“Vi, lo kok perasaan jomblo terus, apa gak bosen?” Tanya Nadifa kepada Vivi. Vivi tertawa terbahak-bahak mendengar pertanyaan Nadifa.
“Kok lo ketawa sih. Aneh.”
“Kata siapa gue jomblo?? Gue udah punya cowok tau.” Jawab Vivi sambil tersenyum.
“Masa sih. Kok gak cerita-cerita sama gue. Tega lu. Siapa namanya?” Tanya Nadifa lagi.
“Namanya Johan.”
“Kenalin dong ke gue.”
“Oke deh. Kapan-kapan gue kenalin elo ya.” Kata Vivi. Nadifa terlihat sangat kesal kepada Vivi karena ia tidak dikenalkan sejak lama.
Sepulang sekolah Vivi duduk di ruang keluarga. Tiba-tiba handphonenya berdering. Rupanya telepon dari Johan.
“Haloo?”
“Vivi, lagi ngapain?”
“Lagi nonton TV. Oh ya, ntar malem jalan yuk. Gue mau kenalin lo sama sahabat gue. Dia pengen banget kenalan sama lo.”
“Oh ya? Oke deh. Ntar malem gue jemput lo ya.”
“Oke.” Vivi menutup teleponnya. Tak berapa lama muncullah Angga dan duduk disebelah Vivi.
“Vi, denger-denger dari Nadifa. Elo udah punya pacar?” Tanya Angga.
“Iya, emang kenapa?”
“Gak papa kan gue nanya. Sensi amat.”
“Ih engga sensi. Ya gue juga nanya kali.”
“Elo ikut yah besok.” Kata Vivi.
“Kemana?”
“Jalan. Sama Nadifa sama Johan juga.”
“Kok berasa pasang-pasangan ya. Kita suruh jadi obat nyamuk lo gitu?”
“Ya engga. Gue mau kenalin kalian ke Johan.”
“Gue udah kenal.”
“Kan kemaren kenal sebagai temen. Sebagai pacar belum. Ayolah Ga, mau ya?” Rayu Vivi.
“Hmm.” Berpikir sejenak.
“Iya iya, gue mau.” Kata Angga menyetujui ajakan Vivi. Vivi tersenyum senang. Ia mengeluarkan handphone nya.
“Mau nelvon siapa lu?” Tanya Angga.
“Nadifa lah, mau ngasih tau dia.”
“Ohh. Yaudah.”
“Hallo Difa, besok malam yah kita main bareng. Gue mau kenalin lo ke cowo gue.” Kata Vivi kepada Nadifa ditelepon.
“Oke, chatkan aja lokasinya besok ya.” Kata Nadifa.
“Siaapp.” Vivi menutup teleponnya. Ia melempar senyum kepada Angga. Angga hanya mengernyitkan keningnya. Tak mengerti arti dari senyum Vivi kepadanya.
Malam ini, Johan, Vivi dan Angga sudah berada di sebuah tempat makan. Mereka masih menunggu Nadifa yang katanya sedang di perjalanan. Tiba-tiba Nadifa muncul dan ia sedikit terpana melihat ketampanan Angga. Ia menyukai Angga diam-diam. Namun Vivi mengetahuinya. Malam ini Vivi berniat untuk mendekatkan Angga dan Nadifa tanpa sepengetahuan mereka.
“Johan, kenalin ini sahabat gue.”
“Nadifa.” Nadifa mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan.
“Johan.” Menyambut uluran tangan Nadifa.
“Dif, masih perlu kenalan gak sama Angga, hikhikhik.” Vivi menggoda Nadifa. Nadifa reflek memukul Vivi.
“Apaan sih, Vi.” Nadifa tersipu malu. Angga hanya tersenyum membuat Nadifa semakin jatuh hati padanya. Tiba-tiba telepon Angga berdering. Angga mengangkatnya.
“Halo?”
“Angga lo dimana? Tolongin gue!” Kata suara di seberang sana. Terdengar panik.
“Lo kenapa?” Angga bingung.
“Gue dikejar-kejar mantan gue. Gue dipaksa sama dia. Gue gak mau. Gue takut. Ga tolongin gue. Pliss!”
“Oke oke gue ketempat lo.” Angga menutup teleponnya. Vivi langsung bertanya.
“Ada apa, ga?”
“Gue cabut dulu ya.”
“Kemana?” Tanya Vivi bingung.
“Tempat Yuni. Dia butuh bantuan.” Angga buru-buru pergi tanpa memperdulikan Vivi yang masih sibuk bertanya. Mendengar nama Yuni Nadifa cemburu. Ia sedikit kesal. Vivi mengetahui perubahan ekspresi Nadifa. Ia pun menghiburnya.
“Dif.” Baru memegang pundaknya Nadifa beranjak pergi. Vivi mencegahnya namun gagal. Nadifa berlari tanpa memperdulikan teriakan Vivi yang memanggil namanya. Johan menenangkan Vivi.
“Vi, udah biarin aja. Dia butuh waktu sendiri.”
“Iya, tapi gue tau Nadifa sangat menyukai Angga. Dia pasti sakit hati melihat Angga pergi ketempat cewek lain. Gue harus gimana, Jo?”
“Kita lihat aja nanti. Siapa yang akan dipilih oleh Angga. Hati gak bisa dipaksa, Vi. Kita juga belum tau kan hubungan Angga dengan Yuni itu seperti apa. Kalaupun memang Angga punya hubungan lebih sama Yuni kita mau gimana. Itu pilihan Angga. Tinggal Nadifanya aja yang harus merelakan.” Kata Johan menenangkan Vivi.
“Bener kata lo, jo. Kita cuma bisa melihat. Kita Cuma penonton.” Vivi menghela nafas panjang. Ia merasa tidak enak hati kepada Nadifa karena ia sahabatnya. Tapi ia berusaha tenang dan mengikuti nasehat dari Johan.
Angga sudah sampai ditempat Yuni. Melihat kedatangan Angga, Yuni langsung memeluknya. Angga terkejut namun ia berusaha menyesuaikan. Ia menenangkan Yuni.
“Makasih ya, lo udah nolongin gue.”
“Lo gak papa kan, tenang aja. Kalau lo di apa-apain sama mantan lo gue yang akan bertindak. Gue akan jagain lo.” Kata Angga sambil memegang kedua pipi Yuni. Yuni menatap mata Angga dalam-dalam. Angga pun begitu.
“Cantik banget.” Kata Angga dalam hati. Ia pun memeluk Yuni.
Di sekolah, Nadifa sibuk mencari Yuni. Ia ingin melabraknya. Ia merasa sakit hati karena Yuni telah merebut Angga darinya. Nadifa melihat Yuni duduk di dalam kelasnya. Ia masuk dan langsung menarik tangan Yuni dengan kasar.
“Heh, cewek kegatelan! Denger ya! Mulai dari sekarang lo jauhin Angga. Angga itu cowok gue!!!!” Bentak Nadifa. Yuni merasa terkejut.
“Maksud lo?” Yuni meringis kesakitan. Genggaman tangan Nadifa terasa begitu kuat sehingga menyakitkan Yuni.
“Brengsek. Berani lo sama gue?! Awas aja kalau lo deket-deket lagi sama Angga gue akan bunuh lo!” Nadifa mendorong Yuni hingga terjatuh. Yuni menangis. Vivi datang melerai mereka.
“Ada apa ini, Dif? Udah-udah jangan berantem. Ayo ikut gue!” Vivi menarik tangan Nadifa keluar kelas.
“Awas lo, f*ck!” Nadifa memamerkan jari tengah kepada Yuni yang tertuduk dilantai sambil menangis.
“Iihh Difa, udah!!” Vivi membentak Nadifa sambil terus menariknya keluar kelas. Vivi membawanya ke taman sekolah.
“Lo kenapa sih, Dif. Sekasar itu sama dia?!” Tanya Vivi dengan suara agak keras.
“Gue kesel lah. Dia deket-deket sama Angga.” Nadifa terlihat sangat kesal.
“Lo suka sama Angga?” Tanya Vivi. Nadifa terdiam.
“Kenapa lo ga bilang. Kalo lo suka bilang aja langsung sama dia. Biar dia yang memilih. Jangan malah nyalahin orang yang ga tau apa-apa.” Kata Vivi. Nadifa hanya terdiam dengan raut muka yang sangat kesal.
“Dif, jadi cewek itu ga perlu sebodoh itu. Kalo liat lo kayak gini pasti Angga malah ilfiil sama lo. Bisa jadi malah gak suka sama lo. Gue gak bela siapa-siapa disini ya. Gue Cuma mau nasehatin lo. Kalo lo emang suka sama Angga buatlah ia terkesan sama lo. Bukan buat ilfeel kaya gini.”
“Sekali lagi kalau gue liat lo labrak Yuni. Gue gak segan-segan ya buat laporin lo ke Angga. Jaga image baik lo didepan Angga. Paham!?” Vivi beranjak pergi meninggalkan Nadifa. Nadifa langsung terduduk lemas di kursi taman sekolah dan menangis. Ia kesal, sedih, kecewa dan marah kepada semua orang. Ia sangat menyukai Angga tapi ia tidak berani mengutarakannya. Ia takut Angga menolaknya. Ia membenci Yuni yang dianggap telah merebut Angga darinya.
Di tempat lain, Angga melihat Yuni sedang duduk merenung di depan kelas. Angga mendekatinya. Yuni terlihat cuek kepada Angga.
“Yuni, lo kenapa? Tumben cuek banget?” Tanya Angga. Yuni tidak menoleh sama sekali. Ia menatap lurus kedepan.
“Mulai dari sekarang lo jauhin gue.”
“Maksud lo apa, Yun. Apa salah gue?” Angga kebingungan.
“Nadifa lebih membutuhkan lo dibanding gue.”
“Tunggu!! Nadifa?? Kok tiba-tiba Nadifa.” Angga semakin bingun dengan kata-kata Yuni.
“Nadifa suka sama lo. Lo juga pantes sama dia. Ini terakhir kalinya kita ketemu. Jangan pernah datang lagi ke gue.” Yuni bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Angga yang kebingungan. Ia tidak tahu permasalahannya dan tiba-tiba Yuni marah kepadanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments