Aku pun menyandarkan kepala ku di ambang jendela sambil memegangi dadaku yang terasa sangat sesak, sakit sungguh sangat sakit dengan derai air mata yang tak dapat di bendung, "Ayah, aku rindu saat - saat kita masih bersama dulu, aku rindu itu, Yah... Apakah masa itu bisa kurasakan lagi, aku rindu Ayah. Aku harap jika Ayah dapat mendengarku, aku ingin mengatakan bahwa aku sangat merindukan hadirmu. Andai Ayah ada di depan ku saat ini, mungkin aku sudah memelukmu dan menceritakan keluh kesahku. Ayah seandainya Ayah masih ada disini, aku ingin bercerita banyak hal tentang hidupku. Tapi, sekarang aku hanya dapat dekat dengan mu dalam do,aku. Kepergianmu membuatku mengerti bahwa rindu paling menyakitkan adalah merindukan seseorang yang telah tiada. Namun, kepergianmu mengajarkan bahwa Tuhan selalu ada untuk mendengarkan segala do,a dan harapan. Meskipun Ayah sudah tiada namun Ayah masih disini di dalam hatiku. Ayah dengarlah, sesungguhnya aku sangat mencintaimu. Kan ku buktikan kumampu memenuhi maumu. Selamat jalan Ayah, tenang dan baik - baik lah di sana."
Tiba - tiba badanku pun merosot turun kelantai lalu terduduk seraya memegangi dadaku yang teramat sangat sakit, "Aku akan berjuang Ayah semampu dan sebisa ku, karena tidak ada yang penting bagiku selain keinginan untuk bangkit kembali."
Bibi yang baru keluar dari kamar mandi, dia pun segera berjalan kearahku kemudian duduk sambil memelukku, tanpa sepatah katah pun.
Bibik pun melepas pekannya, lalu menghapus air mata ku dengan tangannya. "Ya Allah Non sabar ya." kemudian memelukku sekali lagi.
"Ayo Non kita berdiri," ucap Bibik seraya berdiri dan membantuku untuk ikut berdiri.
Setelah sama - sama berdiri, "Non, sebaiknya istirahat. Sepertinya Non sangat kelelahan!" ucap Bi Asih.
Dengan masih mengeluarkan air mata, "Bik, ijinkan Nabila istirahat dan tidur di sini ya," ucapku meminta Ijin kepada Bik Asih untuk meminjam kamar dan tempat tidurnya.
Bik Asih hanya menganggukan kepala sebagai jawabannya.
Beberapa saat kemudian aku pun tertidur mungkin efek kecapean hari ini terlalu banyak menguras air mata.
...❤❤❤...
...Di tempat yang lain...
Di rumah mewah nan megah di ruang tamu lebih tepatnya, Ayah dan Anak sedang bertengkar hebat, mempertahankan masing - masing pendapatnya dan tidak ada yang mau mengalah.
Suara Ayah terdengar menggelegar di seluruh isi ruangan, sambil berdiri dan memunggungi sang Anak yang masih duduk di sofa dengan kepala menunduk layaknya balita yang sedang di hukum oleh orang tuanya, "Pokoknya Ayah tidak mau tau, kalau sampai minggu ini kamu tidak membawa calon mantu kerumah jangan harap perusahaan, restoran, dan aset berharga lainnya bisa kamu miliki, bahkan separuh dari kekayaanku bahkan seujung kukupun tidak akan aku berikan sama kamu."
Sang Anak pun mengangkat wajah nya, sambil berdiri dan berjalan kearah sang Ayah, "Tapi Yah...." ( Ayah menyela dengan mengangkat tangan )
Dengan memalingkan tubuhnya, kini Anak dan Ayah saling menatap satu sama lain, "Atau jika kamu tak mampu mencari calon sendiri, Ayah akan memperkenalkan mu kepada teman - teman kantor Ayah yang memiliki anak gadis yang jelas asal usulnya, cantik, terpelajar dan sudah pasti anak orang kaya."
Adam pun masih diam dengan seribu bahasa berusaha mencerna kata - kata sang Ayah kata demi kata.
Sang Ayah pun berjalan mendekat seraya memegang kedua bahu anak nya itu, "Ayah dan Bunda mu sudah tua, kami ingin melihat kamu menikah dan memberikan kami keturunan. Bukan permintaan aneh bukan? Lagi pula umur kamu juga sudah lebih dari cukup. Kamu ganteng, pewaris tunggal dan kamu memiliki segala - galanya. Apa lagi yang mau kamu tunggu?Kamu mau di katai tetangga bujang lapuk yang tak laku - laku."
...❤❤❤...
...Mari saling mendukung...
...Terima kasih...
...❤❤❤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 196 Episodes
Comments
Syakira
bisikan tetangaga, bulang lapuk
2021-11-17
0
Ika Sartika
bujang lapuk waduh..😳
2021-09-01
0
Essy Bungsu
lanjut
2021-04-08
0