Pukul 19.30 WIB.
Waktunya makan malam, tapi entah mengapa Archie malah mengurung diri di dalam kamarnya dan enggan menampakan diri setelah tiba. Mungkin saja dia masih tidur karena kelelahan.
"Terserah!!" Gumamku dan beranjak ke dapur untuk mempersiapkan makan malam.
Tapi saat turun ke bawah, aku melihat Archie berdiri didepan kamarnya dengan baju kaos oblong putih, beserta celana kolor sepaha, dan rambutnya itu terlihat masih basah dengan handuk kecil yang melingkar di lehernya. Dan kini wajahnya jauh terlihat lebih segar dari pertama datang.
"Mamp*s!!" Tanpa sadar aku berucap serampangan saat melihat sosok nya yang melebihi ekspentasi.
Kegantengannya meningkat drastis 30000%, kalau aku menjual fotonya kepada anak-anak cewek di kampus yang menjadi Fans nomor satunya, dalam pose dan keadaan seperti ini tak menutup kemungkinan aku akan menjadi miliarder dalam waktu semalam.
"Ngapain lu?" Sapanya dengan heran.
Aku membekap mulutku sendiri karena tak bisa lagi mematahkan kenyataan yang ada di hadapanku, Archie memang ganteng bukan buatan, dan anak-anak tak membual soal mahakarya tuhan yang satu ini.
Aku berjalan dengan cepat berpura-pura tak mengindahkan kehadirannya, lagi pula aku masih kesal atas perbuatanya tadi barusan yang memaksaku memeluknya dengan memberikan ancaman konyol yang dia buat.
"Mau kemana?" Archie menghentikan langkahku dengan tubuhnya.
"Minggir, jangan menghalangiku!!" Balasku menantangnya.
Dia membalas tatapanku dengan tersenyum smirk, dan sejurus kemudian dia langsung menarik tanganku dan membawaku masuk ke dalam kamarnya.
"Kau gila ya!" Ucapku tak terima dengan perlakuannya. "Kenapa kau selalu bertindak seenaknya." Pekik ku marah sambil memaksanya melepaskan tangan ku.
"Lu laper kan!"
Aku terdiam, saat dia menunjukan satu kotak pizza ukuran jumbo berada di atas meja kamarnya.
Ternyata dia menyeret ku ke kamarnya hanya untuk menawarkan makanan, aku tahu dia mempunyai masalah dalam berkomunikasi tapi tak ku sangka sampai separah ini.
"Gua delivery, tapi ga sanggup juga ngabisin semuanya!!" Ujarnya mengambil pizza itu dan mengajakku untuk makan bersama.
Tapi aku tak bergerak dan mematung di tempat.
"mau kagak lu, kalau ga, gua abisin sendiri ni." Ucapnya duduk lesehan di lantai.
"Aku ga lapar!!"
Aku memalingkan wajahku melihat ke arah lain. Sebenarnya aku sangat lapar, tapi kalau makan berdua dengannya apalagi berada di dalam kamarnya, rasanya aku belum siap. Bagaimana kalau dia menaruh sesuatu di dalam makanannya, lalu seperti di film-film nauzubilah itu, aku akan pinsan dan di buang ke sungai.
"Beneran lu ga mau!"
Aku menggeleng dengan cepat, karena membayangkan yang tidak-tidak.
Kruuccuuukkk...grookkk...
Benar-benar memalukan, suara perutku tidak bisa membohongi situasi. Ku pegangi perutku sendiri dan memalingkan wajahku.
Lagi-lagi Archie tersenyum smirk dan menarik pergelangan tanganku.
"Sini suapin gua?" Ucapnya memaksaku.
Tapi aku tak bergerak dan menatapnya dengan diam.
"Satu..dua...tiga...." Ujarnya menghitung sambil menampakan 3 jarinya padaku "Gua itung ampe lima kalo lu ga mau nyuapin gua, malam ini kita tidur bareng di kamar pengantin."
Aku melotot karena kaget.
"Empat...lim..."
Aku mengambil satu potong pizza besar dan secepat kilat langsung menyumpal mulutnya. Dia terlihat puas sudah mengerjai ku, senyum jahatnya melekat indah menghiasi bibirnya.
"Yakin lu malam ini ga mau tidur bareng gua." Tanyanya sambil mengunyah pelan makanannya.
"Yakin!"Jawabku yang juga memasukan pizza itu ke dalam mulutku.
"Yakin, beneran?"
"Yakin seratus persen!"
"Gua suka ni, cewe yang malu-malu kayak lu," Ujarnya terkekeh, lalu mendekatkan wajahnya di telingaku. "Gua yakin, pas di ranjang pasti lu buas banget."
Aku terlonjak dan menjaga jarak.
"Jaga attitude kamu!" Teriak ku marah.
"Hmmmhh..."Balasnya melenguh sambil tersenyum licik. Dia benar-benar sedang mempermainkan ku.
Tiba-tiba Archie memegangi tanganku yang masih tersisa bekas pizza lalu menjilati jari-jariku seperti menjilati ice cream, matanya terpejam seperti sangat menikmati ulasan lidahnya. Lalu saat dia beralih menjilati jari tengahku, tatapan matanya memandang tajam ke arahku, seolah-oleh dia sedang menantangku, menguji soal ketahanan iman.
Aku yang malu melihat tingkahnya, dengan cepat menarik tanganku dan mengelapnya dengan tissue.
Sedangkan dia tertawa terkekeh karena telah berhasil menggodaku.
"Lu tau ga, apa pun yang pengen gua lakuin malam ini ama lu itu LEGAL!" Ujarnya bersandar di tepi tempat tidurnya sambil memandangku dari sudut itu. "Kita udah sah jadi suami istri, mau lu ga suka atau ga nyaman ama kehadiran gua, lu ga bisa menyangkal kalau kita itu pasangan yang uda nikah."
Aku tak langsung menjawab perkataanya, tapi berdiri dan merapikan bajuku yang terdapat sisa remahan pizza.
"Yah aku tau?" Jawabku, "maka dari itu aku menghindar untuk ga bertemu denganmu!!"
Aku pergi meninggalkan kamar itu dengan perasaan kesal.
Tapi dia malah berhasil mengejar ku dan meng-kabedon ku di bawah tangga lantai dua.
"Apa yang kau.."
"Barusan tadi lu bilang kalau lu tau status kita berdua adalah pasangan yang udah nikah." Potongnya.
Jarak kami sangat dekat, tubuh kami bahkan sudah bersentuhan, aku bisa merasakan nafasnya yang berhembus di ubun-ubunku, dan dari jarak sedekat ini aku bisa mencium aroma tubuhnya yang berbau bedak bayi.
"Kita memang pasangan yang udah resmi menikah, tapi aku tidak siap menerima perlakuan seperti ini!" Ujar ku gelisah karena wajahnya semakin mendekat ke wajahku.
Dia tidak mendengarkan perkataanku, dan hembusan nafasnya itu, semakin kuat dan merajai sudut telinga dan leherku.
"Archie dengarkan aku. Ku mohon, aku benar-benar belum siap!!" Rengek ku karena kepalanya sudah beralih menuju buah dadaku.
Tapi dia tak mendengarkan, sampai tubuhku terlonjak saat tangannya malah merenggut dan meremas pinggangku.
"ARCHIE...." Pekik ku sambil mendorong nya menjauh.
Ku akui, kalau aku juga hampir terbawa dengan suasana ini, aku benar-benar tak bisa mengendalikan diriku sendiri dan hampir terprovokasi dengan perlakuannya. Bau tubuhnya, proporsi tubuhnya, gerakkan tubuhnya, jarak di antara kami berdua, rambutnya yang masih basah, tatapan matanya, semuanya membuatku bergairah.
Tapi mengingat hubungan instan di antara kami berdua, seharusnya kami tidak punya perasaan apa-apa.
Aku mengerti kenapa dia seperti ini, dia adalah Archie Yuaga yang hidupnya selalu di kelilingi wanita, aku yakin dia sudah tidur dengan banyak wanita dan memperlakukan mereka persisi seperti apa yang aku rasakan.
Semakin aku memikirkan kalau dia sudah meniduri banyak wanita, tanpa sadar hati ku merasa sakit walaupun aku tidak tahu perasaan seperti apa yang sedang aku rasakan. Padahal kami berdua tak begitu mengenal baik satu sama lain bahkan pertemuan kami bisa di katakan bencana, tapi kenapa aku merasa tidak adil jika dia berbuat terlalu jauh dengan perempuan lain di bandingkan diriku.
Aku berusaha mengontrol diriku dan mengatur tempo napasku sendiri, karena wanita mana pun, jika di perlakukan serampangan cowok seksi seperti ini, tak ada yang tak ikut bergairah walaupun sudah berfikir rasional.
"Anya.." Panggilnya dengan bergairah.
Dia menatapku dengan matanya yang sendu, tatapan itu adalah tatapan memelas yang membuatku tak bisa menghindar.
"Maaf ya..."
Sontak tanpa aba-aba, dia langsung menangkap kepalaku dan mencumbu ku dengan paksa.
Aku pun kaget bukan kepalang, dan spontan menolaknya dengan meronta, dan memukuli dadanya sekuat tenaga, namun aku tak berkutik karena cengkraman tangannya itu begitu kuat mencengkram kepalaku.
Ciumannya luar biasa brutal dia sangat bernafsu sehingga membuatku tak bisa mengambil nafas sampai dadaku di penuhi oleh rasa sesak.
Karena terdesak dan tak bisa berkutik, akhirnya aku menyerah dan membiarkan diriku di lahap paksa olehnya.
Berlahan air mataku mengalir, karena selama ini aku tak pernah membayangkan jika ciuman pertamaku akan di renggut paksa seperti ini.
Tapi setelah aku menyerah dan berhenti melawan, entah kenapa ciumannya malah berubah menjadi sangat lembut dan tangannya yang semula mencengkeram kasar kapalaku berubah menjadi belaian yang nyaman.
Tapi untuk orang yang pertama kali melakukan ciuman seperti ku, aku merasa kalau teknik ciumannya sangat hebat, bahkan entah kenapa aku malah ikut menikmatinya sampai tak menyadari kalau aku bertindak terlalu berani di hadapannya.
Padahal aku berharap orang pertama yang menciumku adalah orang yang mencintaiku dengan tulus, lalu bagaimana dengan lelaki yang masih mencumbu ku sekarang ini, bagaimana perasaanya padaku?
Berlahan-lahan kami berdua sama-sama melepaskan ciuman itu dan berakhir menyatukan jidat.
Nafas kami berdua masih sama-sama memburu, bahkan sisa saliva itu masih menggantung liar di sudut bibir kami berdua.
Dan entah mengapa, bibirku terasa aneh seperti bengkak dan ada rasa yang tak pernah ku kenal di pangkal lidahku. Karena rasanya aneh, aku pun penasaran dan memegangi bibirku sendiri.
Diam-diam ternyata Archie memperhatikan tingkahku sambil tersenyum, lalu sejurus kemudian dia mengusap lembut pipiku dan menutup kedua mataku dengan telapak tangannya.
"Good night, mimpi indah!" Bisiknya ke telingaku.
Dia langsung pergi begitu saja meninggalkan ku dengan terburu-buru seperti tadi.
Aku yang shock mendapati perlakuan itu, duduk terkulai lemas di bawah tangga dan memegangi lutut ku yang gemetaran sesaat setelah dia tinggal pergi.
"Archie, kau bodoh.." Gumam ku, memegangi bibirku yang terasa aneh.
**********
Seminggu kemudian.
Ini hari pertamaku kuliah, setelah mengambil cuti selama 2 Minggu untuk mempersiapkan pernikahanku, akhirnya aku bisa menjejakkan kaki ku lagi di tempat ini.
Aku kuliah mengambil jurusan design interior dan berada dalam semester 4.
"Tebak siapa?" Mataku tertutup oleh kedua tangan, dan suara laki-laki feminim menggema di belakang ku.
"Hari ini lu pake handcream wangi peach yah, kok enak banget!" Ujarku sambil melepaskan tangannya yang menutupi mataku.
"Jelas dong, ini mahal loh, keluaran terbaru!!" Ujarnya centil dan menyodorkan tangannya di dekat hidungku.
Dia senior ku, namanya Libiru mengambil mata kuliah yang sama denganku dan berada di semester 6 setingkat dengan Archie. Meski tampang dan postur badan nya lumayan, tapi kelakuannya malah feminim.
Libiru adalah teman main ku di luar maupun di dalam kampus, orangnya sangat supel dan mudah bergaul. Sebenarnya teman sekelas ku selalu bilang, kalau saja Libiru tidak feminim-feminim amat mungkin ada banyak wanita yang tertarik padanya karena dia masuk ke dalam seleksi COTOR.
Dan ada gosip yang beredar dari teman-temannya, mereka mengatakan kalau dia penyuka sesama jenis alias gay dan gosipnya sudah menyebar selama setahun belakangan ini.
Tapi anehnya, selama bersamaku aku tidak menemukan penyimpangan prilakunya yang seperti itu bahkan dia tidak sembarangan berteman dengan laki-laki yang memang sudah terlihat gay.
Pernah kami makan di sebuah restoran, ada laki-laki tua yang tertarik dengan pesonanya lalu memberikan Libiru segepok uang dan mengajaknya menjadi teman kencan, tapi Libiru marah dan melempar balik uang tersebut, dan terjadilah keributan.
Dia bilang ini soal harga diri, dia tidak sembarangan memilih teman kencan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 457 Episodes
Comments
PuputMega Shelviana SuJanii
keren thor karyamu
2024-10-22
1
Senajudifa
salken dr kutukan cinta dan mr.playboy thor..mampirlh jika berkenan
2022-07-24
0
Machan
si archie ngancemnya pake ngitung, kek gue banget. haaaa
biarpun libiru cowok alemong, tapi punya harga diri tinggi.
masih penasaran nih alurnya
2021-10-22
0