Johan Pradipta

Angga duduk menyendiri di teras rumahnya. Ia merenung memikirkan adiknya. Sebetulnya ia merasa lega dan senang karena adiknya telah menemukan keluarga kandung nya tapi di sisi lain ia sedih karena takut kasih sayang Vivi kepadanya terbagi. Wajar ia merasa khawatir. Sejak bayi hingga dewasa mereka selalu bersama layaknya seperti anak kembar. Vivi yang baru muncul dari dalam rumahpun merasa heran melihat Angga duduk termenung tidak seperti biasanya. Ia pun berniat mengejutkan Angga.

“Angga.!!”

“Eh ******! Ya tuhan Vivi mau copot jantung gue!” Angga hampir terjungkal gara-gara Vivi. Vivi tertawa terpingkal-pingkal melihatnya.

“Hahaha..... salah siapa ngelamun. Ngelamunin sapa sih lo. Cewe ya. Yang mana. Kenalin ke gue dong. Anak kelas berapa. Dimana rumahnya...”

“Huuuussssttttt cerewet banget sih.! Siapa juga yang lagi ngelamunin cewek.”

“Ya lagian ngpain lo duduk disini sendirian melamun gitu. Kesambet lo entar.”

“Gak ada apa-apa looh.”

“Hmm yaudah kalo ga ngaku. Lo udah makan belum?” Tanya Vivi.

“Udah.” Jawab Angga kurang bersemangat.

“Udah ngerjain PR?”

“Udah.”

“Udah nyiram bunga?”

“Udah.”

“Udah balas chat dari yuni?”

“Udah.”

“Iiihhh...Angga! Dari tadi jawabnya gitu-gitu aja gak kaya biasanya. Pasti ada apa-apa nih. Cerita dong!” Bujuk Vivi. Angga hanya terpaku.

“Lo ada masalah?” Tanya Vivi.

“Enggak.”

“Kayaknya lo sakit deh. Udah minum obat. Minum obat yuk?”

“Enggak.”

“Lo kenapa sih?”

“Enggak papa.”

“Lo tu ya aneh hari ini. Tadi bilang udah udah terus sekarang bilang enggak enggak terus. Bilangnya gak kenapa-kenapa. Bete deh. Dah lah males gue. Gue masuk rumah aja!” Vivi beranjak masuk kedalam rumah. Angga hanya terdiam tanpa menjawab sepatah kata pun. Terlalu sulit untuk berkata jujur kepada Vivi. Ia takut Vivi akan sedih dan merasa kalau dirinya tidak senang Vivi bertemu keluarga kandungnya.

Dikamar Vivi sibuk memainkan gadgetnya. Dia mempunyai kenalan baru namanya Johan. Sudah seminggu ia bertukar pesan atau chatting dengan Johan.

“hai, Vi, lagi ngapain lo sekarang?”

“hai Jo, lagi santai aja nih.”

“udah makan?”

“udah dong Jo.”

“oh ya, Vi, lo udah punya pacar?”

“belum. Emang kenapa Jo?”

“gak papa, Vi, pengen tau aja.”

“oh gitu.”

“vi, kapan kita ketemu?”

“mmm....kapan ya?”

“gimana kalo malam minggu?”

“emm..oke deh Jo. Gue usahain besok.”

“oke. Yaudah ya Vi, gue mau kerumah temen gue dulu. Udahan dulu ya chatingannya. Bye..”

“bye.”

Malam ini Vivi berdandan cantik sekali. Ini adalah malam minggu. Malam dimana Vivi dan Johan melakukan pertemuan.

“Mau keman Vi?” Tanya Angga yang sedang menonton TV bersama Farhan diruang keluarga.

“Mau jalan-jalan bentar ga, gue suntuk dirumah terus.”

“Nanti masuk angin, Vi.” Sahut Farhan.

“Hahaha.... enggak lah Han, gue tinggal dulu ya kalian berdua. Awas jangan berantem kaya biasanya. Hahaha...” Vivi melengos pergi sambil tertawa. Seketika teringat Farhan dan Angga yang sering berselisih jika sedang bersama.

“Hati-hati vi!”

“Iya. Sip kakak kakak ku tersayang!”

Sesampainya di tempat yang dituju. Mereka janjian bertemu di kafe tidak jauh dari rumah Vivi. Vivi masuk kedalam kafe tersebut dan matanya mencari-cari Johan.

“Mana sih Johan. Dia bilang udah sampai. Pake baju item, celana levis, duduk dibangku nomor......26. Mmmm... ha! Itu dia!!” Vivi bergegas menghampiri Johan.

“Hai.” Sapa Vivi. Johan melihat ke arah Vivi.

“Hai. Vivi kan?” Tanya Johan memastikan.

“Iya, Vivi.”

“Oh, gue Johan. Silahkan duduk Vi.” Johan mempersilahkan Vivi duduk dan memesankan minuman untuk Vivi.

“Thanks Jo.”

“Cantik.” Ujar Johan lirih namun terdengar di telinga Vivi dengan samar. Seperti berkata untuk dirinya sendiri.

“A-apa.?”

“Enggaaakkk. Oh ya rumah lo dimana, Vi?”

“Engga jauh ko dari kafe ini. Rumah gue di Jalan Merpati Blok 1 No 3.”

“Oh gue tau komplek itu. Pernah melewatinya.”

“Oh ya.”

“Iya, lo anak keberapa VI?” Tanya Johan sambil menikmati hidangan yang ia pesan.

“Gue anak ke.... anak terakhir.”

“Punya kakak atau abang.?”

“Ada. Gue punya dua abang.” Jawab Vivi sambil menyuapkan makanan yang ia pesan kedalam mulutnya.

“Besok jalan-jalan yuk. Besok kan hari minggu, kita bisa refresing sebelum besoknya lagi kembali bersekolah. Suntuk kan di rumah aja. Mau gak?”

“Em, boleh deh. Kemana?”

“Ke mana aja yang penting kita happy.”

“Okey deh.” Mereka berdua lanjut mengobrol. Terlihat sangat seru dan asyik. Johan memang laki-laki yang mudah sekali mengambil hati wanita. Sehingga Vivi merasa nyaman bersamanya.

Pagi ini Vivi melihat Farhan sangat rapi seperti hendak pergi kesuatu tempat. Vivi pun heran dan bertanya.

“Han, lo mau kemana rapi banget. Masih pagi lo.”

“Gue mau pulang kampung. Gak enak numpang terus kaya gini. Lagian Papa juga dikampung sendirian.”

“Gue ikut!”

Tiba-tiba Angga muncul dari dalam kamarnya.

“Mau ikut kemana, Vi?” Tanya Angga menimpali.

“Gue pengen ikut Farhan pulang kampung.”

“Jangan, Vi, sekolah lo kan disini.”

“Iya sih. Tapi gue pengen ketemu Papa.”

“Bener kata Angga Vi, lo disini aja. Tempat lo emang disini. Biar Papa gue yang jaga.” Kata Farhan. Ia tau Angga tidak rela melepas Vivi. Ia memaklumi memang Angga yang lebih dekat dan lebih mengerti Vivi. Setidaknya ia sudah merasa lega karena telah menemukan keberadaan adiknya. Ternyata adiknya hidup bahagia. Itu sudah cukup baginya.

“Tapi, Papa,..”

“Udah gak papa Vi. Nanti gue sampaikan salam lo ke Papa. Nanti kita juga bisa video call dari kampung. Lo bisa ketemu Papa via televon. Kalau lo udah tamat sekolah lo boleh kekampung untuk jumpa Papa.”

“Hmm.” Vivi berpikir keras. Ia sangat ingin bertemu Papa kandungnya. Namun ia juga harus menyelesaikan sekolahnya di jakarta. Setelah lama terdiam akhirnya Vivi mengiyakan saran dari Farhan.

“Yaudah. Gue akan nyusul lo kalo gue udah tamat. Tunggu gue ya disana. Jagain Papa. Bilang sama Papa gue pulang setelah tamat sekolah.”

“Iya, Vi.”

“Hati-hati dijalan, Han.” Setelah itu Farhan berpamitan. Tidak berapa lama kemudian Johan muncul. Vivi menyambutnya.

“Hai, Vi?”

“Eh iya Jo, bentar ya gue siap-siap dulu. Lo duduk aja dulu.” Setelah itu Vivi segera masuk ke kamarnya untuk bersiap-siap. Lalu Angga muncul dan menghampiri Johan di ruang tamu.

“Lo temen Vivi?”

“Eh, iya.”

“Gue Angga. Kakaknya Vivi.”

“Johan.”

“Hmm. Gue ingetin sama lo baik-baik, gue izinkan lo ajak main adik gue tapi lo harus janji jangan macem-macem sama adik gue, lo harus jagain dia. Kalo lo melanggar perintah gue, gue habisin lo!” Kata Angga tegas.

“Oke, gue janji akan jagain Vivi. Makasih udah izinin.” Kemudian Vivi muncul.

“Angga, gue keluar bentar ya sama Johan. Udah kenalan kan?”

“Iya. Hati-hati. Jangan kemalaman pulangnya ga baik perempuan pulang malam sama laki-laki.”

“Oke. Makasiiihhh Anggaa. Kami berangkat dulu yaa. Assalamualaikum!”

“Waalaikumsalam.”

Vivi dan Johan melakukan kegiatan yang menyenangkan hari ini. Berjalan-jalan, ketempat wisata, nonton di bioskop, pergi ke dufan, makan bareng dan terakhir ke pantai. Vivi sangat bahagia hari ini bisa bersenang-senang diluar rumah. Selama ini ia terlalu sering berada didalam rumah karena ia tidak mempunyai banyak teman di sekolah.

“Bagus ya Vi pantainya?”

“Iya bagus banget. Jadi cerah gitu rasanya liat pantai ini hahah..” Vivi tertawa senang. Sangat manis dilihat. Johan menyukai tawa Vivi. Ia mengagumi gadis cantik didepannya.

“Vi, gue mau ngomong sesuatu sama lo.?” Tiba-tiba Johan terlihat serius. Ia menghadap ke arah Vivi dan dengan ragu-ragu meraih jemari Vivi. Vivi sedikit bingung dan menunggu apa yang akan Johan katakan.

“Vi, udah lama gue suka sama lo. Sejak kita kenalan di chatting. Berlanjut saat ketemu di kafe. Gue serius pengen jagain lo. Bahagiain lo kaya sekarang. Setiap hari. Lo mau kan jadi pacar gue?” Johan menatap mata Vivi dalam-dalam. Vivi pun menatap Johan. Ia melihat keseriusan Johan dimatanya. Dengan jantung yang berdegup ia pun mencoba memberi jawaban kepada Johan.

“Iya. Gue mau.” Seketika Johan loncat kegirangan. Belum pernah ia merasa sebahagia ini. Ia langsung memeluk Vivi dan mengecup keningnya. Ia berjanji akan membahagiakan Vivi selamanya dan menjaganya. Hari ini adalah hari yang penuh kebahagiaan bagi Vivi dan Johan. Vivi berharap kebahagiaan ini tak akan pernah pudar sampai kapanpun.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!