Pagi ini begitu cerah, saat sang mentari mulai membiaskan cahaya hangatnya menelusup masuk kedalam sela sela gorden kost-kostan elit GGS. Tak terkecuali Atika yang masih malas untuk bangun, karena kantuknya yang juga tak kunjung hilang.
Kantuknya yang masih merajai kepala, dan kesal yang masih nyantol di dada, eh.. hati ya gaes, karena biasanya yang nyantol didada itu, sebuah lagu yg sedang tred itu kan ya...
Ndek biyen wis tak tuko-ke, wujud tali sak kutang-e
(Dulu sudah aku belikan, wujud tali sekalian BH-nya)
Saiki-ne lha kok ilang, sak slira-ne…
(Sekarang kok hilang, termasuk dirimu)
Ndek biyen wis tak tuko-ke, wujud tali sak kutang-e
(Dulu sudah aku belikan, wujud tali sekalian BH-nya)
Saiki-ne lha kok ilang, sak slira-ne…
(Sekarang kok hilang, termasuk dirimu)
Lungo menyang endi, tanpo pamit ra ngabari
(Pergi kemana, tiada pamit tanpa kabar)
Opo lali, kowe karo aku iki….
(Apa lupa, kamu sama aku ini)
(Pergi kemana, tiada pamit tanpa kabar)
Opo lali, kowe karo aku iki….
(Apa lupa, kamu sama aku ini)
Atika malah terbangun karena dikepalanya terngiang-ngiang lagu tali kutang yang terus berputar berulang-ulang dimemorinya kini.
"Heeuuuh! gara-gara si dhenox sok nyetelan lagu tali kutang, nepi ka sorah uing pinuh ku tali kutang, tapi enak euy san ngibing gutak giteuk saalit mah... uhuy!"
("Heuuuuh! Gara-gara si dhenox yqng setiap hari memutar lagu tali Be Ha, sampai kepalaku penuh dengan tali Be Ha, tapi enakin kok buat joget meliuk-liuk sedikit mah... uhuuuy!) Akhirnya Atika malah berjoget ria sembari melantunkan lagu yang sekarang menjadi list lagu kesukaannya.
"Ateuuu... geura kadieu!!" (Tante... cepat kemari!!) teriak Anti dari luar kamar, suaranya yang cempreng bisa membuat seluruh penghuni GGS mendadak sakit telinga.
"Aya naon?" Atika dengan tergopoh sedikit berlari sambil mengusap bekas ilernya.
"Tuh, aya rame-rame!" ucap Anti sembari menunjukkan segerombolan emak-emak berdaster tengah berbisik-bisik tetangga.
"Halaah, keun we atuh. Rumaos we ateu kan paling semok paling denok paling montok di kost an iyeu, nu kitu mah tos tiyasa... Ah, cicingkeun we..." (Halaah, biarin aja lah. Kerasa aja kan ateu yang paling seksi, paling bohay dan paling semlehoey di kost an ini, yang gitu-gitu mah udah biasa... Ah, diamin aja...) ucap Atika dengan santainya kemudian menanggalkan tangtopnya yang hanya tersisa kacamata ultramen berenda berwarna ungu janda.
Tiga puluh menit kemudian, Atika dan Anti telah bersiap untuk pergi ke kantin, dimana biasanya ia dan yang lainnya sarapan bersama disana.
"Weeehhh, jengAt wes teko .. Ono kabar apik tenan kanggo awak Dewe Kabeh, Ibu Tejo dek bengi kualat ,(Weeeehhh, jengAt wes teko.. ada kabar gembira untuk kita semua, ibu tejo s'malem kena batunya...)" Dhe yang sudah datang lebih dulu menyambutnya dengan lagu yang asing ditelinga Atika.
"Ngalagu naon kekemu siih?" (nyanyi atau kumur-kumur sih?) ucapnya sebale lihat Dhe yang terus saja menyanyi sampai meja di depannya ikut bergoyang.
"JengAt, kalo ngomong suka bikin mataku siwer," ucapnya menghentikan aksi menyanyinya.
"Ini siapa, unyu bangettt... kamu masih sekolah ya..." tanya Dhe sambilencubit pipi Anti yang sedikit menyembul.
"Heh, jangan suka cocolek sama barang gress, nanti ponakanku ketular sengkleh kaya kamuh!" tepis Atika pada tangan Dhe yang terua menjebew pipi Anti.
"Ponakanku ini, lg cari kamar juga, katanya di sebelah kamar sita kosong, jadi dia mau ngisi. Bu tejo mana siih, kok tumben gak keliatan?"
"Itu dia jengAt, Bu Tejo sedang dirundung galau tingkat kecamatan. Enggak berani keluar kamar sejak semalam," terang Dhe memulai gibahannya.
"Terus, terus..." Atika yang suka mendengarkan gosip pun akhirnya segera duduk manis dan menangkupkan tangannya menjadi tumpuan dagunya.
Anti yang sedari tadi diam, ikut terduduk sekaligus memasang kupingnya lebar-lebar.
"Semalam habis memadu kasih sama si Wage supono, tapi baru cap cip cup sama *****-***** aja, belum masuk sarang sudah ketahuan kalo itu bukan pria idaman Bu Tejo," jelas Dhe.
"Sekarang dia lagi galau, Be Ha nya yang biasa untuk menyambut kedatangan pak Tejo, dibawa lari supono."
"Halaaah, kamari ****** uing di gondol, ayeuna kutang si nini peyot di paling deui..." Atika bergumam kesal.
Beberapa menit kemudian, datanglqh seseorang dari arah belakang, memakai pkaian layaknya Abegeh dan juga tak lupa ia menyertakan syal dan masker untuk menutupi separuh wajahnya.
Ketiganya menatap heran pada si wanita bergaya abegeh itu. Mereka terheran, karena si wanita menghampiri dengan celinngak celinguk.
"Bu tejo?!" pekik Atika saat menyadari siapa wanita itu.
"Ssssttt menengo rek, Ojo kokean cocot. Nang Endi arek edan sing wes mari mlokoto ?(Sssttttt... jangan kebanyakan bacot. Dimana otu si gadis sintong penipu?)" tanya nya berapi api
"Sopo arek sing wes mlokoto ? (Siapa itu gadis penipu)?"
"Ya siapa lagi, kalo bukan sita si tukang tipu, bilangnya supono itu gantengnya pakek bangaet seperti liminho, eeh.. nggak taunya wajahnya aja kayak thanos, eeeh lah dalaaah.. malah lebih yahuuud thanos koyo e, teronge wih gede..." Bu tejo malah membayangkan thanos.
"Cieeee... cieee.... sampean ki wis nganu anu karo pono ta?"
"Waaah... berita ter hedooon iyeu mah... cing atuh... sampe gol nyah,"
Dheswita dan Atika kompak tergelak bersamaan, dan Anti si gadis abegeh yang planga plongo pun akhirnya hanya ikut tertawa, mentertawakan yang tertawa. Hahahahaha
"Menengo, jancuuuuk kowe wong loro iki, aku gek kesusahan iki lho, kok yo di ejek i, opo ya ora turun martabatku mengko."
"Heh, jengAt. Bukannya kamu juga lebih dulu digrepe-***** pono ya, kamu juga pernah nuobain si wajah thanos itu juga dong?"
"Iih, akuh mah baru jga cap cip cup, belum smpet aheahe," sergah Atika, ia pun menjadi merinding disko mengingat beberapa malam yang lalu saat supono salah masuk kamarnya.
"Pantesan yah itu ada bau-bau hanyir ditambah bibirnya yang kelewat kandeul," Atika malah bernostalgia.
"Cieeee.... cieeee.... yang baru icip-icip daun muda,"
"Waaahhh... daun muda apa daun kering itu yaa, aku pernah liat liminho versi arek suroboyo. Kepiye rasane?"
"Selera bu Tejo sekarang turun drastis ya, ya elaaahhh... tau doyang yang begituan, sudah kutawari Sartijo kae sing tulang ngangkut air."
Ibu ibu dan penghuni lain yang juga sedang membeli sarapan pun, berbisik-bisik hingga bisikannya tersambar oleh kuping bu tejo.
Bu Tejo yang sudah geram, akhirnya berdiri dan satu kakinya dinaikkan di atas kursi, tanpa menyadari bahwa ia sedang memakai rok mini.
Para pria yang sedang sarapan pun mendadak menjatuhkan sendoknya berbarengan.. liur merwka menetes tes tes memenuhi piring mereka.
"Heiii para netijen durjana, siapa yang berani ngejek-ngejek aku? Tak sobbek- sobek cangkemmu!"
🍆🍆🍆
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
ealaaaahhhhh....stress temenan po bu Tedjo...smp lali nutupi properti???😅
sakno bpk2 ngarepmu bu...iso2 dehidrasi....😂😂😂😂😂😂
2020-12-10
1
Ani Yanti
waduhh,!!
netijen durjana,,,,😂😂😂
2020-12-05
2
Mega
hahaha lengkap sudah yang dibawa pono...
2020-12-02
2