Dek Sita Memutar Otaknya

Sambil mengikat tali sepatu snaker nya, Sita tertawa geli sendiri mengingat kejadian kemaren Si Pono salah kamar. Dhe yang kebetulan lewat dengan membawa belanjaan sekresek berlabel 'Alphamaret', menjadi penasaran apa yang dipikirkan mahasiswi semester empat itu.

"Maeng bengi mari main Karo sopo kok sampe saiki isih mesam mesem ae??" teguran Dhe malah membuat Sita tertawa.

"Ingat semalam Pono salah kamar Kak" jawab Sita sambil menahan tawanya.

"Koen pancen kurang ajar kok, wong tuwek mok gawe adus kembang sampe awak e mambu kembang koyok kuntilanak." ( kamu emang gak sopan, orang tua kamu bikin mandi kembang sampai badannya bau kembang kayak kuntilanak ) seru Dhe sambil masuk ke kamar kostnya. Lalu keluar mengunci kamarnya lagi.

"Loh arep nyang endi mane??" ( Loh mau kemana lagi? ) tanya Sita heran.

"Kerjo Mbut. Mumpung ono job-joban nyanyi nak mantenan" jawab Dhe sambil membetulkan rambutnya sambil berkaca di kaca jendela depan kamar Bu Metha alias Bu Tedjo.

"Kerjo terus .... Tangi turu langsung kerjo, muleh kerjo langsung turu. Mimpine yo mimpi kerjo, kerjo teruuusss .... Nganti Ultramen dadi Ultraplu" seloroh Bu Tedjo dari dalam kamarnya. Kadang Bu Tedjo suka bener.

Dhe menanggapinya cuma dengan senyuman. Sedang Sita yang mendengar suara Bu Tedjo, raut wajahnya langsung berubah pucat. Hutang itu masih belum terbayar. Astogeng, kabuuurrr ....

"Heh munyuk!!! Arep mlayu nang endi??"( Hei anak monyet, mau lari kemana?) teriakan Bu Tedjo menghentikan langkah seribu Sita. Dengan wajah di buat semanis mungkin Sita menoleh ke arah Bu Tedjo.

"Asssyyyyuuuuu, alasan opo maneh aku???" batin Sita.

"Bayar utangmu sak anak e tiga kali lipat! Kowe bayek procot metu teko kangkangan ae arep ngapusi wong gerang" ( Bayar hutang kamu sekaligus bunganya tiga kali lipat! Kamu bayi new born keluar dari s*langkangan saja mau ngibulin orang tua ) ucap Bu Tedjo duduk menyilangkan kakinya. Daster mini di atas lututnya menampakkan sesuatu terbungkus kain satin bunga-bunga berwarna maroon yang kejepit.

"Buk, lambe sing dukur nyocot, sing ngisor kon mingkem" ( Buk, bibir atas nyerocos, yang bawah suruh mingkem ) seru Dhe dari bangku kantin GGS. Mulutnya penuh dengan lemper ayam kesukaannya.

"Wes meneng o ae, iki cekne isis. Bekne ae ta ono terong balado sing gelem manasi" ( Sebaiknya kamu diam dulu, ini biar sejuk. Mana tahu ada terong balado yang mau bikin panas ) seru Buk Tedjo sambil mengayunkan kipas tangan.

"Eh buk, aku Ono kenalan DJ, kerjone ngunu, tapi Bu Tedjo kudu wani nambah. Nambah e gak nak aku, tapi nak arek e. Piye??"

"Sing tenan?? Engkok Kowe ngapusi neh. Koyok dek ingi Pono kae ( Yang bener, ntar kamu bohong lagi. Seperti kemarin Pono itu )" Bu Tedjo penuh selidik.

"Eh, sa lamun pendak Pono tah baliken deui cangcut uing, anyaran keneh eta ( Eh, kalo ketemu Pono suruh kembalikan CD ku. Itu masih baru loh ) sela Jeng Atik yang kebetulan baru datang dari aktivitas paginya. Sita dan Bu Tedjo tidak menggubris omongan Jeng Atik. Karena mereka gak begitu mengerti.

"Mboten Buk, tapi Ojo Saiki, aku sek arep muleh nak deso" (Gak Buk, tapi jangan sekarang, aku mau pulang ke desa dulu ) ujar Sita memelas.

'Brhuuuum Brhuuuum'

Pajero warna putih memasuki parkiran GGS. Semua penghuni menoleh ke arahnya. Mata dan mulut mereka sama-sama terbuka. Mereka mengira-ngira siapa penghuni GGS yang di jemput Pajero.

"Buk, jemputanku wes teko, aku mangkat disek nggeh ..." pamit Sita. Tanpa menunggu jawaban dari Bu Tedjo, Sita langsung ambil langkah seribu.

"Kak Dhe, baca WA ku ya ..." seru Sita setengah berteriak sambil berlari masuk ke dalam Pajero warna putih. Dhesita menggabungkan alisnya lalu mengecek ponselnya. Ada 4pesan.

Kak Dhe, Pak Darmadji udah booking kamar di JW. Marriott deal sepuluh juta semalam.

Mau ya ....🙏🙏🙏

Di tunggu sore ini.

Makasih fee nya ....

Pajero plus sopir buat antar aku ke Madura fee nya

Selamat menikmati terong kisyut ...

Ojo lali di elus-elus disek gawe pemanasan

Sepuluh juta semalam?? Wooooowwww kan??

🍆🍆🍆🍆

Sita berusaha mengingat-ingat wajah supir Pak Darmaji yang duduk di sebelahnya. Kayaknya dia pernah ketemu dengan cowok bertubuh tegap gagah dan berwajah bule ini.

"Mbak e ora ileng karo aku?"

"Oalah, Kowe toh?" seru Sita girang karena dia sudah ingat wajah bule Jowo supir Pak Darmaji ini.

Ya, ini bule Jowo yang sama yang sudah membuatnya tidak jadi berangkat kuliah karena bajunya basah dan kotor kena cipatran kubangan air.

"Mbak e wong Meduro??" tanyanya sok akrab.

"Iyo Ibu wong Jember, Bapak asli Meduro." jawab Sita. Matanya menyelusuri setiap inci wajah si bule Jowo. Bulu halus di rahangnya pasti bikin kebelinger. Rrrrrrr .... Sita bergidik membayangkan.

"Nyapo Mbak??" si Bule menatap penuh curiga.

"Oh yow kenalan sek toh Mbak ... Jenengku Sammy Mbak, panjangnya Samsul Arifin" kata Bule Jowo itu dengan PeDe mengulurkan tangannya. Sita menahan tawa mendengar nama panjang Sammy.

Sammy, panjangnya Samsul Arifin. Untung saja wajah bule jadi sah sah ae. Wong ganteng mah bebas masio akeh polae. Sak tingkahmu cak ...!!!

"Aku Sita Mas ..." Sita menyambut uluran tangan Sammy. Terasa getaran yang belum pernah Sita rasakan selama ini. Begitu banyak sentuhan yang dia terima tapi tak sehangat sentuhan Sammy si Bule Jowo. Si bule Jowo pun demikian, hatinya seperti di gelitik dengan sikap ramah dan senyuman manis Sita.

"Oh yow Mas, mampir Alpamaret sek ya ... Koncoku ngenteni dek kunu" ( Oh ya, mampir Alpamaret dulu ya ... Temanku nunggu di sana ) seru Sita sambil menunjuk ke arah papan bertuliskan Alpamaret.

Tanpa banyak komen Sammy membelokkan mobilnya ke Alpamaret. Aku turun, dan mencari sosok Iim.

"Hei Sit, tak tunggu di Giras ae ya ...."

"Okeh Mas Bro ..." seru Sita. Tak menemukan sosok Iim, Sita masuk ke dalam minimarket.

"Hei curut ..." teriak Sita spontan yang membuat semua pengunjung menoleh ke arahnya. Dia mendapati sosok yang dia cari berdiri membelakanginya.

"Masaalah ... cek abitteh bekna, sengkok se adentos deger lorpa" ( MasyaAllah, kamu lamanya banget, aku yang nunggu sampai kelaparan ) sinis Iim.

"Ampun bang jago, ampun bang jago. Ampun bang jago, ampun bang jago" Sita tanpa malu menyanyi dan meliukkan tubuhnya seperti gerakan yang viral di Tek Tuk. Iim beringsut menjauh, dia malu menjadi sorotan para pengunjung.

"Loh, Mbak Sita yo??" sapa seseorang.

Kembali otak Sita di buat berpikir keras. Siapa gerangan yang menyapanya??

"Aku Hani, Mbak. Temannya Dhe" Meskipun masih belom ingat betul Sita tersenyum mengiyakan.

"Mbak lupa ya sama aku?" selorohnya.

"Kalo temannya Kak Dhe jangan panggil aku Mbak dong ... Namaku Sita, Han." Sita nyengir kuda. Tanpa sengaja, matanya tertuju pada kotak berlabelkan Durex di keranjang belanja Hani. Pikiran Sita mulai bertraveling.

Setelah membayar semua belanjaan, Sita dan Hani menghampiri Iim yang sudah duduk melototi ponselnya. ML game kesukaannya, eh jangan mikir ngeres dulu, ML itu Mobile Legend. Game yang di gemari semua kalangan. Termasuk yang baca kan??

Rasa penasaran Sita dengan kotak Durex di keranjang belanjaan Hani memaksa jiwa kepo nya buat membuka mulutnya untuk bertanya.

"Sampean iki ya mbalon ta Han??" Sita memelankan suaranya seperti berbisik-bisik. Mbalon itu bahasa Jawa, julukan buat Pel*cur. Iim terhenyak kaget. Pertanyaan itu mengalihkan perhatian Iim dari game nya. Dia menoleh sebentar lalu kembali fokus ke game nya.

"Hooh Mbak" jawab Hani jujur. Aku dan Iim di buat melongo.

"Ya Allah, neserre kado' ...."( Ya Allah, kasihan banget) seru Iim tapi tetep fokus ke game nya.

"Saya terpaksa Mbak, saya frustasi, pacar saya tidur sama saya nikahnya sama orang lain." suara Hani bergetar.

"Ya Allah, neserre kado' ..." celetuk Iim.

"Dia pergi ninggalin saya seminggu sebelum hari pernikahan kita Mbak ..." Hani sedih mengingat masa lalu itu. Sita berusaha menguatkan dengan menggenggam tangan Hani.

"Ya Allah, neserre kado' ..." sahut Iim lagi. Sita menoleh sekilas ke arah Iim yang masih sibuk dengan game nya.

"Akhirnya aku kabur dari rumah Mbak, gak betah sama omelan keluarga juga gunjingan tetangga ..."

"Ya Allah, neserre kado' ..."

"Kehidupan di Surabaya ini keras banget Mbak ... Dulu, aku kerja sebagai buruh pabrik aja gak cukup buat bayar kost sama makan tiap hari. Makanya aku kerja jadi pemandu lagu plus plus Mbak"

"Ya Allah neserre kado'" sahut Iim. Sita dan Hani melirik Iim, melihatnya jengah dengan celetukannya.

"Piro tarifmu?? Sewengi opo sekali main??" tanya Sita kepo.

"Sama kayak Dhe Mbak, satus ewu sekali main. Plus sego penyetan sambel terong karo teh anget"

"Ya Allah .... Neserre kado' ... " pekik Iim.

"Bekna nesar neser meloloh, ngocak poleh esuweke colo'en bekna" (Kamu kasian-kasian mulu, ngomong lagi aku sobek mulutmu ) seru Sita emosi sambil menyaut HP Iim. Iim cengar-cengir.

"Gelem tak gelekno job-joban? Bayarane sewengi paling sitik telong juta. Tapi sepuluh persen gawe aku yo ..." Otak matre Sita mulai bekerja. Dia mulai kepikiran buat melebarkan sayapnya dengan menjadi germo.

Wajah Hani langsung berseri mendengar tarif yang Sita tawarkan. Tanpa pikir panjang dia mengangguk setuju. Sedang Iim cuma merengut karena gara-gara Sita, dia kalah main Mobile Legend nya.

Setelah saling bertukar HP, Iim dan Sita melanjutkan perjalanan, meninggalkan Hani yang janjian dengan pelanggannya. Pelanggan satus ewu sekali **** ...!!!

🍆🍆🍆

Terpopuler

Comments

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

astaga Hani....😯😯satusewu 1x main???neserre kado😩😩mung iso nggo tumbas durex tok...😬😬😥😥

2020-12-10

1

⊰⊹Rose Bread⊰⊹

⊰⊹Rose Bread⊰⊹

nasibku elek men seh😒

2020-11-21

1

𝕸𝖆𝖘𝖎𝖙𝖆𝖍 𝕬𝖟𝖟𝖆𝖍𝖗𝖆

𝕸𝖆𝖘𝖎𝖙𝖆𝖍 𝕬𝖟𝖟𝖆𝖍𝖗𝖆

ancor pesenna telor taiyeh 😅😅😅

2020-11-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!