Aku menatapnya melahap roti lapis isi telur yang ku buat, tapi fokusnya tertuju pada ponselnya. Saat aku duduk di sebelahnya dia malah mematikan layar ponsel nya dan meletakkan nya di atas meja.
Sepertinya dia belum sadar kalau tadi pagi aku sudah melihat panggilan telponnya.
"Lu kenal Libiru, udah berapa lama?" Tanyanya.
"Dari semester satu, pas ospek kan cuman Libiru yang banyak nolongin aku dari semua perbuatanmu yang udah bikin aku.."
Kami berdua berhenti memakan sarapan masing-masing dan saling bertatapan. Apa yang barusan aku katakan, kenapa tiba-tiba aku membahas kejadian di waktu ospek, padahal aku saja sudah tidak ingat kejadian apa yang terjadi waktu ospek yang berkaitan dengannya.
Dia berhenti melanjutkan sarapannya dan memalingkan wajahnya.
"Lu masih ingat kejadian waktu ospek!!" Tanyanya.
Aku menggeleng sembari tertunduk.
Archie memandangi ku dengan tatapan sejurus, lalu melanjutkan lagi sarapannya.
"Kalian tuh deket banget ya." Tanyanya lagi.
"Kalau di bilang dekat sih ya deket, karena selama ini dia suka nemenin aku, dan bantuin banyak keperluan." Jawabku.
"Gua juga tau, kalau lu pernah nginap di kontrakannya." Ujarnya dengan wajah sebal.
"Tau dari mana?" Aku kaget karena tidak ada yang tahu selain Libiru.
"Hmm..masih menilai tinggi dirinya sendiri, padahal lu juga udah biasa nginep di tempat cowok." Sindirnya.
Dari mana Archie tau kejadian itu, padahal aku sudah memastikan kalau tidak ada yang tahu selain hanya aku dan Libiru. Malam itu aku terpaksa menginap di rumahnya karena seluruh tubuhku basah kuyup karena kehujanan dan tempat terdekat di malam itu hanyalah kontrakan Libiru, karena ku pikir dia tak tertarik dengan perempuan maka aku menyekesampingkan kewaspadaan ku.
"Gak ada yang terjadi kok, waktu itu karena hujan lebat dan semua bajuku basah, gak ada pilihan lain selain menginap di tempat nya." Jelas ku.
"Uhuuk uhuu uhuuk.." Dia tersedak oleh makanan nya sendiri, dan meminum air untuk meredakannya.
"Pelan-pelan aja makan nya!" Ujar ku sambil menepuk punggungnya.
"Gua gak peduli lu percaya apa gak ama gue!" Cecarnya tak peduli mulutnya yang belepotan air putih. "Tapi asal lu tau aja, kalo sebenarnya Libiru itu gak bencong, dia pura-pura jadi bencong dan bikin gosip dia bencong biar bisa deketin cewek-cewek dan mencuri kesempatan buat tidur bareng mereka!" Jelasnya dengan pandangan serius.
"Tapi malam itu beneran gak terjadi apa-apa kok, suerr!!." Aku membela diri.
"Ciihh...mana ada maling ngaku!" Cibirnya.
"Aku berani sumpah!!" Ucapku ngegas.
Tanpa sadar, aku malah bertindak terlalu jauh sampai memegang kerah bajunya, meskipun wajah kami begitu dekat, tapi kali ini aku tidak akan goyah karena pesonanya, karena dia sudah berani meragukan harga diriku sebagai seorang wanita.
"Yuaga Anya!" Panggilnya sambil melepaskan tanganku yang mencengkram kuat kerah bajunya. "Ok, lu boleh pergi bareng fake bencong itu ke luar, lagi pula gua udah janji semalam buat ngasih ijin, lelaki harus nepatin janjinya sendiri."
Aku senyum-senyum sendiri sambil membayangkan hal menyenangkan yang akan kami berdua lakukan nanti.
"Tapi hendri juga harus ikut, gua ga bisa gitu aja ngelepasin lu." Ujarnya lagi menyelesaikan sarapannya.
"Hendri, ikut!?"
"Kenapa, ga suka. Awas aja lu kalau nolak, siap-siap malam ini gua gotong ke kamar pengantin." ancamnya dengan tersenyum smirk.
"Enggak, aku ga nolak!!" Jawabku buru-buru, karena sudah terbayang di kepalaku adegan-adegan kemarin yang membuat hati ku resah.
**********
"Ini siapa nya?" Tanya Libiru saat dia masuk ke dalam mobilnya Hendri.
Aku memandangi mereka berdua, dan langsung menyuruh Hendri bertindak.
"Halo!!" Ujar hendri menyapanya sambil tersenyum.
Aku berbisik di dekat Hendri. "Gak usah terlalu ramah, nanti dia curiga!" Bisikku.
Sontak sorot matanya langsung berubah, dia langsung mengangkat kepalanya dan menjulurkan tangannya seperti lelaki yang punya karisma berbeda.
"Kenalin gua Hendri sepupunya Anya, lu siapanya Anya?" Ujarnya memperkenalkan diri.
"Huh!!" Aku tercengang, sosoknya yang sekarang mengingatkan ku kepada seseorang yang akhir-akhir ini membuat tekanan darah ku naik drastis.
"Kenalin gua Libiru, temannya Anya!" Jawab Libiru bengong dan memperhatikan Hendri.
"Hendri ini baru aja pulang dari luar negri, karena dia udah lama gak pulang ke indonesia, jadi aku ngajakin dia jalan bareng kita!" Jelasku pada Libiru."Kamu gak keberatan kan kalau Hendri ikut?"Tanyaku.
"Gak sih gua gak keberatan, tapi gua kayak familiar gitu sama lu, dimana ya gua pernah ketemu ama lu." Dia berfikir, "ahhh..ya gua inget, Archie. Lu kan yang sering bareng Archie!?"
Mampus, bagaimana dia langsung menyadarinya secepat itu.
Aku melirik cemas pada Hendri yang tampangnya berubah cool, berbanding terbalik dengan image nya yang terbiasa ramah dan bicara formal.
"Archie siapa, orang juga baru balik dari luar negri!!" Dia jelas berbohong.
"Iya sih, salah liat kayak nya gua!" Ujar Libiru menggaruk keningnya.
"Jelas lu salah liat, ga mungkin gua berada di dua tempat yang berbeda." Ucap Hendri bermuka datar.
Aku memang meminta Hendri agar tak bersikap terlalu formal, tapi tak ku sangka jika dia menjadi refleksinya Archie.
Satu jam sebelum menjemput Libiru ke rumahnya.
Hendri memberitahu kan kepadaku tujuan Archie menyuruh nya ikut menemani kami hari ini adalah ingin menunjukan kepadaku kalau Libiru itu sebenarnya gak gay, melainkan lelaki tulen yang berpura-pura menjadi feminim.
Lalu atas persetujuannya sendiri, Hendri rela berpura-pura menjadi sepupuku, dan juga rela jika harus berpura-pura menyukai sesama jenis.
"Umur lu berapa?" tanya Libiru basa-basi.
" 28 tahun, bulan depan udah mau masuk 29!! " Jawab Hendri.
"What, Tua amat gua pikir kita seumuran." Libiru kaget.
Aku juga kaget, karena aku juga mengira kalau kami seumuran. Siapa sangka umur Asisten pribadi Archie 10 tahun di atasku, sedangkan wajahnya terlihat muda seperti masih seumuran, bahkan jika memakai setelan casual seperti ini, mungkin banyak yang mengira kalau dia masih SMA.
"Bapak-bapak dong lu!!" Ledek Libiru.
Terlihat wajah Hendri yang mengernyit dan tersenyum kecut menahan emosinya yang tersulut oleh Libiru.
Selesai ke salon, kami berbelanja ke supermarket dan membeli beberapa produk kecantikan berupa make up dan Skincare.
Dan di saat itulah, kami berdua mulai beraksi.
************
"Kau jalankan saja, sesuai rencana." Bisikku pelan pada Hendri dan memberikan dia aba-aba dari kejauhan.
Rencana nya adalah nanti Hendri akan pura-pura menabrak Libiru dan mereka pun jatuh secara bersamaan, setelah itu Hendri menolong Libiru yang terjatuh. Dengan begini, akan ketahuan reaksi Libiru terhadap Hendri, akankah berakhir seperti adegan sinetron seperti yang ku harapkan.
Bbruuk....
"Aduh..!!" Teriak Libiru yang tersungkur di lantai.
Hendri dengan sengaja menabrak Libiru dengan keras, harusnya kelihatannya tidak sengaja tapi malah seperti menabrak terang-terangan untuk mencari gara-gara.
Libiru yang tersungkur, langsung menghampiri Hendri dengan mata meradang.
"K*nt*l, lu punya masalah apa ama gua!!" Teriak Libiru marah sambil mengangkat kerah baju Hendri.
"Aduh kacau, kenapa jadi seperti ini!!" Aku panik dan memperhatikan dari kejauhan.
"Gua gak sengaja!!" Jawab Hendri yang wajahnya terlihat lebih marah di banding Libiru yang tersungkur di lantai.
Rencana pertama kami gagal total, mereka berdua malah bergelut dan membuat keributan, sehingga datang petugas keamanan dan mengusir paksa mereka berdua.
Tak berhenti di situ, meskipun gagal di rencana pertama, kami berdua tak mudah putus asa dan mulai melancarkan aksi kedua.
Pada saat istirahat makan siang di restoran.
"Ntar kamu pura-pura aja ada sisa makanan di mulutnya." Bisikku di dekat Hendri.
Jadi nanti Hendri pura-pura melihat ada sisa makanan yang tertinggal di mulut Libiru, dan setelah itu Hendri akan inisiatif menghapus sisa makan di mulut Libiru dengan tisu. Maka dari sini bisa di lihat kesan pertama Libiru terhadap Hendri, akankah kesalahpaman tadi barusan akan terhapuskan dengan adegan ini.
Kita lihat saja, lanjut ke TKP!!
"OK!" Jawab Hendri yakin kalau rencana nya kali ini akan berhasil.
Aku melirik Hendri dan memberikan kode kepadanya untuk segera beraksi.
"Ada sisa makanan tuh, di mulut lu!!" Ucap Hendri yang langsung berdiri dan berniat untuk menghapus sisa makanan yang ada di mulutnya dengan tissue.
Tapi tanpa sengaja lengannya malah tersandung dengan air minum kepunyaan Libiru sehingga tumpah berceceran dan mengenai baju dan makanan Libiru.
Seketika saja aku melihat ada api yang berkibar-kibar di sekitar Libiru.
"Lu mau cari mati haahh,udah bosan idup lu.." teriak Libiru marah sambil mengangkat kerah baju Hendri.
"Hah, kacau!!" Ucapku menenangkan mereka berdua.
"Maaf, gua ga sengaja!!" Jawab Hendri dengan tatapan yang tak seperti ingin meminta maaf dan aura api marahnya juga ikut tersulut.
Rencana kedua juga gagal total, petugas keamanan tempat itu mengusir mereka keluar secara paksa, karena membuat para pegunjung tidak nyaman setelah mereka saling melempar ujaran kebencian.
"Kali ini kita harus berhasil." Ucapku yang hampir putus asa, dan menggembleng Hendri untuk rencana berikutnya. "Kamu jangan lupa rencana kita, pas aku kasih aba-abu kamu harus langsung beraksi."
"Siap!"Jawabnya meyakinkan.
Rencananya adalah aku akan bersembunyi di atas bangunan lantai 2 dan secara sengaja menjatuhkan kaleng cat saat Libiru keluar dari toilet. Hendri yang melihat Libiru dalam bahaya langsung menolongnya dengan cara mendorongnya agar tak tertimpa kaleng cat. Dengan begini aku yakin Libiru akan tersentuh jiwanya atas penyelamatan yang di lakukan oleh Hendri.
Krieeett..
Akhirnya Libiru keluar dari toilet. Tanpa pikir-pikir lagi aku menjatuhkan kaleng cat di atas kepalanya dengan tepat sasaran.
"Libiru awas!!" Teriak Hendri memperingatkan Libiru.
Libiru melihat keatas kepalanya dan kaleng cat seberat 5 KG itu terbang menuju ke arahnya.
Hendri pun datang menyelamatkannya, lalu
mendorongnya agar tak terkena kaleng cat menuju tumpukan sapu dan alat kebersihan di pojok ruangan.
Namun karena tenaga Hendri ternyata di luar bayanganku, Libiru jatuh tersungkur dan menabrak dinding dengan keadaan tak bergerak. Libiru pinsan.
***********
"Gua dimana?" Tanya Libiru setelah tak sadarkan diri selama satu jam, dia mengalami cidera ringan di kepalanya akibat benturan keras.
Padahal aku melihat sendiri kejadian itu, tak ku sangka kekuatan Hendri sampai sebesar itu, padahal Hendri tidak mendorongnya dengan kuat.
"Kamu udah sadar!" Ucapku sok prihatin, padahal biang kerok semua ini adalah aku. "Kamu sekarang ada di rumah sakit, tadi ada kaleng cat jatuh dari genteng dan menimpa kepalamu. lalu kamu pinsan dan tergeletak di depan pintu toilet umum, untung saja kami berdua menemukanmu dan langsung membawamu kerumah sakit." Jelasku, seperti peri penolong yang menyelamatkan nyawanya.
"Gue..ughh..kepala gua kok sakit banget." ujarnya sambil berusaha duduk di pinggir kasur.
Tentu saja sakit, tadi Hendri mendorongmu membentur dinding sampai terdengar bunyi 'buukkk...' seperti orang yang memukul palu ke dinding.
Hendri diam tak berkata-kata, dia duduk menghadap kami berdua sambil menyilang kan lengan di dadanya.
"Makasih ya udah repot-repot nganterin gua pulang." Ujar Libiru sambil merendahkan kepalanya untuk memberikan kami hormat.
"Iya, makanya kamu hati-hati ya kalau ke toilet. Liat-liat dulu, di atasnya ada kaleng cat apa enggak, lagian untung banget Hendri sadar kamu ke toliet lama banget." Ujarku mengelus bahunya tanda prihatin.
"Makasih banget, kebaikan kalian berdua ga bakalan gua lupain seumur hidup gua." Ujarnya yang hampir meneteskan air mata.
Hendri menutup wajahnya menahan rasa geli dan memegang setir kemudinya dengan erat, terkadang bahunya terlihat turun naik seperti sedang menahan tawa.
"Ya udah kamu pulang aja sana, istirahat yang banyak." Ucapk ku mengusirnya..
Setelah dia pergi, suasana di dalam mobil pun kembali menjadi hening, aku tidak bisa membayangkan tadi ekspresi libiru yang menganggap kami penolongnya, padahal kami lah penyebab kesengsaraan itu.
"Hendri!" Panggilku.
"Iya Nyonya!" Jawabnya spontan.
"Apa pun yang terjadi kelak, kita harus ingat hari ini, kita berdua jangan pernah membuat rencana aneh seperti ini lagi, seseorang hampir terbunuh gara-gara kita. Kita berdua hampir menjadi tersangka." Ujarku bernada serius walaupun dalam hatiku geli membayangkan kejadian tadi.
"Baik Nyonya." Jawabnya diam-diam mengulum senyum.
************
"Buwa..ha..ha..ha..haa!"
Archie tertawa terbahak- bahak saat mendengarkan cerita kami berdua, padahal kami hampir saja menjadi tersangka pembunuhan.
"Anj*ng perut gua sakit, kalian kok bisa jadi kompak ngelakuin hal koplak kayak gitu." Ucapnya sampai terguling-guling di atas sofa.
"Kami berdua hampir menjadi tersangka pembunuhan loh!!" Ucapku lagi menekankan karena meskipun itu lucu, tindakan kami hampir menghilangkan nyawa seseorang.
"Waha..ha..ha.." Dia tambah menjadi.
"Apanya yang lucu!!" Aku kesal.
Tapi dia tak menghiraukan dan terus tertawa.
"Suasana hati Tuan sedang bagus!!" Ucap Hendri padaku.
Hendri lalu menatap jam yang tertera di tangannya dan meminta izin untuk pergi.
"mau kemana sih, gua kan masih mau denger cerita kalian!" Ucap Archie yang masih terus tertawa.
"Aku mau masak!!" Jawabku sambil berjalan ke dapur.
"Saya harus segera kembali ke kantor, proyek negosiasi dengan Bank yang di janjikan, akan di lakukan sore ini." Ujar Hendri lalu meninggalkan tempat kediaman kami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 457 Episodes
Comments
Amel Lia
plslah ini ngakak😭
2022-05-30
1
Nyai Romlah
maa syaa alloh ni cerita baru nemu padahal bagus banget bikin ngakak guling2...
2022-05-29
1
Hafiz Ghany
keren..... koplak gilak🤣🤣🤣
2022-05-24
1