"Anya!!" Sapa Arya yang langsung berlari menghampiriku."Udah nunggu lama gak, gua tadi abis kejebak macet di jalan!"
"Gak kok, aku juga baru aja sampe." Jawabku sambil menaruh handphone disaku.
"Bibir lu kenapa?" Tanya Arya menunjuk plester yang aku tempelkan di sisi bibirku.
"Ooh, ini di gigit kucing kemaren!!"
"Kucing!?" Arya heran.
"Hehehehe.." Aku cengengesan.
"Bahaya banget, kok bisa ampe gigit di situ!" Dia penasaran.
"Ahh, soalnya aku ngerebut makananya." Ucapku berbohong.
"Aneh banget, lagian kenapa makanan kucing lu rebutin."
"Gabut!!"
"Astaga, gabut lu ga kira-kira. Kenapa ga sekalian aja ke kosan gua, nyuciin baju ama bersihin kamar gua, sekalian masakin ama ngerjain tugas gua." Cecar Nya memberiku pekerjaan.
"Ga banget, kamu nyuruh aku jadi babu!!"
"Yakan dari pada lu gabut ngerebutin makanan kucing."
Berkali-kali aku menghubungi Archie dan berniat memberitahunya kalau aku sudah di bioskop bersama Arya, tapi dia tidak menjawab teleponku maupun membalas chatku.
"Kok lu kayak lagi kepikiran sesuatu!!" Tanya nya yang melihatku bengong.
"Ohh itu, dari tadi aku kepikiran pengen beli popcorn tapi antriannya panjang banget." Jawabku menunjuk antrian yang panjang seperti kisah hidupku.
"Udah lu sini aja, gua aja yang ngantri, bentar ya?" Ujarnya lalu bergegas dan mengantri.
Sebenarnya hubungan ku dengan Arya cukup dekat. Bahkan gosip di antara angkatanku, kami berdua pacaran. Tapi sekarang aku harus menghindarinya, bukan karena aku sudah menikah tapi aku merasa Laila lebih pantas bersamanya.
Dulu aku juga sempat menyukai nya, bahkan alasanku berteman dekat dengan Laila adalah biar bisa lebih dekat dengan Arya, tapi situasi pun langsung berubah saat aku tahu Laila dan Arya saling menyukai. Hanya saja mereka berdua seperti menyangkal perasaan mereka masing-masing dan terlihat memberikan batas.
Padahal mereka berdua tanpa sadar telah jatuh cinta pada teman sendiri sejak masih duduk di bangku SMP. Tapi menilik perlakuan mereka berdua yang entah lah, sifat Laila yang masa bodoh dan menganggap semuanya tidak ada yang serius, dan sifat Arya yang tidak pernah peka dan menganggap semua nya hanya kebetulan, yang membuat mereka berdua selalu jalan di tempat.
Aku hanya berharap suatu hari ada keajaiban yang mempertemukan dunia mereka berdua.
**********
"Film nya seru, gua ga tau ternyata nonton film superhero bisa bikin gua excited banget." Ujarnya saat kami keluar dari bioskop.
"Tapi aku gak ngerti kenapa ratingnya rendah, banyak yang bilang kalo alur ceritanya udah ketebak lah, grafiknya gak bagus lah, karakternya juga ga sebagus cerita pertama. Padahal bikin film itu gak mudah, apalagi kerjaan sutradara yang mesti semuanya dia yang ngatur, begadang sampe malam dan lupa tidur, gak sempat makan dan ngurus diri sendiri, gak pernah pulang kerumah sampe berhari-hari, dan orang-orang cuman bisanya kritik doang." Bela ku pada pekerjaan sutradara yang pantas di apresiasi.
"Lu emang ada kenalan anak film. Siapa?" Tanya Arya menatapku.
Aku terdiam saat dia menanyakan itu. Apa aku sudah salah bicara, bagaimana bisa aku sampai keceplosan soal kerjaan sutradara.
"Libiru yang cerita kalau kerjaan anak film tuh berat banget, dia kan semua temannya anak-anak film." Jawabku yang hampir saja membocorkan rahasia terbesarku.
"Oh.. gitu ya." Jawabnya berjalan mengiringi langkahku.
"Arya kenapa ngajakin aku nonton, biasanya kan ngajak Laila." Tanyaku memancing nya.
"Emmh..aku denger dari Laila kalau lu suka nonton film ini dan dia juga bilang kalau lu penggemar berat wakanda forever sampai menirukan posenya saat lagi tidur, kayak gini." Ujar nya sambil menyilangkan kedua tangannya membentuk huruf X.
"Apaan sih bikin malu, kamu jangan ikut-ikutan kayak Laila dong." Ujar ku mendorongnya sambil tertawa.
"Lagian udah lama gak jalan sama lu, akhir-akhir ini kok lu sibuk terus sih, gak pernah lagi main bareng kita bertiga." Tanya Arya sambil membantuku menyebrang jalan raya melewati Zebra Cross.
"Yah soalnya, gak ada waktu." Jawabku yang tak mungkin mengatakan yang sebenarnya kalau aku sudah menjadi istri orang.
"Anya mau balik apa main dulu ni." Tanyanya menghentikan langkahnya di depan persimpangan jalan.
"Kayaknya aku balik aja deh." Ujarku sambil melihat layar HP ku yang tak ada notifikasi apa pun.
"Gimana kalau makan dulu!" Ajaknya sambil menunjuk restoran korea yang berada di depan kami.
"Hmmm.." Ujarku ragu sambil melihat notifikasi HP ku yang masih kosong.
"Boleh deh! kebetulan dari rumah emang belum makan." Jawabku.
"Sip! Lets go." Ucapnya bersemangat.
Drrrt drrttt...
Ponsel ku bergetar sebelum kami memutuskan untuk masuk ke dalam restoran. Ternyata Archie yang menelponku.
Buru-buru aku berjalan menjauh dan mengangkatnya.
"Bentar ya, gua angkat telpon dulu." Ujar ku pada Arya.
"Ha-halo?" Aku menjawab telpon dengan gugup.
"Jemput gua buruan, di restoran seafood Neng De Miyah Pa 88."
Tut...
BUSET.
Dia hanya mengatakan itu dan langsung mematikan teleponnya. Ingin rasanya aku sumpah serapah dan membanting handphone ini.
"Kenapa Nya?" Tanya Arya yang melihatku bermuka masam setelah mengangkat telpon.
"Kayaknya aku ga bisa nemenin kamu makan deh, aku udah di telpon di suruh balik, ada hal mendesak yang terjadi di rumah soal nya." Jawabku sambil menghampirinya.
"Hal mendesak?"
"Ahh..iya, kucingku ngambek dan minta makan, soalnya makanannya yang kemaren abis, jadi aku di suruh beli lagi." Aku jelas berbohong.
"Aneh-aneh aja, beli kucing di mana sih, kok ngeselin banget." protes Arya.
"Mungut, ga beli!!" Padahal yang sedang kami berdua bicarakan adalah Archie.
"Ya udah ga papa, kapan-kapan aja kita main lagi. Entar pulang langsung makan ya, ini udah lewat waktu makan malam loh." Ujarnya mengingatkan ku.
"Ok bye, makasih buat hari ini!" Ujarku sambil berlari bergegas meninggalkannya.
**********
Aku tiba di restoran seafood Neng De Miyah Pa 88, ternyata walaupun namanya aneh tapi ini adalah restoran berkelas bintang 5 yang memiliki lebih dari 59 jenis makanan laut terbaik di indonesia. Aku masuk kedalamnya dan langsung mencari keberadaan Archie.
"Nyonya Anya Yuaga!" Sapa salah satu pelayan restoran yang sontak mengejutkan ku karena tiba-tiba memanggil nama ku.
"Ah, iya!!" Jawabku canggung.
"Tuan Archie ada di sini, mari Nyonya saya antar." Ujarnya ramah sambil menggiringku berjalan. Aku masuk ke tempat ruangan makan pribadi yang biasa di pakai oleh bos-bos besar.
Di sana aku melihat Archie duduk memakai setelan jas seperti seorang bos besar, sangat aneh melihatnya berpenampilan rapi seperti ini karena yang ku lihat sehari-hari adalah dia yang memakai setelan cassual seperti anak gembel serta celananya yang selalu robek di lutut.
Saat sudah masuk dan mendekat, barulah aku menyadari kalau dia sedang berbicara dengan seseorang. Yang ternyata dia sedang bersama seorang wanita.
Wanita ini sangat cantik, rambutnya sebahu, tubuhnya juga bagus seperti sebuah manekin yang di cetak, dia memakai dress selutut dengan lehernya berkerah rendah, wajahnya berparas alami berbeda dengan wanita yang aku temui di mall bersamanya waktu itu.
Saat aku di dalam ruangan itu, aku merasakan tatapan permusuhan dari wanita itu, bahkan saat aku di sana dia tak hentinya memandangi ku dari bawah sampai atas.
"Duduk lah." Pinta Archie melambai padaku dan mengisyaratkan untuk duduk di sebelahnya.
Aku meneguk liur karena mendapatkan tekanan yang luar biasa, tapi aku langsung duduk dengan tenang dan tak menghiraukan tatapan membunuh wanita itu.
"Gimana nontonnya, film nya bagus gak?" Tanya Archie tapi wajahnya tidak melihat ke arahku melainkan memperhatikan makanan yang tertata rapi di atas meja namun belum tersentuh.
"Bagus kok!!" Jawabku setengah gugup, karena terus dipelototi oleh wanita di depanku.
"Jadi ini ceweknya!" Ujar wanita itu menatapku seperti ingin mengajak berkelahi."Gak niat ngenalin gua sama mainan lu yang satu ini, sama-sama pemuas kan emang harus akur!!" Ujar wanita itu mengintimidasi ku dengan perkataannya yang mengganggu.
Pemuas katanya, Apa yang barusan dia katakan. Aku menatap Archie meminta penjelasan darinya mengenai kata-kata wanita itu, tapi dia hanya diam dan tak terlalu memperdulikan perkataan nya.
"Gak perlu!" Jawab Archie dingin.
"Sayang. kok lu jawab nya gitu sih." Ujarnya lemah lembut, dan membelai lembut tangan Archie di atas meja makan.
Archie malah membuang tatapannya dan melihat ke arah lain.
Wanita itu melirikku sambil tersenyum, karena pamer telah menyentuh tangan Archie.
"Kenalin gua Chika cewek nya Archie." Ujarnya sambil memamerkan cincin permata di jari manisnya padaku.
Archie melirik ku, dan memperhatikan gerak gerik ku selanjutnya.
"Aku Anya!" Ujar ku lalu menjulurkan tangan berniat ingin menyambut tangannya.
Namun tiba-tiba Archie menangkap tanganku, dan menyembunyikannya di saku jas yang ia kenakan.
"Ga usah salaman, entar tangan lu lecet lagi." Ujar Archie ketus memasang muka dingin pada Chika.
Chika terlihat tertawa meledek dan memalingkan wajahnya melihat ke arah lain.
"Wah gila, Hebat banget lu ya, selama gua berada di luar negri ternyata lu udah punya banyak mainan baru, tapi mau sampai kapan dia bisa tahan ama perlakuan lu." Ujarnya menyilangkan tangannya sambil meremehkan ku.
Archie hanya tersenyum smirk dan menatap ke arah lain.
"Ingat ya Archie," Chika menekannya. "Lu gak bakalan bisa lepas dari gua. Apa pun yang terjadi lu milik gua selamanya, Seberapa sering pun lu berpaling akhirnya lu bakalan jatuh lagi ke pelukan gua" Ucap Chika mengintimidasi Archie yang menatapnya dingin tanpa ekspresi.
"Karena gua pernah tidur bareng lu bukan berarti gua ga bisa tidur bareng cewek lain." Jawab Archie sambil menarik tubuhku di pelukannya dan mengusap lembut plester yang menempel di tepi bibirku.
Chika terlihat marah, dia berdiri dan mengambil segelas air lalu melemparnya ke dinding hingga hancur berkeping-keping.
"Lu sekarang bukan satu-satu nya cewek yang pernah gua tidurin, berhentilah bersikap menjijikan. Dan jangan seenaknya mengganggu waktu penting gua. Apalagi main masuk ke tempat pribadi seperti ini, lu bener-bener keliatan murahan karena ga punya atitude." Gertak Archie sambil menyibak rambutku lalu menciumi leherku.
Chika terlihat sangat kesal, dengan muka merah padam dia berjalan mendekat ke arahku seperti tataapan ingin menelanku hidup-hidup.
"Lu bakalan nyesal udah bikin gua kayak gini?" Teriaknya sambil menunjuk ku.
lalu Chika pergi meninggalkan ruangan itu dengan perasaan marah karena telah di campakkan.
Akhirnya aku tahu tujuan Archie membawaku kemari, dia hanya ingin menjadikan ku tameng agar Chika pergi darinya.
Aku tidak tahu alasannya, tapi menilik dari pembicaraan mereka berdua, aku bisa menyimpulkan kalau Archie sudah tidak butuh layanan kamar dari Chika dan mencampakkannya begitu saja dengan aku sebagai terduga kandasnya hubungan mereka. Peranku disini sebagai tameng.
"Ayo kita pulang!!" Ujarnya sambil menggandeng tanganku.
Padahal aku belum makan apa-apa. Tujuanku ke sini adalah makanan, kalau tidak mendengar nama restoran, mana mungkin aku bersedia datang kemari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 457 Episodes
Comments
IG: Saya_Muchu
semangat update ya!!!
Karena karyanya bagus, alu langsung klik favorit.
2021-07-30
0
MyNameIs
gembel?? 😂😂🤣🤣
Anya laper, sini deh aku kasi mie pedes yang bikin mood kamu membaik, pedesnya kaya kata2 Author ,uuuppsss ✌️✌️✌️✌️✌️
2021-02-06
0
astri rory ashari
Chika sama Archie sama2 psyco...diq kalo gini gw kasian sama Anya....Archie menang banyak..dia bekas banyak orang...gw g rela😓
2021-02-03
1