"Kamu dapat info dari mana?" tanya Akbar pada wanita yang tadi menyahutinya.
Wanita itu pun menyerahkan selebaran yang berisi tentang pencarian calon istri untuk Tuan Adam.
Akbar pun menerima selebaran itu, lalu kemudian Akbar menghubungi nomor yang tertera di dalam selebaran itu.
Sesaat kemudian, "Tut... tut... tut..."
"Hallo," sapa seseorang dari seberang sana.
"Hallo, selamat siang Tuan."
"Siang, ada yang bisa saya bantu?"
"Oh... iya saya mau tanya tentang kebenaran selebaran mengenai Tuan Adam yang sedang mencari calon istri. Apa benar begitu?"
"Benar Tuan. Apakah Anda punya calon untuk mengikuti kontes ini?"
"Hmmm... tidak Tuan, saya hanya bertanya untuk memastikan saja. Kalau begitu terima kasih. selamat siang."
"Sama - sama Tuan. Selamat siang."
Sambungan telepon pun terputus.
"Bagaimana Tuan, selebaran ini benarkan adanya," tanya wanita itu.
"Semua orang juga tau Pak kalau Tuan Adam sementara mencari calon Istri," ujar wanita yang lain menimpali.
"Sudah - sudah berhenti bergosip dan kembali bekerja, jika masih saya dengar kalian bergosip bulan ini gajih kalian tidak akan saya bayar full," ucap Akbar kemudian berlalu pergi dengan wajah dingin dan cueknya itu.
Kini siang sudah berganti dengan sore. Akbar pun segera melangkahkan kakinya keparkiran untuk segera mengambil mobil dan melajukan mobilnya kejalan raya untuk segera pulang kerumah.
Kini mobil Akbar sudah di jalanan dan berbaur dengan mobil - mobil yang lainnya.
...❤❤❤...
...Di tempat yang lain....
Nabila baru selesai mengerjakan pekerjaan rumah. Semua aku lakukan dengan sendiri. Mulai dari menyapu, memasak, dan lain sebagainya. Padahal kalau difikir - fikir menyewa pembantu sekitar 5 atau 10 orang keuangan keluarga aku masih cukup untuk itu. Tapi Ibu selalu mengatakan untuk tidak boros.
Bibik yang melihat itu dari balik pintu kamarnya merasa iba dan kasihan dengan anak majikannya itu, "Sungguh malang nasibmu Non, coba Tuan masih ada tidak mungkin mereka memperlakukan kamu seperti ini," tanpa terasa bening kristal kini turun dan membasahi pipi sang Bibik.
Sang Bibik pun keluar dari persembunyiannya dan berjalan ke arah ku.
"Non, ada yang bisa Bibik bantu?" tanya sang Bibik ketika sudah berdiri di belakang yang tak jauh dari ku.
Aku pun menoleh kebelakang, "Eh ... Bibik... Nabila sudah selesai Bik mengerjakan semua tugas rumah," ujar ku seraya menyusun piring di rak piring kemudian melap tangan ku lalu kemudian duduk di kursi meja makan melepas lelah sejenak.
"Nabila, Nabila, buatkan Ibu dan kakakmu teh!" teriak sang Ibu dari ruang tamu.
"Iya ... Buk sebentar." Aku pun segera berdiri dan mengambil dua buah gelas untuk segera membuat teh hangat untuk mereka.
Sesaat kemudian teh buatanku pun sudah selesai dan segera mengantarkan keruang tamu di mana mereka berada.
Kini aku sudah berada di ruang tamu dan segera meletakkan nampan ku di atas meja.
"Assalamualaikum," salam dari orang yang berdiri di pintu utama yang tak lain adalah kakak pertama ku yang baru pulang dari kerja.
Kamipun serentak menoleh keasal datangny suara.
"Waalaikumsalam," jawab kami serentak.
Akbar pun berjalan masuk dan duduk di sofa yang ada di hadapan sang Ibuk.
Akbar pun menoleh ke arah adik keduanya, "Arumi, kamu harus ikut kontes pemilihan istri untuk Tuan Adam," ujar Akbar penuh harap agar sang Adik mengikuti kontes itu.
Arumi yang sedari tadi menundukkan wajahnya akibat sibuk dengan ponselnya, kini mengangkat wajahnya dan menatap wajah sang kakak sesara berucap, "Aku tidak tertarik untuk itu kakak." ucap Arumi seraya kembali sibuk dengan ponsel yang ada di tangan nya.
"Kenapa tidak Arumi? Ini sangat menguntungkan untuk kita. Disamping itu kamu bisa berbelanja sepuasmu apa bila kamu bisa menjadi istrinya. Kamu tidak akan kekurangan satu apapun," ujar sang kakak menggebu - gebu mewanti - wanti agar sang adik mau mengikuti kontes itu.
Sesaat kemudian Arumi pun mangangkat wajah nya dan menatap wajah sang kakak, sang kakak pun melanjutkan kembali kalimatnya, "Secara kamu ini cantik dan terpelajar. Kamu harus ikut ya, kakak mohon kamu mau ya ikut kontes ini!" ujar sang kakak memohon sembari menangkupkan kedua tangannya di dada.
Arumi pun mengerutkan kening, "Ada apa denganmu kak, baru juga pulang kerja langsung ngomongin ini dan itu. Arumi masih mau menikmati masa muda Arumi. Arumi belum mau untuk menikah, Arumi masih ingin bebas menikmati masa muda Arumi."
Sedari tadi sang Ibu dan Nabila hanya menjadi pendengar setia perdebatan antara kakak dan Adik itu. Sang Ibu pun ikut menimpali seraya menoleh ke arah Arumi, "Rumi yang di katan kakak kamu itu ada benarnya. Kamu tidak akan kekurangan apapun jika menikah dengan nya. Malahan kamu akan hidup enak selama menjadi istrinya."
Nabila sedari tadi hanya menjadi pendengar setia kini ikut bicara. Seraya menoleh kearah sang Kakak pertama, "Kak, Nabila juga ingin ikut kontes ini," ujar ku yang masih setia duduk lesehan di lantai.
Kakak pertamaya pun menoleh ke arah Nabila, "Apa kakak tidak salah dengar? Kamu mau ikutan kontes ini? Tidak usah buat malu keluarga, tugas kamu itu hanya melayani kami bertiga hingga akhir usia mu. Mengerti. Jadi tidak usah bermimpi di saat kamu belum tertidur. Sudah kamu balik lagi kebelakang. Tempat kamu bukan di sini, tempat kamu ada di belakng sono noh!" ucap sang Kakak seraya menunjuk ke arah dapur.
...❤❤❤...
...Mari saling mendukung....
...Terima kasih...
...❤❤❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Mhd fathir al khory daulay
mungkin adeknya engk anak kandung x yaa soalnya kok jahat banget tu si abng am si adek yg paling bontot
2021-12-02
0
Si mamahx anak anak
OMG,,KK KANDUNG bukan sih nih org.masa gitu amt sm adikx
2021-11-28
0
Ika Sartika
gitu amat ya kakak laki-lakinya..
2021-09-05
0