Kindaru keluar dengan hati- hati dari saung Rare menggunakan bendi sederhana yang tertutup.
Bendi memasuki sebuah kediaman mewah tidak jauh dari alun- alun Kabupaten, Kindaru tertegun sesaat sebelum menormalkan ekspresinya, dengan semua kemewahan dihadapannya, hatinya menciut jelas dirinya tidak tahu apapun tentang Sudama, bendi yang telah disiapkan merupakan sebuah bendi yang memiliki ciri khas keluarga Adipati.
Seorang kusir mengemudikan bendi dengan cekatan, ringkikan kuda terdengar ketita tali pelana ditarik untuk membuat kuda berhenti ketika telah sampai dipelataran tidak jauh dari aula Kabupaten. Sudama membantu KIndaru turun dari bendi, selama perjalan dari kediaman milik Sudama sampai tiba ditujuanpun tidak ada pembicaraan antara keduanya.
Sudama menahan diri untuk tidak menjelaskan apapun pada Kindaru dirinya memiliki alasan yang kuat untuk tidak mengungkit tentang siapa dirinya, rencana yang ingin tidak ingin mengacaukan rencana yang akan dijalankanya.
Informasi rahasia yang didapatnya dari jaringan pedagang, Raja akan melakukan infeksi mendadak ke Kadipaten Klambang termsuk Kabupaten Gunra, Kabupaten Gunra terdiri dari delapan desa, termasuk desa Bukbak tempat KIndaru tinggal selama ini. Informasi jaringan pedagang terjamin keakuratannya. para pedagang yang tergabung dalam jaringan ini tersebar keseluruh negeri bahkan sampai negeri seberang, mereka biasa menjual beberapa informasi penting atau bahkan membeli informasi itu sendiri hanya saja untuk bisa menembus jaringan untuk menjual atau membeli informasi dari mereka sangat sulit apalagi untuk bisa bergabung dengan mereka. Kindaru yakin Sudama bukan orang sembarangan buktinya pemuda ini bisa menembus jaringan pedagang.
Puluhan pasang mata menatap pasangan itu dengan berbagai ekspresi, bagi orang- orang yang mengenal Kindaru jelas sangat penasaran sosok disamping Raden Adipati Sudama itu benahkah orang yang sama yang mereka kenal selama ini.
Gulintang yang dusuk bersama suami dan mertuanya tidak melepas pandangannya dari pasangan itu sedangkan Emak lebih banyak menunduk, Gulintang berharap itu adalah sosok yang sama tentunya akan mengurangi rasa bersalah sang suami Kang Waru atas menghilangnya sosok adik kesayangan setelah peristiwa menggegerkan beberapa bulan silam, sayangnya meski banyak kemiripan tapi cara berpakaian gadis itu menunjukan bahwa dia berasal dari negeri yang jauh, warna rambutpun sangat berbeda dan kulitnya terlalu pucat, Kindaru yang dikenalnya sangat menyayangi sang Emak tidak mungkin mengabaikannya seperti ini.
Kindaru melangkah dengan anggun, Sudama telah menjelaskan tentang budaya orang dari negeri sebrang dari mulai cara mereka berpakaian sampai cara mereka menyembah tuhannya. Meski Sudama menyebut negeri sebrang itu dengan nama yang berbeda tapi yang dapat Kindaru tangkap negeri itu pada masa modern bernama Thailand.
KIndaru tidak perlu mengikuti etika masyarakat disini, wajahnya tetap menampilkan raut normal namun jantungnya bertalu sangat kencang, matanya menjelajah seluruh ruangan meja- meja telah disusun dengan urutan strata yang telah ditentukan, hampir semua meja telah terisi. Disudut dekat pintu ada Emak serta Akang dan istrinya duduk, senyum kecil yang diberikan Emak sudah cukup membuat Kindaru tenang.
Seorang ponggawa menyambut membungkuk dengan mengatupkan kedua telapak tangan didada. Sudama membisikan sesuatu sebelum ponggawa berjalan terlebih dahulu meninggalkan pasangan itu.
"Raden Adipati Sudama bersama Putri Achara dari 'Sukhothai' (Thailand sekarang) memasuki 'Balairung' (aula).
Kedatangan pasangan itu telah diumumkan oleh ponggawa yang bertugas, menarik perhatian para tamu yang hampir seluruhnya telah tiba.
Rambut burgundy Kindaru semakin berkilau oleh paparan sinar matahari sore yang mulai memedarkan warna jingga.
Sudama melakukan salam perhormatan terlebih dahulu dengan sembah, jelas bahwa posisi putra raja lebih tinggi dari Sudama.
"Hormat Kepada Gusti Raden Wesiangra, Raden Abisaka sareng Nyi Mas Muntira", ucap Sudama dengan ramah, kedua putra raja menangkupkan kedua tangan mereka begitupun dengan Nyi Mas Muntira, menjawab salam, ekspresi kedua raden putra pengasa negri masih datar tapi tatapannya melekat pada Kindaru/ Putri Achara, berbeda dengan Nyi Mas Muntira yang menampilkan wajah tidak bersahabat.
Sudama membisikan sesuatu pada Kindaru, yang dibalas anggukan oleh Kindaru, tidak ketinggalan mengelus lengan Sudama sedikit menunjukan keintiman mereka. Kindaru menangkup kedua tangan depan dada lalu menekuk lututnya sedikit sebelum kembali keposisi semula, segurat senyum formalitas tanda formalitas tersungging dibibirnya.
Kuwu Agung penguasa Kabupaten Gunra sekaligus suami dari Teh Eurih berdiri bersama yang lainnya kemudian membungkuk dengan kedua tangan mengatup memberi hormat.
Sudama membalas dengan senyuman, sebelum menggiring lembut Kindaru ketempat yang telah ditentukan.
"Kanjeng Gusti Raden Adipati boleh Abdi ini tahu siapa Putri cantik yang datang bersama Panjenengan, hampunten Abdi ini tidak sopan , ada beberapa kemiripan dengan Adik abdi yang menghilang meski rasanya tidak mungkin Putri disebelah Gusti Raden adalah adik Abdi yang mungkin telah mangkat tapi ini hanya penasaran", Kang Waru masih menangkup kedua tangan depan dadanya memberanikan diri bertanya dengan hati- hati. Emak bergeming begitupun istrinya Gulintang.
"Mungkin hanya kemiripan yang kebetulan Ki Kuwu, Putri ini Achara dari Sebrang". kalimat Sudama tegas.
"Raga mendengar Ki Kuwu pernah berniaga sampai ke negeri sebrang sana, jadi Raga rasa sudah tidak asing denganpenampilan calon Garwa Raga ini". Sudama memberi penekanan pada kalimat calon Garwa Raga, menunjukan klaimnya pada gadis yang duduk disampingnya.
"Ampuni Abdi ini Kanjeng Gusti Raden Adipati atas ketidak sopanan ini, Abdi ini terlalu merindukan Adik Bungsu Abdi, jadi tidak berfikir dengan benar." Ucap Kang Waru meminta maaf dengan tulus.
"Beberapa gadis di Sukhothai bahkan memiliki rambut sewarna bulu jagung dan bola mata sewarna mata kucing, Kanjeng Gusti Raden Adipati sangat beruntung mendapat pasangan secantik Putri Achara", Kang Waru menutup kalimatnya, kemudian duduk kembali ditempat semula.
Sukhothai memiliki beberapa pelabuhan perdagangan mereka telah membuka jalur perdagangan dengan pedagang Eropa tidak heran terjadi pernikahan orang lokal dengan pedagang Eropa sehingga keturunan mereka memiliki gen campuran. Kasak- kusuk tentang gadis negeri sebrang yang cantik berambut berwarna bulu jagung dan bola mata sewarna mata kucing lebih menarik pembicaraan dari pada putri Achara yang mirip Kindaru.
"Gusti Raden sudah waktunya", Ucap Ki Banjra dengan tatapan datarnya.
Pengadilan hari ini bukan hanya mengadili Teh Sriti, yang meenurut Kindaru adalah agenda terpenting. Nyatanya warga lebih antusias dengan penangkapan bangsawan yang menjadi mata- mata kerajaan tetangga serta bagaimana mereka merekrut warga disana untuk dijadikan pengikutnya dengan iming- iming bekerja menjadi ponggawa pribadi kenyataannya mereka tidak pernah kembali, Warga geram karena sikap angkuh mereka selama ini serta ingin kejelasan tentang nasib keluarga mereka yang sudah direkrut oleh sang bangsawan.
"Hadirkan Penjahatnya", Ucap raden wesiangra lantang
Kindaru duduk tidak begitu nyaman karena sedari tadi dirinya tahu Raden Wesiangra menatapnya penuh kerinduan begitupun dengan Raden Abisaka meski tatapan tajamnya tidak bisa diartikan Kindaru merasa terusik karena ditatap dengan begitu intens.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Pink Panther
nyicil 5 likes lagi👍
kutunggu feedbacknya di karyaku Who is He? dah UP lho😁💕
2021-02-16
1
sukabaca
lanjut besok ya...
2021-01-30
1
Anita Jenius
Hadir lagi dan memberi jempol.
10 like lg buat kk.
Lanjut up ya.
2021-01-27
1