Purnama keluar dari ruangan Dokter menuju ke kamar rawat Alice, dengan langkah gamang Purnama melangkahkan kakinya...
"Begitu berat derita mu, sungguh aku telah salah mengira, maafkan aku, mungkin ini adalah alasan sesungguhnya kamu menolak setiap laki-laki yang datang"
Tanpa di sadari air mata Purnama menetes di pipinya, dia berjalan seolah-olah tidak tahu arah tujuan melangkah namun serasa seperti melayang.
Dari kejauhan Dahlan yang tengah terduduk melihat Purnama menuju ke arahnya.
"Ada apa dengan anak itu, kenapa dia berjalan seperti itu."
Dahlan melangkah mencoba menghampiri Purnama, setelah berdekatan Purnama tetap menundukkan kepalanya seolah-olah tidak menyadari bahwa Dahlan sudah berdiri di hadapannya.
Dahlan berniat menegur Purnama, namun ternyata Purnama lebih dulu menabrakkan tubuhnya kepada Dahlan. Mendapati hal tersebut Purnama kaget dan langsung mengangkat kepalanya menatap ke arah Dahlan
"Loe kenapa sih sampe bisa gak sadar gitu kalau ada gua disini?"
"Maaf... sory... sory... Lan!"
"Ada apa? apa kata Dokter?"
"Alice mengalami gejala Leukimia!"
"Apa? seriusan loe Pur?!"
Dahlan menggoncangkan bahu Purnama, dan Purnama hanya mengangguk pelan.
"Tidak mungkin tidak boleh tidak mungkinnn!" Dahlan Histeris tidak percaya dengan ucapan Purnama, melihat hal tersebut Purnama memegang pundak Dahlan dan menatap mata Dahlan dalam-dalam.
"Aku tahu kamu juga mencintainya, sama seperti aku mencintainya, hanya saja kamu sudah rela berkorban perasaan dan bersikap baik-baik saja dan mendukung Aku untuk tetap bersama dia..."
"Enggak Pur, sumpah gua ikhlas,hanya saja gua ngerasa kecewa kenapa setiap perempuan yang gua sayang selalu berakhir sakit keras..."
"Kamu gak boleh nyalahin diri kamu, sebelum kita kenal sama Alice, dia lebih dulu menderita sakit ini, Dokter juga bilang kalau ini baru gejala, tugas kita orang-orang yang sayang sama dia buat bnatu dia sembuh!"
Mendengar ucapan Purnama, Dahlan menyeka Air matanya dan mengangguk kemudian memeluk Purnama.
"Maaf jika kedekatan aku dengan Alice terlalu intim, kadang aku lupa bahwa bukan hanya aku yang mencintai Alice!"
"Jangan sungkan, gue mau lepasin dia buat elo, karena gue yakin kalo elo bisa jagain dia, gue titip dia, jagain dan bahagiain dia, kalau sampai dia terluka gue orang pertama yang akan nyari dan buat perhitungan sama elo!"
Purnama mengangguk pelan, Dahlan menepuk-nepuk punggung Purnama.
tiba-tiba terdengar suara kruyuk-kruyuk dari perut Purnama, mengetahui hal tersebut Dahlan langsung melepaskan pelukan nya.
"Hahhah loe laper ya!"
Purnama terkekeh dan mengangguk pelan.
"Ya udah ayo kita pesan makan sekalian buat si Alice dia juga pasti laper"
"Bener juga ya udah sekarang kita ke kamar dia dulu"
Dahlan mengikuti langkah Purnama.
"Ya ampun Lice, gimana gua gak tambah sayang sama loe, dibalik penderitaan dan rasa sakit aja, loe masih sanggup bikin orang lain ketawa bahagia termasuk gue, loe gak pernah ngeluh, gue janji gue bakal bantu loe sembuh, loe juga beruntung bisa dapet Purnama, dia baik dan sempurna"
"Hey ayo masuk kamu gak mau masuk?"
Tanya Purnama membuat lamunan Dahlan terbuyar.
"Emhsss loe duluan deh gue kayanya pengeb ke kamar kecil dulu!"
"Oh ya udah!"
Purnama menutup pintu kamar Alice dan menemui Alice yang tengah tertidur.
Purnama duduk di kursi yang terletak di samping ranjang Alice.
Melihat Alice yang tengah tertidur Purnama berniat mengelus rambut Alice, namun ada rasa sungkan yang menahan tangannya untuk tidak melakukannya.
Alice membuka matanya perlahan, melihat Purnama tengah terduduk di samping tempat tidurnya , membuat Alice mencoba duduk.
"Eh... jangan.! kamu tiduran aja, maaf aku berisik ya?"
"Enggak kok kak!"
Alice menjawab dengan setengah berbisik
"Kamu mau makan sesuatu gak, biar aku pesanin sekalian sekarang!"
Alice menggeleng pelan.
"Kamu harus makan biar cepat pulih!"
"Aku mohon jangan menatapku penuh dengan keibaan seperti itu kak, aku baik-baik saja,aku tidak senang melihat orang lain menatapku penuh dengan rasa kasihan!"
"Maafkan aku tapi sungguh apapun dan bagaimanapun keadaan diri kamu, tidak akan pernah merubah perasaan ku terhadapmu!"
Purnama menggenggam tangan Alice, Alice tersenyum hatinya terenyuh namun tetap keras.
"Aku juga mencintai kamu, tapu sungguh aku tak ingin jika suatu saat nanti kamu akan terluka karena kepergianku kak!"
"Tidak jangan berpikir demikian!"
Tegas Purnama
Alice terkejut mendengar ucapan Purnama.
Alice berpikir Purnama bisa membaca pikirannya...
"Aku memang tidak bisa membaca hati dan pikiran mu, tapi jika aku di posisimu pasti aku juga akan merasa bahwa aku takut mencintai seseorang kemudian pergi meninggalkannya bersama kedukaan!"
Jelas Purnama, perkataan Purnama sungguh mewakili perasaan Alice hingga tanpa di sadari air mata Alice berderai di pipi,Purnama menyeka air mata itu sembari dirinya pun tak kuasa menahan rasa perih yang menyelusup kedalam hatinya.
Sementara itu di tempat lain Asti tengah bersiap untuk kembali ke rumah sakit namun sebelumnya Asti akan mampir ke kosan Alice untuk mengabari Ibu Kost'nya Alice.
"Kamu mau kemana lagi nak, baru juga pulang?"
Tanya mamah Asti.
"Asti harus ke Rumah sakit mah."
"Apa? Rumah sakit, memangnya kamu kenapa nak?!"
Ibu Asti Panik sampai-sampai memutar-mutar tubuh Asti.
"Aduh Mah, bukan Asti yang sakit."
"Ya ampun kamu ini nak bikin Mamah jantungan aja, lalu siapa yang sakit?"
"Temen Panitia perkemahan mah, jadi Asti ikut bertanggung Jawab untuk memastikan dia sehat lagi!"
"Memangnya kenapa dengan teman mu nak? ko sampai masuk Rumah sakit?"
"Dia mimisan Mah tadi di dalam tenda sampai pingsan malahan, makanya Asti dan temen-temen Panitia yang lain langsung bawa dia ke Rumah sakit karena khawatir!"
"Astagpirullah, sekarang kondisinya gimana?"
"Sudah siuman mah Alhamdulillah!"
"Alhamdulillah kalau begitu, mudah-mudahan temen kamu bisa segera pulih ya Aamiin!"
"Aamiin mah makasih do'a nya!"
"Kamu gak makan dulu nak?, sekalian bawain bekal buat temen kamu yang sakit!"
"Gak deh mah makasih nanti biar Asti pesen aja lagian kan d Rumah sakit bukan cuma Asti sama Alice aja ada yang lain juga.!"
"Oh namanya Alice temen kamu yang sakit itu?"
"Iya mah namanya Alice,ya udah Aku berangkat dulu ya mah keburu malam nanti!"
"Ya udah hati-hati di jalan, jangan lupa shalat nya."
"In shaa Allah mah, Assalamualaikum..."
Asti mencium tangan Mamah nya kemudian berangkat, melihat Asti bawa mobil sendiri Mamah Asti merasa heran, karena biasanya Juanda selalu nemenin Asti.
"Nak tunggu!"
Panggil mamah Asti.
Asti membatalkan niatnya untuk menginjak Gas mobilnya, lalu membuka kaca jendela mobilnya, melihat mamah nya menghampiri.
"Ada apa lagi mah?"
"Kamu bawa mobil sendiri?"
"Iya mah!"
"Juanda kemana?"
Asti sempat terdiam beberapa saat kemudian menghela napas panjang.
"Eh kok malah narik napas gitu ditanya sama mamah?"
"Asti memilih menyerah mah, Juanda lagi-lagi mengulang kesalahannya!"
"Astagpirullah, kamu yakin Nak?"
"Iya mah!"
Mamah Asti terdiam menatap mata Anaknya, Mamah nya tahu betul dalam hati anaknya terdapat luka yang kembali menganga, namun disisi lain Mamah Asti merasa bahagia melihat anaknya mampu menyikapi masalah dalam hidupnya dengan tegar...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 195 Episodes
Comments
sahabat syurga
tdi wktu alice mimisan di tnda ktnya knak baju dan hijab darahnya tp di RS purnama mw ngelus rambut alice...sbenarnya alice pke hijab gk sih thor?
2021-08-09
2