Nyari Dukun Bukan Sembarang Dukun

Masih dengan tingkah polah Para penghuni kost kostan elite gang Gesrek Surabaya. Bab ini akan melanjutkan bab sebelumnya.

🍆🍆🍆🍆🍆🍆

.

"Dhe... rene tala, aku arep takon sesuatu.." Bu Tedjo terlihat sedang melambaikan jemarinya yang lentik, bak biji timun berupa beton nangka kepada Dheswita.

"Opo Bu Te... Sek aku tak masang gincu sek yo?" Jawab Dheswita dari lantai dua.

"Ono opo tho jane wong kwi celak-celok aku. Opo kate tuku kondum? Tapi, kondum sing wingenane kae durung di bayar. (Ada apa dia panggil-panggil aku. Apa mau beli kondum? Tapi kondum dua hari yang lalu saja belum dibayar). Dasar emak-emak jablay. Giliran nagih utang nomer siji, giliran utang pura-pura edan." Gumam Dheswita, sembari memasang gincu berwarna merah darah dibagian bibir sexsinya yang seperti habis di sengat lebah tersebut.

Tak lama kemudian, Dheswita telah siap untuk keluar kamar menemui sang istri CEO. Tak lupa, gadis rasa janda itupun menyelipkan beberapa kondum varian rasa dibelahan dadanya. Pikirnya, siapa tahu, Bu Tedjo mau nambah kondum.

Dibalik kamar kost lantai bawah, terlihat wanita estewe dengan memakai pakaian bikini bottom, bak ingin berenang ditepian sungai amazon.

Pikirannya menyeruak ketengah-tengah ladang terong milik pemuda yang baru saja ia tahu namanya melalui Sita si ayam bangkok, eh ayam kampus.

"Assalamualaikum..." sapa Dhe dengan centil kepada Bu Tedjo yang sedang duduk diatas sofa bermotif terong dikamar kost nya.

"Hmm... waalaikumsalam... suwi temen tho Mbut!" Sahut Bu Tedjo sembari memainkan ponsel pintar merk apel krowak.

"Aku sek gincuan mau Bu Te... Ono opo jane sampean nyeluk aku? Arep bayar duwit kondum ta? (Aku masih pakai gincu tadi Bu Te... Ada apa kok kamu panggil aku? Mau bayar uang kondum kah?)" Seloroh Dhe tanpa basa basi. Baginya uang kondum satu renceng amatlah berharga.

"Heh Dhe... kondummu durung sempet dipake Bebebku," jawab Bu Tedjo santai. "Jadi, ngapain aku kudu bayar kondum nganggur."

"Lakok iso?" Kedua bola mata Dhe terlihat membulat seperti tahu bulat yang digoreng dadakan.

"Yo iso, lawong teronge Bebebku mungsret nggak tangi-tangi. Koen ngerti terong digoreng glepung sing wis oleh rong jam? Koyo ngunu Dhe teronge Bebeb, alum sak alume. (Ya bisa, orang terong si Bebeb kriput nggak mau bangun-bangun. Kamu tahu terong yang digoreng pake tepung udah dua jam? Kaya gitu terong si Bebeb, layu se layu-layunya)." Terang Bu Tedjo, sembari membayangkan kejadian diatas ranjang dua hari yang lalu bersama sang CEO peti kemas.

Dheswita terbahak-bahak ketika Bu Tedjo memberitahu bagaimana kondisi terong layu milik sang suami.

"Wis menengo cangkemu, (udah diem mulutmu), aku nyuruh kamu kesini bukan untuk dengerin cerita terong Bebebku. Aku arep tekok sesuatu." Seloroh Bu Tedjo sembari menyentil bibir Dhe yang merah merekah.

"Tekok opo tho Bu Te... Terus duwit kondum serenceng nggak sido dibayar?" (Tanya apa aih Bu Te... terus uang kondum serenceng nggak jadi dibayar)?" Sergah Dhe dengan memanyunkan bibir sexsinya.

"Gampang masalah kondum, nek awakmu iso nulung aku. Ojok duwit kondum serenceng. Blantik wedhus kae yo tak bayari kanggo awakmu, Dhe." Terang Bu Tedjo setengah berbisik.

Kedua alis Dhe seketika bertautan. Memikirkan apa gerangan yang sedang diingankan wanita ****** mantan mutiara bergilir gang doli tersebut.

Bu Tedjo terlihat sedang memainkan ponsel pintarnya dengan mulut komat-kamit seperti sedang menggerutu.

"Dhe... koen kenal dukun lintrik nggak?" Tanpa malu-malu Bu Tedjo melayangkan pertanyaan.

Mulut Dhe terlihat menganga. "Mingkemo Dhe. Akeh laler bar ngerubung cawetku sing kotor. Wedine melebu nang cangkemu. (Mingkem Dhe. Banyak lalat habis ngerubutin celana dalamku yang kotor. Takutnya masuk ke mulutmu)." Sambung Bu Tedjo.

"Bu Te arep ngelintrik sopo jane? (Bu Te mau ngelintrik siapa emangnya?)" Tanya Dhesita penasaran.

"Kae gang sebelah. Ono jamu kinyis-kinyis. Jare sih sepupune Sita si ayam kampus kae. (Itu gang sebelah. Ada jamu kinyis-kenyis. Katanya sih sepupu si Sita ayam kampus itu)." Tukas Bu Tedjo. Bibirnya pencap-pencep ketika bilang nama Sita.

"Eladalah Bu Te... mbok ya nyebut, sampean ki wis tuwek kemeletak. Nggak isin ta nang aku sing sik prawan ting-tong nggak neko-neko."

"Bolongane irungmu sing sik prawan. Blantik wedhus ae kok mbat. Wes ndang golekno aku dukun sing topcer. Nek koen iso naklukno atine Wage kanggo aku. Koen tak tukokno emas sak kilo. Tambah aku borong kondummu sak peti."

Mendengar perkataan Bu Tedjo, bibir sexsi Dheswita melongo. Ada lendir-lendir bening keluar dari sudut bibir sexsi tersebut.

"Emas sak kilo, kondum sak peti... aku iso sugeh dadakan, nggak perlu nyanyi nang kape-kape..." batin Dheswita.

"Piye, Dhe?" Sergah Bu Tedjo, membuyarkan lamunan Dhe yang sedang melayang-layang dengan emas satu kilo.

"Nggak sekalian sak batu jahaname Bu Te... sopo ngerti teronge arek kae alum koyo teronge Pak Tedjo. (Nggak sekalian sama batu jahanamnya Bu Tr.. siapa tahu terong pemuda itu layu seperti terong Pak Tedjo)."

Bukan Dheswita namanya, jika tidak menyelam sambil nyeruput dawet rasa Jack Daniel.

"Koen jualan batu jahanam pisan ta? Piro regone. Carane make piye?" Rentetan pertanyaan dilontarkan untuk Dhe.

"Jual duooong.... Dhe gituloooh... regone murah kok bagi Bu Te, cuma satus ewu punjul sangang puluh songo ewu. Carane gampang, di elus-elus nang teronge. Dijamin jengat...(harganya murah kok bagi Bu Te, cuma seratus ribu lebih sembilan puluh sembilan ribu. Caranya juga gampang, cukup di elus-elus dibagian terong aja. Dijamin berdiri...)" Dhe menjelaskan secara detail.

"Nek nggak njengat?" Selidik Bu Tedjo.

"Nek nggak njengat..." Dhe terlihat sedang memikirkan sesuatu yang pas untuk menjawab pertanyaan Bu Tedjo. "Tinggal panggil JengAtik." Jawab Dhe dengan asal disertai gelak tawa.

Kedua makhluk Tuhan paling sexsi namun bohong tersebut saling menyelami pikiran masing-masing.

Bu Tedjo, dengan pikirannya tentang si pemuda tamvan bernama Wage supono, terlihat senyum-senyum nackal. Bibirnya mengeluarkan liur bening, jika dilihat dari mimik mukanya, sepertinya Bu Tedjo sedang berimajinasi tentang terong belanda milik Wage.

Sedang Dheswita, jika dilihat dari mimik wajahnya. Sepertinya sedang bahagia dengan lamunan emas satu kilo plus jual kondum satu peti kepada si istri CEO setengah expired tersebut.

🍆🍆🍆

Terpopuler

Comments

💝GULOJOWO💝

💝GULOJOWO💝

Disponsori oleh terong balado 🤣🤣🤣🤣

2021-04-16

1

nEVe®_ENd

nEVe®_ENd

lanjut

2021-02-09

1

R⃟•♀𝕽𝖆𝒚𝒚𝖆𝖓𝒛𝒛⚤

R⃟•♀𝕽𝖆𝒚𝒚𝖆𝖓𝒛𝒛⚤

like

2020-12-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!