Farhan, begitulah nama laki-laki yang saat ini sedang dekat dengan Vivi. Hingga pada suatu hari Farhan berniat untuk berkunjung kerumah Vivi.
“Vi, Gue boleh main gak kerumah lo?” Tanya Farhan.
“Kapan?”
“Hari minggu besok. Gimana?”
“Oke deh.” Vivi mengiyakan.
Hari ini adalah hari minggu, Farhan sudah tiba didepan rumah Vivi. Meskipun ia gugup namun ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu rumah Vivi.
Tok..tok..tok....
“Assalamualaikum.” Beberapa menit kemudian terdengar suara langkah kaki menuju pintu.
“Waalaikumsalam. Silahkan masuk, nak?” Jawab Papa sambil mempersilahkan tamunya masuk kedalam.
“Terimakasih, Om.” Kata Farhan. Lalu ia bergegas masuk kedalam rumah Vivi.
“Silahkan duduk. Ini temennya Angga atau Vivi?” Tanya Papa. Sembari duduk di kursi yang telah tersedia, Farhan menjawab pertanyaan Papa.
“Vivi, Om.”
“Ya sudah Om panggilkan Vivi dulu ya. Silahkan tunggu sebentar.”
“Baik, Om.” Tak berapa lama kemudian Vivi pun muncul sambil membawa segelas minuman untuk disajikan kepada Farhan.
“Hai, Farhan.”
“Hai, Vivi.”
“Udah lama nunggu?” Tanya Vivi sambil tersenyum.
“Enggak kok.”
“Oh ya, itu tadi Papa Lo Vi?” Tanya Farhan.
“Iya, Papa gue.” Jawab Vivi.
“Mama lo mana.?”
“Gue gak punya Mama. Mama gue udah meninggal 6 tahun yang lalu.”
“Oh, sorry ya, Vi.”
“Gak papa kok. Sans aja kali.” Tiba-tiba muncul Angga dan duduk disebelah Vivi.
“Vi, ini temen Lo.?”
“Iya, kenalin Ga. Ini Farhan, temen sekolah Gue.” Angga pun menyodorkan tangannya kepada Farhan untuk bersalaman.
“Angga Putra Darmawan. Kakak nya Vivi.”
“Farhan.” Jawab Farhan sambil menjabat tangan Angga.
“Temen lama Vivi?” Tanya Angga.
“Enggak terlalu lama sih, baru sebulan kenal.”
“Oh baru kenal. Baru kenal udah deket, apalagi kalau udah akrab, mau jadi apa kalian.” Kata Angga dengan nada sinis. Ia terlihat kurang suka melihat Vivi sembarangan dalam memilih teman apalagi laki-laki.
“Angga!” Teriak Vivi terkejut mendengar ucapan Angga.
“Angga, Lo saudaranya Vivi?” Tanya Farhan.
“GUE KAKAKNYA!” Jawab Angga dengan nada tinggi.
“Angga! Jangan gitu dong, gak sopan tau sama tamu.” Sahut Vivi.
“Gue kan ditugasin buat ngejaga lo. Itu wasiat mama gak boleh diingkari. Gue hanya ngejalanin perintah mama, kenapa lo sesewot itu sih.” Kata Angga ketus.
“Tapi kan jangan keterlaluan dong. Gue jadi gak enak sama Farhan.”
“Bawel lo. Dijagain gak mau. Gak dijaga juga salah.” Angga terlihat sangat kesal kepada Vivi.
“Ga, lo boleh jaga gue. Tapi caranya gak kaya gitu.”
“Gimana caranya kalo gak gitu.!”
“Ya lo jangan ngelarang gue berteman sama cowok.”
“Itu caranya?! Itu cara yang salah Vivi. Seharusnya gue jaga lo supaya lo jangan keterlaluan main sama cowo. Kalo lo berteman sama cewe gue gak ngelarang. Tapi lo berteman sama cowo yang baru dikenal selama sebulan. Lo belum tau siapa dia, latar belakang dia, kalo lo diapa-apain gimana, gue juga yang susah. Lo cewek Vivi. Berteman sama cowok ada batasnya. Gak bisa sebebasnya. Lo harus bisa jaga diri kalo gue gak ada.!” Kata Angga. Farhan termangu mendengar perdebatan mereka. Ia tidak berani menyela karena takut akan menimbulkan masalah yang lebih besar lagi. Vivi langsung bangkit dan berlari menuju kamarnya sambil menangis.
“Eh Vi, lo mau kemana!!”
“Makanya jadi kakak tuh jangan egois.” Kata Farhan.
“Apa lo bilang?! Egois?! Eh denger ya, Vivi itu adik gue satu-satunya, jadi gue berhak melindungi dia dari gangguan para cowok ga jelas asal usulnya kayak lo!”
“Terserah lo mau bilang apa sama gue. Gue ingetin ke elo, vivi itu udah gede, bukan anak kecil lagi. Jadi berhak dong bergaul sama cowo untuk menemukan cinta sejatinya. Kalo lo terlalu keras sama dia, dia bisa tertekan. Inget tuh pesen gue!” Farhan bangkit dari tempat duduknya dan pergi meninggalkan Angga tanpa mengucapkan salam.
Didalam kamar Vivi menangis, tiba-tiba Hp nya berdering. Nama Farhan tertera dilayar Hpnya.
“Halo, han.” Vivi mengangkat panggilan itu.
“Sabar ya Vi, kakak lo adatnya keras. Dia begitu karena sayang sama lo. Jadi lo harus sabar ngadepinnya.” Kata Farhan dari seberang sana.
“Gak papa kok han. Udah biasa. Gue tau Angga sayang sama gue dan berusaha jagain gue. Tapi caranya salah.”
“Ya udah, lo sabar aja ya.”
“Maaf ya han, sambutan gue gak enak dihati lo.”
“Gak papa vi. Yaudah aku pulang dulu ya, assalamualaikum.”
“Hati-hati dijalan. Waalaikumsalam.” Vivi menutup panggilan telvon nya.
Hari-hari berlalu, Vivi semakin akrab dengan Farhan. Angga jadi semakin benci kepada Farhan. Sarah, musuh bebuyutan Vivi dari SD mengetahui bahwa Angga benci melihat Vivi dengan Farhan. Lalu ia mencari cara untuk mempermalukan Vivi.
“Hai Angga.”
“Eh, ada apa?”
“Denger-denger lo benci ya sama Farhan yang lagi deket sama Vivi?”
“Iya. Emang kenapa?”
“Gue mau kok bantu lo untuk menyingkirkan Farhan dari Vivi.”
“Gimana caranya?” Sarah dan Angga merencanakan sesuatu untuk memisahkan Farhan dan Vivi.
Pada suatu hari, Vivi sedang duduk berdua dengan Farhan. Lalu tiba-tiba Sarah datang menghampiri mereka.
“Oh, sayangku Farhan. Dari tadi gue tunggu kok lo gak dateng-dateng, ternyata disini ya. Sayang ngapain lo sama cewek itu, lo kan pacar gue. Gue kan udah ngasih semuanya sama lo masa lo tega sih ninggalin gue demi cewek ini.” Kata Sarah sambil bergelayut di lengan Farhan. Sarah memang pandai berekting hingga membuat Farhan kebingungan. Karena Vivi mulai terlihat kesal kepadanya.
“Oh jadi lo udah punya pacar. Lo tega ya nyakitin gue. Mulai dari sekarang gue gak mau deket sama lo!” Teriak Vivi sambil beranjak pergi meninggalkan Farhan. Sarah pun tersenyum ceria.
“Tunggu vi, dengerin penjelasan gue dulu. Ini ga seperti yang lo lihat vi!” Kata Farhan sambil menarik tangan Vivi.
“Dasar cowok hidung belang!”
“PLAK!!!” Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Farhan. Farhan meringis kesakitan. Vivi pergi meninggalkan mereka. Sarah melihat kejadian itu sambil tersenyum senang karena rencananya berhasil.
Angga yang melihat Vivi berlari sambil menangis, langsung mendekatinya sambil memeluk Vivi.
“Vi, kenapa lo nangis?” Kata Angga sambil mengusap rambut Vivi.
“Gue telah di tipu sama Farhan. Ternyata dia pacar Sarah.”
“Makanya vi, dari awal kan gue udah ingetin lo, gue udah feelling pasti Farhan cowok ga bener. Kebukti, kan? Pokoknya mulai dari sekarang lo harus lebih hati-hati lagi sama cowok.”
“Iya.”
Setelah menenangkan Vivi, Angga pun segera menemui Sarah untuk berterimakasih.
“Rah, makasih ya.”
“Ok sama-sama.” Jawab Sarah sambil mengedipkan sebelah matanya. Sambil pergi meninggalkan Angga ditempat itu.
Hampir setiap hari Farhan mencoba untuk menghubungi Vivi tapi Vivi tidak memperdulikannya.
“Tuh, Vi, Hp lo bunyi. Dari siapa tuh?”
“Ihh lagi-lagi Farhan. Bosen gue denger namanya.”
“Lo ganti kartu aja vi biar aman.”
“Ok deh.” Vivi mengiyakan.
Farhan kesulitan untuk menghubungi Vivi karena selalu tidak aktif. Padahal Vivi sudah mengganti kartu ponselnya tanpa sepengetahuan Farhan. Farhan mencoba untuk pasrah namun ia tak akan pernah menyerah. Ia bertekad untuk menemui Vivi dikemudian hari saat keadaan sudah kembali normal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments