Salah Masuk

Awan terlihat menggantung di atas langit yang nampak terik menyengat. Seperti biasa, kegaduhan di salah satu kost-kost an elit selalu terjadi. Kali ini, kegaduhan disebabkan oleh Sita si ayam kampus.

Pasalnya, Sita telah mengelabuhi wanita setengah berkarat, yang tak lain adalah Bu tedjo. Seperti yang sudah diketahui oleh sebagian para penghuni GGS. Ternyata, raut wajah Wage Supono yang biasa akrab dipanggil Pono tersebut jauh dari kata layak makan.

Namun, bukan Sita namanya kalau tidak bisa meyakinkan istri daei sang CEO peti kemas.

"Raimu... dadak ngapusi aku koen yo! Ngomone jenenge Pono gantenge ngungkul-ngungkuli Lee Min Ho. Ternyata... (Mukamu... jadi bohongin aku kamu ya! Ngomongnya yang namanya Pono gantengnya melebihi Lee Min Ho. Ternyata...)" suara Bu Tedjo terdengar mendengus geram. Terlihat kedua sisi tangannya setengah mengepal.

"Ojo ngamuk to Bu Te... aku iso njelasno kok." Sloroh Sita dengan suara bergetar.

"Nggak butuh penjelasnmu aku Assuuu... balekno duwitku saiki. Nek nggak! Tak pastekno wulumu pating prothol kabeh. Nggak sing ngisor, nggak sing nduwur." Tukas Bu Tedjo masih dengan kegeraman.

Terlihat Sita menggigit bibir bawahnya. Jemarinya saling mengatup. Jika dilihat dari parasnya, dia sedang mencari cara agar wanita binal setengah berkarat itu tidak meminta uangnya untuk dikembalikan. Pasalnya, uang sejuta dari Bu Tedjo kapan lalu sudah habis untuk beli pembalut merk NukCeng.

"Cepetan! Balekne duwitku cuuuookkk!" Tukas Bu Tedjo kembali.

"Iyo-iyo, tapi sabar sek ta Bu Te. Aku arep ngomong serius iki."

"Ngomong opo! Hmm..."

"*Sampean ki ojo percoyo karo Dhe. Dhe kwi raine njaluk di raupi p*june blantik wedhus kae*. (Kamu tuh jangan percaya sama Dhe. Dhe itu mukanya minta disiram sama sp*rmanya juragan kambing."

"Jemb*t emang si Dhe. Cangkeme nggak iso meneng. Kakean nglamuti terong kisyut kayane. Sampe ember, awwwas koen yo." Batin Dek sita kesyal.

"Yo jelas aku percoyo nang Dhe. Lambene Dhe ngunu-ngunu nggak brai ngapusi. Meskipun sering disodok karo terong precil."

Sita diam tak menjawab, dalam hatinya. Masalah kali ini terjadi, memang disebabkan oleh penyanyi kafe yang masih gadis tak perawan tersebut.

"Saiki nek emang Pono sepupumu kwi arek lanang sing tak maksud. Lapo, angger ketemu aku meneng njegidhek. Wis tak pepet, sampe tak dudui ****** barang, malah kabur. Malah wingi sing parah. Aku di undangke satpam kost-kost ane."

"Yo... mungkin isin Bu Te. Sampean terlalu agresif sih." Tepis Sita dengan wajah tegang.

"Agresif piye? Hmmm.... Lawong nek pideokolan dekne mesti njaluk hohohihe..."

"What??? Pideokolan? Lah terus kok iso sih kaget nek ndeleng praene Pono wong iki? Siwer ta piye matane!" Batin Sita.

"Lah terus sampean kok sih iso ngamuk-ngamuk neng aku Bu Te, nek wis pernah pideokolan. Lak podo sih praene Pono karo asline?"

"Ngerti piye? Tiap kali pideokolan dia selalu bilang lampu kabelnya putus di gigit tikus. Yo aku nggak ketok praene." Seloroh Bu Tedjo dengan sedikit menurunkan anak tangga tenggorokannya.

"Slamet...slamet..." batin Sita.

Bu Tedjo menatap curiga kepada Sita. "Kamu nggak sedang bohongin aku 'kan?" Selidik wanita paruh baya itu.

Sita terlihat cengar-cengir, pikirannya sedang semburat sedang mencari ide, agar si wanita binal tidak mencurigainya.

"Bohong piye Bu Te.... Gini aja, malam ini Pak Tedjo gilir sampean ora?"

Bu Tedjo menggeleng.

"Pas banget... piye nek sampean tak gathukno bengi iki?" Seloroh Sita dengan binar-binar kemenangan di kedua sisi matanya.

"Yo nggak po-po, tapi kan aku sek kudu tekok Dhe disek." Tukas wanita estewe dengan wajah serius.

"Jamput! Lapo kathek arep ngomong Dhe barang wong iki... emang Dhe Pak Rete opo!" Batin Sita sedikit geram. Pasalnya, dia takut si penyanyi kafe tersebut akan membocorkan semua kebohongannya pada sang istri CEO.

"Nggak usah ngomong Dhe, Bu Te..." pintanya dengan mengerjapkan kedua mata, bak boneka yang siap untuk mengirim santet pada korbannya.

"Soale dekne sing golek dukun, nek aku nggak ngomong. Malah engko sepupumu nggak gelem pas ketemu aku. Aku kan durung perawatan dupo rathus, Dek Sit."

"Gampang....aku yakin Pono nggak bakal nolak kok."

"Bener yo, awas nek Pono nggak gelem nang aku. Balekno duwitku lima kali lipat."

"Jangankan lima kali lipat, seket kali lipat yo bakal tak jabani." Tukas Sita dengan nada sombong.

******

Malam semakin temaram, terlihat suasana hening nampak disebuah bangunan mirip apartemen di pinggiran Kota Surabaya. Didalam sebuah kamar kost, wanita setengah tua, tengah asik bersolek didepan cermin seharga dua puluh jeti pemberian dari sang suami yang berstatus CEO.

Ponsel yang ditaruh diatas kasur empuknya, terlihat berpedar. Sebuah panggilan masuk atas nama 'Lope Ponoku'.

"Iyo sayang aku wis siap, baru aja habis mandi kembang boreh..." Ucap Bu Tedjo kepada Podo dari balik ponsel canggihnya.

*****

Pono pov.

Setelah menemui Bu Tedjo, ternyata Sita tak langsung masuk kamar kostnya. Ia sengaja keluar gerbang bangunan megah tersebut. Alasannya, ingin membeli ayam geprek di ujung jalan.

Namun, siapa sangka. Ternyata gadis bukan perawan itu malah menuju sebuah bangunan sederhana yang tak jauh dari kost elitnya.

"Pon... Pono... Dennak kakeh Pon... Engkok akandek eh ambik kakeh. (Pon...Pono... sini kamu Pon... Aku mah ngomong sama kamu.)" Ajak Sita dengan setengah berbisik dari balik jendela kamar Pono.

Terlihat, seorang pemuda dengan tatanan rambut bak vokalis kangen band, celana jins dikombinasi dengan sebuah ikat pinggang berbentuk kepala tengkorak. Memakai tank top berwarna pink dengan motif Hallo kitty di tengah dada. Menambah ke arifan lokal pada diri sang pemuda mulus tersebut.

"Apa seh Yuk. Engko ngantok, semalem tak tedung. Eajek kancanah kakeh pideokolan. Cremet engkok dek Bu Tedjo jeh. Mosok lah tuwah gik getelan. ( Apa sih Mbak. Aku ngantuk, semalem nggak tidur. Diajak temanmu videocall an. Jijik aku sama Bu Tedjo tuh. Masa udah tua masih aja kegatelan.)" Seloroh pemuda itu dengan mata sedikit terpejam.

"Kakeh tero pesse enjek? Mon terro pesse... Jek bennyak benta... deggik kol dubeles kakeh ke tang kost yeh. Tapeh anggui jaketah kakeh. Ben tak ketellak Bu Tedjo robennah kakeh jiah. (Kamu pengen duit nggak? Kalau pengen duit... jangan banyak ngomong... nanti jam dua belas malam kamu ke koat ku ya. Tapi pake jaketmu. Biar nggak kelihatan Bu Tedjo wajahmu itu.)" Seloroh Sita dengan panjang lebar.

"Abbe... mon pesse jek agejek Yuk... pasteh gelemmah engkok. Soro apa bik kakeh? Ngelonen Bu Tedjo ta? (Waduh.... kalau masalah duit jangan main-main mbak... pasti mau aku. Suruh ngapain sama kamu? Ngelonin Bu Tedjo?)"

"Iyeh... deggik kakeh e berrik pesse..(ya... nanti kamu dikasih duit..)"

*****

Setelah menerima ttelepon dari sang terkasih yang belum pernah bertemu batang jempolnya. Kini, wanita binal itu, tengah bersiap-siap untuk menemui sang pujaan di dalam kamar kost mevvahnya.

Seperti yang sudah dipesan oleh si ayam kampus, Bu Tedjo harus mematikan semua lampu dan cahaya penerangan yang ada di kamar kostnya. Bukan tanpa alasan. Sita sedang mengelabuhi emas berjalan tersebut.

Alasan Sita, takut jika sewaktu-waktu suami Bu Tedjo yang menjabat sebagai CEO peti kemas pulang dadakan, ketika Bu Tedjo tengah asik menggoreng terong Pono.

"Duh... kok aku malah adem panas yo? Arep ketemu Mas Lee Min Ho?" Gerutu Bu Tedjo dalam kamar.

Satu jam.

Dua jam.

Tiga jam, berlalu. Tapi belum juga nampak batang hidung sang pujaan hati.

"Maling...Maling...maling...." seru sebuah suara dari lantai dua.

"JengAt kemalingan?" Tukas Bu Tedjo seraya mengambil rok mini yang sudah terlepas dari beberapa jam yang lalu.

"Maling... Maling..." suara Atika semakin terdengar keras. Membuat semua para penghuni kost kalang kabut keluar kamar. Tak terkecuali dengan Bu Tedjo.

"Mana malingnya Jeng?" Seloroh Bu Tedjo dari lantai paling bawah. "Biar tak gebuk kadi sate." Lanjutnya dengan berteriak.

"Udah kabur Bu... lewat jendela..."

Dengan buru-buru, Bu Tedjo menyusuri anak tangga. Menemui Atika yang terlihat masih syok akibat di satroni maling.

"Coba kamu lihat apa saja yang hilang, Jeng? Biar nanti kita lapor satpam. Ini nggak bisa dibiarin." Tukas Bu Tedjo.

"Ono opo iki?" Suara Sita terdengar dari balik pintu kamar Atika.

"Iki lho Dek Sit... JengAt kemalingan..."

"Maling?" Kedua mata Sita terlihat membulat.

"Iya, tadi dia masuk lewat jendela. Aku kira si Karsidi, ya aku diemin aja. Karena aku udah janjian sama Karsidi tadi siang. Eeeh.... pas masuk kamar dia langsung buka cawetku... Pas aku nyalain lampu, aku syok bukan main. Soalnya, mukanya seram menakutkan. Lebih seram dari genderuo yang aku temui kapan hari di bawah pohon kecapi." Terang Atika dengan wajah pucat pasi. Tubuhnya gemetar masih ketakutan. Persis seperti orang sawan.

"Terus opomu sing ilang..." tanya Sita.

"Cawetku dibawa kabur... padahal itu cawet baru dibeliin Sujono seminggu yang lalu."

"Sujono bakul Tahu neng ngarep pasar kae?" Sergah Bu Tedjo.

"Hooh..." jawab Atika malu-malu kudanil.

"Untung cuma cawet... ngesuk iso njaluk neh nang Sujono selusin!" Sahut Sita masih dengan muka binal eh bantal.

*****

"Bu Tedjo... piye Pono? Enak toh goyangane?" Bisik Sita setelah keluar dari kamar Atika.

"Enak opo? Aku ngenteni sampe gempor, Pono nggak teko-teko. Malah durung teko si Atika bengak-bengok kemalingan." Ujar wanita paruh baya itu.

Sita mencium aroma tubuh Bu Tedjo semerbak bunga boreh yang siap dibawa nyekar ke kuburan jeruk purut.

"Lakok iso? Wong Pono mau wis nang kamarku. Tak kandani nek kamare sampean sing peteng jumpret. (Kok bisa? Orang Pono tadi udah ke kamarku. Aku kasih tahy kalau kamarmu yang gelap gulita.)"

"Pasti kamu nggak bilang kalau kamarku lantai paling bawah?" Tukas Bu Tedjo dengan wajah ketus.

Kedua makluh Tuhan tersebut saling bersitatap satu sama lain. Lalu, berucap. "Jangan-jangan....Salah masuk..."

"Blegedesss!!!!" Tukas Bu Tedjo.

🍆🍆🍆

Terpopuler

Comments

nEVe®_ENd

nEVe®_ENd

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2021-02-09

1

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻

astaga....aps ini dr awal smp akhir edun pisan...dr pmbalut Nukceng yg sejuta...smp blegedeeessss Pono slh kmr...bikin gk kuat...ngakak smp ngejengkang maning....😁😁😂😂

2020-12-05

1

ayyona

ayyona

kwkwkwk

2020-11-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!