Bab 7.

Sesaat kemudian, kini Ghea sudah memasuki halaman rumah yang sangat luas dengan bangunan yang megah. Rumah lantai tiga dengan konsep neoklasik, di lengkapi dengan kaca anti - peluru dengan berbagai fasilitas didalamnya.

Bukan sesuatu yang baru untuk Ghea. Kini Ghea sudah berada di ruang tamu.

Di setiap lapisan emas dirumah ini ada di setiap bagiannya. Mulai dari tangga, pintu gerbang, kolem renang dan tak lupa kamar tidur yang sangat banyak semuanya tak lupa untuk berlapiskan emas.

Rumah ini juga di lengkapi dengan bioskop dengan layar yang sangat besar. Rumah ini juga di lengkapi dengan garasi yang dapat menampung 20 unit mobil mewah, spa, laundry, ruang wine singga sauna.

Rumah ini juga di lengkapi dengan CCTV, selain CCTV di setiap pintu masuk, ada alat pemindai sidik jari, maklum saja keamanan di rumah ini harus mumpuni.

Sesaat kemudian, "Silahkan Non Ghea langsung keruang kerja Tuan Adam, Tuan Adam sudah menunggu Nona di sana!" ujar sang Bibi yang datang menghampiri Ghea.

"Terima kasih Bi."

Ghea pun melangkahkan kakinya segera keruang kerja Tuan Bosnya itu. Sambil berjalan, Ghea berandai - andai, andai kata dirinya yang menjadi Nyonya Adam di rumah ini, pasti Ghea tak perlu repot - repot lagi bekerja.

"Tok ... tok ... tok ...." Suara ketukan pintu.

"Masuk." ucap dari dalam.

"Ceklek," suara pintu di buka. Setelah di dalam Ghea pun menutup kembali pintunya.

Dengan berjalan santai sedikit senyum di bibirnya dengan paperbag di tangan, Ghea pun langsung menuju dimana Tuan Bos nya berada.

"Ini Tuan sepatu yang anda minta," ujar Ghea seraya meletakkan paperbagnya di atas meja.

Adam pun mengambil paperbag itu dan membuka nya. Setelah melihat dan menilainya, Adam pun mengembalikan sepatu itu kedalam.

"Kerja yang bagus."

"Terima kasih Tuan."

"Apa masih ada yang harus saya lakukan Tuan?" tanya Ghea.

"Tidak ada. Silahkan kembali kekantor."

Disaat Ghea membalikkan badan, "Tunggu!"

Ghea pun berhenti dan membalikan badan, "Apa masih ada yang harus saya kerjakan Tuan?"

"Tolong bantu Niko menyebarkan berita kalau saya sedang mencari calon istri!"

"Baik Tuan. Apa masih ada lagi yang harus saya lakukan Tuan."

"Pergilah!"

"Baik Tuan."

Ghea pun melangkah keluar dari dalam ruang kerja bosnya. Dan kembali di kekantor.

...Di tempat yang lain....

Disebuah perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan. Berita tentang Tuan muda dari Adi Wijayakusuma tersebar dengan sangat cepat.

Di sebuah ruangan para kaum hawa sedang sibuk bergosip ria.

" Eh ... teman - teman sudah pada dengar belum, Tuan Muda Tata Adam Wijayakusuma sedang mencari calon istri," ujar wanita satu yang baru datang dari arah luar dan membawa map satu ditangannya.

"Sudah tau," ujar semua wanita yang kebetulan sedang duduk bergerombol serempak.

"Kira - kira wanita mana ya yang akan beruntung memenangkan hati sang Tuan muda?" tanya wanita yang lainnya seraya melirik wajah teman - temannya sesama.

"Entahlah," ujar wanita yang lainnya seraya mengangkat kedua bahunya.

"Beruntungnya jika yang terpilih itu aku," ujar wanita yang lain seraya bercermin merapikan rambutnya.

"Mimpi," ujar para wanita serentak dan menyuarakan di dekat telinga wanita itu.

Wanita itupun tidak ambil pusing dengan komentar teman - temannya itu.

Akbar yang menyaksikan anak buah nya hanya bercanda ria, dia pun berjalan mendekati segerombolan wanita itu.

"Hmmm ... hm ... hm ...." deheman Akbar yang tak lain bos atau pemilik hotel ini yang merupakan kakak tertua dari Nabila menyadarkan mereka, seketika ruangan tadi yang di penuhi gelak tawa kini sunyi dan sepi layaknya di perkampungan yang jauh dari hiruk pikuk perkotaan.

Seketika itu pula mereka bubar dan kembali ke meja mereka masing - masing.

Dengan tatapan sinis dan tanpa senyum yang menghias di wajah nya, Akbar pun bertanya apa sebenarnya yang sedang mereka tertawakan, "Kamu, kenapa tertawa apa ada yang lucu?"