocok tidak kalau ku bawa pergi ke kampus." Tanyaku lagi pada hendri sambil memegang dress polos hitam merek valent*no.
"Hmm.." Ujar Hendri memegangi dagunya sambil berfikir.
"Sayang, aku kemarin pengen dress ini!"
Tiba-tiba saja seorang wanita datang dan merebut dress polos hitam yang sedang ku pegang.
Tanpa ku duga-duga muncullah Archie di samping wanita itu, dan wanita itudengan nyaman merangkul lengan Archie tanpa sedikitpun celah.
Saat matanya melihatku, kami berdua saling bertatapan dan diam membisu.
Ahh..akhirnya hari ini datang juga.
Hari dimana aku sadar dengan peran dan status ku sebagai istrinya tapi tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menjadi penontonnya. Aku tidak boleh merusak suasana bahagia mereka. Mengusik kehidupan pribadinya berarti bencana bagi pernikahan ku.
"Hei kamu, kenapa ngeliatin pacar saya sampai segitunya?" Teriak wanita itu dengan suara khas cempreng yang membuat telingaku langsung sakit saat mendengar nya.
Ternyata beginilah selera nya Archie. Wanita ini memakai setelan sports ketat yang memperlihatkan seluk beluk lekuk tubuhnya yang seperti bodi gitar spanyol, wajahnya full make up, dan yang terpenting adalah ukuran dadanya yang 3x lebih berisi dari pada punyaku. Semua barang yang dia gunakan adalah barang-barang bermerek sampai seluruh perhiasan yang ia kenakan adalah berasal dari perancang perhiasan terkenal, aku bertaruh jika wanita ini adalah satu dari sekian banyak wanita yang bersama Archie.
"Pacar mbak ganteng yah, bule lagi!!" Ujar ku mengompori nya.
Archie terlihat tegang dan sesekali melotot ke arah Hendri yang membenamkan diri di jejeran baju wanita.
"Oh iya dong, pacar saya ini emang ganteng, situ juga kalo gak ada kepentingan mending minggir deh, saya mau borong semua baju yang paling mahal dan keluaran terbaru di sini, iya kan sayang." Ucapnya sombong sambil merangkul lengan Archie dan nemplokin t*te nya yang bikin wanita berdada rata seperti ku ini menjerit-jerit.
Mata ku bisa busuk melihat kemesraan mereka berdua jika berlama-lama berada disini.
"Hendri!" Panggilku.
"Siap Nyonya?" Jawabnya tiba-tiba muncul dari deretan pakaian wanita.
"Kaki ku sakit, tapi aku masih ingin berbelanja, bagaimana kalau urusan ini ku serahkan semuanya padamu." Perintah ku sambil duduk lalu menyingkap dress ku sampai lutut, menunjukkan kakiku pada Archie dan memijat nya di atas sofa. "Maksudku, kau bisa memilihkan baju untukku, yang di mana aku terlihat seperti mempelai putri mahkota atau mempelai ratu raja!!" Ujarku tersenyum smirk menatap Archie.
Archie mematung di hadapanku, karena dalam pandangannya, baru kali ini juga aku berani menunjukan tubuhku di hadapannya bahkan yang membuatnya tak berkutik karena berada di tempat keramaian.
"Baik nyonya?" Jawab Hendri.
Tanpa di duga, Hendri langsung membabat semua baju yang ada di dalam toko itu, menyapu bersih semua barang yang di jual termasuk dress hitam yang ada di tangan wanita yang bersama Archie.
Wanita itu terlihat kebingungan tapi tak berani berkomentar dan hanya menunjukku mengisyaratkan kepada Archie kalau aku sudah mengambil dress kesukaanya.
Archie malah tersenyum tersipu malu melihat kelakuan kami berdua, dia bahkan memandangiku tanpa berkedip.
"Nyonya. Semua sudah di bayar dan di bungkus, barang nyonya akan di bawa dengan mobil pengangkut dan langsung di kirim ke kediaman Nyonya." Lapor Hendri padaku.
"Bagus, ayo kita buat pemilik kartu ini bangkrut!" Ujarku berbicara lantang agar laki-laki brengsek yang sedang bersama cewek montok itu tahu kalau aku serius ingin membuatnya melarat.
**********
Seperti orang kerasukan. Aku malah memborong semua barang-barang bagus dan bermerek dan pastinya sangat mahal yang ada di dalam mall sampai membawa 12 mobil pengangkut dan semua itu ku beli dengan kartu hitam miliknya.
Aku hampir menghabiskan ratusan miliaran triliun rupiah hanya untuk barang-barang pribadi ku, seperti baju, tas, sepatu, perhiasan, dan semua alat kecantikan.
Meskipun bernafsu, aku merasa semua ini tidak berguna. Walaupun aku membeli semuanya yang ku lihat, tapi aku tidak membutuhkannya.
Aku hanya ingin balas dendam, karena dia secara terang-terangan membawa wanita lain di depanku.
Inikah rasanya cemburu.
Apa aku begini karena memang cemburu atau ada alasan lain yang membuatku kesal sampai tak terkendali. Semakin di pikirkan perasaan ku ini semakin larut dalam ketidakjelasan.
"Nyonya, saya sudah menyuruh orang yang bekerja di apartemen untuk merapikan barang-barang pesanan nyonya di dalam ruangan ganti pribadi nyonya!" Lapor Hendri sambil fokus menyetir.
Aku tidak mengindahkan laporannya dan terus melihat keluar jendela kaca mobil, rasanya wajah Archie dan wanita itu terus terbayang di benakku.
"Apa nyonya baik-baik saja." Tanya Hendri mengkhawatirkan ku.
"Rasanya aku gak ingin pulang, gimana kalau kita putar balik, aku ingin menginap di tempat teman ku!" Pintaku pada Hendri.
"Baik nyonya!" Jawabnya sigap.
**********
"Lu kenapa, berantem lagi ama nyokap bokap lu?" Tanya Laila yang melihatku murung.
"Iya, bete banget!" Jawabku sambil malas-malas di atas tempat tidurnya. Karena dia juga belum tau kalau aku sudah menikah, dan lagi suamiku adalah Archie Yuaga.
"Lu gak apa-apa hari ini ga balik, besok presentasi lu ke hotel G loh."
"Gak apa-apa, aku cuman males aja tinggal di rumah." Jawabku.
"Kalau ada masalah ceritain aja ke gua Nya, jangan di simpan sendiri, kalau lu pendam, lama-lama akhir nya bikin sakit hati!" Ujar Laila dengan gaya khas tomboy nya, dia sedang menyetrika pakaian sambil mengangkat kaki satunya ke atas meja.
"Kamu nih perempuan Lai, mana ada pose perempuan tulen yang nyetrika dengan pose absurd kayak gitu." Ujarku risih setengah mati melihat pose nya.
"Gua enakn gini, bebas. Lagian gak ada undang-undang yang mengatur pose yang bagus saat menyetrika." Balasnya.
Cekreeek....
"Woi, lu ngapain!" Teriaknya lalu mengejarku karena mengambil fotonya yang sedang berfose absurd seperti itu tanpa ijin.
**********
"Congrats Anya!" Puji semua teman sekelasku, saat mereka tau aku sudah berhasil menangani design interior restoran di hotel bintang 5.
"Makasih semuanya!!" Balas ku sambil memeluk sebagian dari mereka yang memberi ku selamat.
Sebenarnya pagi ini, aku panik setengah mati, karena tidak keburu pulang kerumah untuk mengambil materi dan berkas-berkas ku, maka dari itu aku langsung menelpon Hendri dan menyuruh dia mempersiapkan semuanya.
Dia mengerjakan apa yang aku katakan dan membawa semua dokumen tanpa ada sedikit pun kekurangan dan kesalahan. Bahkan dia masih sempat membelikan ku sarapan selama perjalanan menuju Kos-kosan Laila. Asisten pribadi Archie memang hebat.
Tapi yang membuat ku gundah adalah keberadaan Archie yang juga tidak pulang semalaman. Hendri mengatakan kalau Archie menginap di kantor karena sedang lembur. Yang benar saja, menurut ku di bersama wanita yang bersama nya kemarin dan bermalam bersama wanita itu, meskipun Hendri baik padaku tetap saja dia tidak akan mengatakan yang sebenarnya tentang perilaku busuk majikannya.
"Anya, disini?" Laila melambai padaku, saat aku mencari tempat duduk di kantin kampus.
Dia sedang duduk bersama Libiru dan Arya teman sekelasnya.
"Congrats Anya. Keren banget, belom magang dan masih semester 4 lu udah dapetin proyek besar." Puji mereka ber tiga sambil menepuk-nepuk pundak ku.
"Thank you, thank you. Silahkan kalian pesan apa aja yang ada di kantin, biar aku yang bayar semuanya. " Ujar ku sombong karena sekarang aku sudah tidak takut miskin.
"Eh yang bener!" Ujar Laila senang sambil berebutan Menu dengan Libiru.
"Gua dulu bang, kan gua yang duluan ngambil!" Ucap Laila hebohm
" Jelas lu mesti ngalah ama yang udah tua." Timpal Libiru merebut Menu itu kembali.
"Arya, gak ikutan pesan nih." Tanya ku yang melihat Arya yang anteng memperhatikan tingkah kedua bocah yang jiwa dan raga mereka tertukar, karena satu nya laki-laki tapi feminim dan yang satunya wanita tulen tapi kelakuannya laki banget.
"Ntar aja. Biar Laila sama abang Libiru yang milih." Jawabnya tersenyum mangut-mangut melihat tingkah mereka berdua.
Arya dan Laila sudah berteman sejak SMP, mereka sangat dekat bahkan aku rasa di antara mereka ada rasa yang tersembunyi. Hanya saja menilik dari sifat Laila yang abnormal dan kelakuannya serampangan, ku rasa Arya akan susah masuk kedalam hatinya, hal itu dikarena Laila tidak pernah peka dengan keadaan sekitarnya.
"Eh yang nganterin berkas-berkas lu tadi ke kontrakan gua siapa, anj*r ganteng banget." Ujar Laila antusias dan memegangi wajahnya sendiri.
"Ohh, itu Hendri sepupu aku." Jawabku.
"Emang lu punya sepupu seganteng itu!?" Tanya Laila lagi.
"Dia baru aja balik dari luar negri, Libiru juga udah pernah ketemu loh, waktu itu kita hang out bareng." Jawabku.
"Ehh beneran bang?" Tanya Laila antusias.
"Bener!" Jawab Libiru spontan.
"Gila, jangan-jangan udah di apa-apain lu lagi bang, anak orang mentang-mentang bening main nyosor aja lu bang!" Fitnah Laila sambil mengganggu Libur.
"Siapa yang nyosor-nyosor, otak lu Laila gak ada baik-baik nya mikirin gua." Ujar Libiru ngegas.
Arya mendekat di sebelahku dan menggeser kursinya.
"Anya?" Bisik Arya di dekatku.
"Yah, kenapa?" Tanyaku.
"Gua punya 2 tiket nonton ni, lu mau ikutan ga." Ujarnya sambil menyodorkan ku tiket nonton film Wakanda Forever terbaru.
"Beneran ni kamu ngajakin aku." Ujarku senang sambil menerima tiket nontonnya.
Dia mengangguk pelan sambil menopang wajahnya di meja.
"Ajakin kita juga dong, malah kalian berdua enak pacaran, iye kan bang." Ujar Laila sambil meminta pendapat Libiru.
Libiru merespon hanya dengan mengangguk dan melihat ke arah lain.
"Tiketnya cuman ada 2 sih, gua aja susah-susah nyari." Balas Arya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 457 Episodes
Comments
Machan
borong aja. abisin tuh duit
2021-10-28
0
ZaZa
kok gue lebih suka sama asistennya...
gue suka cowok yg patuh...
ehhh kok jadi curhat eikeeee
🤣🤣🤣🤣
2021-08-04
0
MyNameIs
hmmmmmmmnnnnnn
2021-02-04
0