Calon Suami Pilihan Papa
Halloo...
Assalamualaikum Wr Wb
Selamat datang di novel Calon Suami Pilihan Papa!
Bab ini sudah di revisi, karena yang kemarin terlalu banyak kesalahan dan ceritanya monoton.
Oke, Lanjuutt!
Selamat membaca!!!
Terima kasih bagi yang sudah baca sekaligus like/komen/vote/follow. Sukses selalu!
.
.
.
BAB 1 : KELAHIRAN VIVIANA PUTRI
.
.
Tubuh Indra ambruk ke lantai saat mendengar kabar dari Dokter yang menangani persalinan istrinya. Ia benar-benar terpukul. Tidak menyangka jika istrinya akan pergi secepat itu. Tubuhnya gemetar tak sanggup untuk melihat bayi mungil yang baru saja di lahirkan istrinya.
Tidak jauh dari tempatnya terduduk, ada seorang bapak yang juga sedang menunggui persalinan istrinya. Laki-laki itu merasa trenyuh melihat Indra. Ia segera mendekat.
“Sabar, Pak. Ini takdir. Doakan saja istri Bapak. Ia mati syahid. Istri Bapak meninggal dengan tenang, bayi itu sudah menggantikan istri Bapak, dia lah satu-satunya harapan Bapak” nasihatnya sambil mengelus punggung Indra. Indra tak bergeming. Tangannya menepis halus tangan laki-laki itu. Ia berdiri kemudian berkata,
“Aku tidak butuh anak itu. Jika kau mau, ambil saja.” Setelah berkata begitu Indra melangkah.
“Tunggu! Kau tidak bisa menelantarkan bayi yang tidak bersalah itu!” teriak laki-laki yang bernama Darmawan. Indra tidak menyahut. Ia terus berjalan meninggalkan Darmawan dengan perasaan kecewa.
Pintu persalinan berdecit, Dokter keluar sambil menggendong bayi perempuan yang mungil. Matanya mencari-cari sesuatu. Darmawan mendekat.
“Ayah bayi ini sudah pergi. Ia menolak untuk membawa bayinya.” Kata Darmawan. Dokter mengerutkan dahi.
“Lalu? Bagaimana dengan bayi ini? Ibunya meninggal saat melahirkan. Sekarang Ayahnya pun meninggalkannya. Bayi yang malang,” ucap Dokter sambil menatap sendu ke arah bayi yang terlelap di gendongannya.
“Tolong Bapak saja yang merawat bayi malang ini.” Saran Dokter kepada Darmawan.
“Tapi istri saya juga sedang melahirkan, Dok. Bagaimana mungkin,..”
“Tolonglah. Apa Bapak tidak kasihan dengan bayi tak berdosa ini?” pinta Dokter. Darmawan menatap bayi itu. Tidur terlelap didalam dekapan sang Dokter. Wajahnya yang sudah terlihat cantik membuat siapa saja tergoda untuk menjadikannya anak.
“Hhhhh, saya perlu persetujuan istri dulu, Dok,” sahut Darmawan. Bersamaan dengan itu, pintu persalinan tempat istri Darmawan terbuka. Darmawan segera menghampiri.
“Bagaimana, Dok?”
“Alhamdulillah, ibu dan bayinya selamat.”
“Alhamdulillah,” Darmawan menangkupkan kedua telapak tangannya ke wajah. Dengan senyum mengembang ia segera memasuki ruang persalinan. Dokter yang membawa bayi malang tadi mengikuti Darmawan.
“Ma? Anak kita laki-laki. Sangat tampan.” Seru Darmawan. Istrinya melempar senyum.
“Tentu tampan. Siapa dulu ayahnya,” balas istri Darmawan. Matanya mengerling menatap Dokter yang sedang menggendong bayi.
“Itu bayi siapa, Dok?” tanya Istri Darmawan.
“Ini bayi yang ditinggalkan kedua orang tuanya, Bu.”
“Astagfirullah, kenapa?” tanya Istri Darmawan.
“Ibunya meninggal saat melahirkan dan Ayahnya menolak untuk merawat bayi ini,” jelas Dokter.
“Astagfirullah tega sekali.”
“Apakah Ibu bersedia merawat bayi malang ini?” tanya Dokter. Istri Darmawan yang bernama Anita pun saling bertukar pandang dengan Darmawan.
Ia terdiam sesaat. Matanya melirik ke arah bayi yang baru ia lahirkan. Kemudian menghela nafas.
“Sebenarnya saya keberatan, Dok. Karena saya juga memiliki bayi yang butuh perhatian lebih dari kedua orang tuanya,” kata Anita.
“Tapi saya seorang ibu, saya terbayang jika anak saya terlantar seperti dia,” Anita berkaca-kaca. Darmawan mendekati dan mengelus bahunya.
“Saya bersedia merawat bayi itu, Dok.” Ucapnya. Dokter bernapas lega. Ia mengembangkan senyum dibibirnya.
Akhirnya bayi malang itu di rawat oleh keluarga Darmawan, seorang pengusaha sukses di Jakarta. Bayi itu di beri nama Viviana Putri Darmawan.
*****
“Hiks hiks hiks!”
“Woy! Siapa yang gangguin adekku!” teriak Angga. Beberapa anak yang sejak tadi mengganggu Vivi pun berlarian mendengar teriakan Angga. Angga mendekat dan menenangkan Vivi.
“Udah jangan nangis.” Katanya sambil memeluk adiknya itu. Sudah hal biasa jika Angga menjadi pembela jika Vivi di ganggu oleh beberapa teman satu kelasnya. Sampai saat ini mereka belum saling mengetahui jika hubungan mereka tidaklah sekandung. Angga begitu menyayangi adiknya dan menjadi dewa ponolong untuk adiknya.
“Kamu apakan Vivi sampai menangis seperti itu, Angga?!” tegur Darmawan begitu melihat Vivi berderaian air mata.
“Diganggu teman-temannya, Pa.”
“Makanya lain kali yang benar jaga adiknya. Jangan sampai nangis kayak gini!”
“Iya maaf, Pa.” Angga menunduk. Melihat itu Vivi merasa bersalah. Ia pun memeluk Angga.
“Bukan salah Angga, Pa. Jangan marahi Angga.” Pinta Vivi. Darmawan hanya tersenyum menanggapi ucapan putrinya itu.
*****
Anita jatuh sakit. Sudah lama ia menyembunyikan penyakitnya dari suami dan anak-anak. Hingga puncaknya, tubuhnya drop dan harus di rawat selama beberapa hari di rumah sakit.
“Ma, kenapa sih gak bilang sama kita kalo Mama sakit?” ucap Vivi sedih.
“Iya, Mama tega banget sembunyiin dari kita.” Sambung Angga dengan mata berkaca. Darmawan juga terlihat sedih. Ia meraih tangan Anita. Anita tersenyum.
“Aku gak apa-apa, Mas. Jaga anak-anak ya. Mereka cuma punya kamu sekarang.”
“Husstt! Kamu ngomong apa, Anita! Kita akan jaga anak-anak bersama!” sergah Darmawan sembari mencium tangan istrinya. Anita menoleh ke arah anak-anak.
“Angga, Vivi, kemari, Nak.” Perintahnya. Kedua anaknya mendekat.
“Mas tolong ambilkan dompet kecil yang biasa aku bawa,” pintanya. Darmawan segera mengambilkan permintaan istrinya. Kebetulan ia membawanya ke rumah sakit. Darmawan menyerahkan dompet kecil itu. Anita mengeluarkan isinya.
“Ini simpanlah. Kalung ini milik Ibu kandungmu.” Ucapnya pada Vivi. Vivi kebingungan.
“Maksud, Mama??” tanya Vivi. Jantungnya mulai berdegup. Anita tersenyum sembari mengelus kepala Vivi. Ia mulai menceritakan kejadian yang sebenarnya. Vivi terkejut, Angga pun tak kalah terkejutnya.
“Jadi? Mama?” suara Vivi bergetar. Anita mengusap lembut wajah Vivi.
“Kamu anak Mama. Akan selalu jadi anak Mama. Tapi kamu perlu tahu tentang keluarga kandungmu. Itulah mengapa Mama menceritakan hal itu sekarang.” Ucapnya lirih. Vivi meneteskan air mata. Ia memeluk Anita erat.
“Aku sayang Mama.” Isaknya. Anita mengusap sayang punggung Vivi. Matanya melirik ke arah Angga yang termangu.
“Angga, tolong jaga adikmu. Meskipun kalian tidak sekandung tapi dia adalah adikmu satu-satunya. Jaga baik-baik, ya?” pinta Anita. Air mata Angga meleleh di pipi.
“Angga janji akan jaga Vivi, Ma.” Jawabnya. Anita merentangkan tangan memberi kode kepada Angga. Angga pun segera memeluk Anita. Darmawan tersenyum, ia pun memeluk mereka. Lama-lama pelukan Anita mengendur. Matanya perlahan memejam. Angga yang menyadari hal itu segera berteriak memanggil.
“Ma! Mama! Mama bangun, Ma!!!” teriak Angga sambil menggoyang-goyangkan tubuh Anita.
“Mama! Bangun!” teriak Vivi.
“Anita! Bangun Anita! Anita!!” Darmawan ikut berteriak. Namun tubuh Anita tak bergerak sama sekali. Ia panik dan segera memanggil Dokter.
Tidak berapa lama Dokter datang dan segera memeriksa Anita. Dokter itu menghela napas panjang.
“Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Namun kanker yang di derita Ibu Anita sudah stadium 4. Ibu sudah pergi.” Sesal Dokter. Tangis pun pecah di ruangan itu. Angga dan Vivi meraung sambil memeluk Anita. Tubuh Darmawan lemas seketika. Ia menatap nanar, air mata menetes di pipi.
“Anita,” bisiknya lirih. Ia sudah tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.
*****
Beberapa tahun telah berlalu, Angga dan Vivi sudah memasuki usia remaja. Mereka bersekolah di SMA Galaksi Jakarta.
‘Bruk!’
Buku yang di bawa Vivi jatuh berhamburan di lantai. Ia membungkuk untuk memungut buku-bukunya. Orang yang menabrak dirinya segera membantu.
“Maaf,” ucapnya. Vivi menoleh.
“Kenalin, gue Farhan.” katanya sambil menjulurkan tangan. Vivi memicingkan matanya. Sejenak tangan itu diabaikan.
“Viviana,” jawab Vivi kemudian. Farhan tersenyum, mereka saling menatap satu sama lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Dewi Dhewy
jangan2 kakaknya viviana nhi
2020-12-12
1