Hari ke- tiga pasca kematian Bapa, serangkaian upacara yang pada prosesnya harus dihadiri semua anggota keluarga termasuk Kindaru.
Selama tiga hari Kindaru pun mengurung diri dibilik kamarnya, menolak bertemu siapapun, hanya keluar untuk urusan yang sangat pribadi seperti pergi kekamar mandi, hanya Emak satu- satunya orang yang tak pernah ditolak Kindaru untuk keluar masuk kamarnya bahkan berbicara beberapa hal.
Segala prosesi upacara penguburan Bapa memang dilakukan oleh seluruh anggota Klan dan dibantu warga desa adat, Prosesi upacara oleh desa adat akan berakhir setelah 'selikur' (21 hari), lalu prosesi yang dilakukan oleh keluarga juga akan berakhir setelah selikur dari upacara yang diadakan desa adat atau 42 hari.
Emak menjadi satu- satunya Nyonya rumah dirumah sesuhunan klan keluarga Kindaru karena sudah tidak memiliki menantu perempuan. Sewajarnya Kindaru harusnya turut membantu, tapi keluarga itu begitu pengertian, tidak pernah mempermasahkan absennya Kindaru. Keluarga besarnya memahami Kindaru terlalu terkejut dengan kematian Bapanya.
Kanyataannya Kindaru dalam kondisi dilema, kebingungan fakta bahwa 'dia' jiwa Elliya dari masa depan yang berada dalam raga Kindaru mulai terlena oleh kehangatan keluarga Kindaru, terbawa emosional cara pandang logisnya sering kali kalah oleh sisi melankolis, cinta yang dulu adalah hal yang tabu sekarang mulai dirasakan terhadap orang- orang ini, keluarga Kindaru.
Satu sisi Kindaru bisa berkompromi cinta terhadap keluarga adalah sesuatu yang tidak salah apa lagi keluarga yang begitu tulus padanya , mereka tak mungkin tega menghkhianatinya, namun bila cinta terhadap lawan jenis datang apa orang itu juga akan mencintai dirinya sama besarnya bahkan dimasa sekarang dimana sistem garis keturunan lelaki dianggap utama dan perempuan hanya peran pembantu, sanggupkah Kindaru menghadapi itu, Kindaru ketakutan, takut menjadi bodoh karena cinta dan menderita.
Menjauh dari keluarga Kindaru adalah solusi yang akan Kindaru tempuh, kemudian melakukan hal- hal yang disukainya seperti dulu menjadi dirinya sendiri,tidak bergantung pada siapapun dan tentunya hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia dewasa mengejar kepuasan hasrat tanpa mengenal cinta.
Bagaimanapun jiwa Kindaru adalah wanita dewasa yang sudah matang, menyalurkan hasrat adalah suatu kebutuhan, Raga Kindaru memang masih belia tentu saja masih perawan, rasanya tidak jadi masalah karena manusia jaman ini bahkan menikahkan putri mereka bergitu mendapat menstruasi pertama.
Mungkin memberikan yang pertama pada seseorang yang pantas bisa mengurangi rasa bersalah pada pemilik Raga Kindaru sesungguhnya. Inilah jiwa Kindaru didunia modern, tidak pernah menggunakan hati menjadi benteng agar tidak menjadi bodoh. Semua bekerja efektif pada masa modern, pasti juga akan berjalan sesuai rencana bila dijalankan sesuai alurnya, meski tidak seorangpun tahu hari esok seperti apa.
Berbagai prosesi upacara dan sesajen telah di lakukan dihari ketiga kematian Bapa. Kindaru hadir disana sepanjang waktu tetap bungkam menjawab bila ditanya itupun seperlunya. Acara penutupan diakhiri 'sangkep' (rapat).
Kindaru malas- malasan mengikuti acara itu, hanya bertahan agar dapat merealisasikan rencananya. Tentu saja bagi masyarakat yang menganut sistem patrilineal yang kolot keputusan adalah penunjukan Kang Waru sebagai pewaris Bapa dari mulai jabatan kepala Klan sampai Kuwu dan tentunya segala harta kekayaan Bapa pun adalah milik Kang Waru.
seluruh harta Bapa bisa langsung Kang Waru klaim sebagai miliknya terkecuali jabatan Kuwu dan kapala Klan belum bisa disandangnya karena tidak memiliki pendamping, sedang untuk sebuah pernikahan belum bisa dilakukan karena masih dalam masa berkabung selama 42 hari. Kang Waru sendiri memasrahkan urusan pendampingnya pada para tetua Dia akan menerima.
Kegagalan rumah tangga sebelumnya menjadi pelajaran, Kang Waru dulu mengabaikan setap wejangan para tetua tentang wanita yang akan dinikahinya, begitupun ketika para tetua mengingatkan Kang Waru agar mengajarkan istrinya aturan semestinya segala pengabaian itu berbuah kagagalan dan jelas Kang Warutidak ingin terulang kembali.
Keputusan lain diambil, dalam beberapa hari kedepan Kang Waru akan pindah ke rumah utama, sedangkan Emak akan pindah ke halaman Kindaru,meski banguan yang menjadi tempat tinggal Kindaru masih bagian dari bangunan utama namun memiliki atap yang terpisah dari bangunan inti.
Inilah saatnya Kindaru mengutarakan tujuannya setelah menunggu kesempatan cukup lama.
"Boleh Daru bicara ?". Tanya Kindaru lembut.
"Silahkan 'geulis' (cantik)". Mang Uki adik bungsu Bapa mempersilahkan dengan senyum hangat terlihat jelas senyuman itu begitu tulus.
Kindaru mengerjap menyingkirkan rasa hangat kasih sayang keluarga yang mulai meluluhkan hati Kindaru.
" Kang Waru...". Suasana mendadak hening.
"Boleh Daru meminjam 'saung Rare' (rumah kecil) di dekat tegalan utara desa ?", Tanya Kindaru mantap.
mengatakan meminjam karena memang Kindaru berencana membuat usaha dan memiliki properti sendiri, selama ini Bapa selalu memberi beberapa kepeng perak setiap menjual hasil tegalan atau hewan ternak, ditambah sejumlah kepang perak serta beberapa kepeng emas pemberian Teh Eurih yang tidak pernah Kindaru gunakan.
"Tentu saja buat 'Rayi' (adik) yang paling cantik kamu boleh memilikinya". Senyum termanis mengembang di bibir Kang Waru.
"Tidak, Daru hanya ingin meminjamnya Kang", balas Kindaru menyurutkan senyum dibibir Kang Waru, kilat kecewa dan sedih terlihat dimatanya.
"Emak, boleh Mbok Pur menemani Daru beberapa waktu?, Daru akan pindah ke saung rare". Kindaru tidak membutuhkan jawaban dirinya tahu orang- orang ini menyayanginya jadi akan mengikuti segala ingin Kindaru.
Hati Kindaru tercubit menyaksikan Emak meneteskan air mata menatapnya.Meski anggukan lemah tetap diberikan sebagai persetujuan. Kindaru mengeraskan hatinya agar tidak tersentuh .
"Geulis, yang lalu biarlah berlalu itu adalah proses kehidupan ada kelahiran dan kematian", ucap seorang lelaki tua yang Kindaru sendiri tidak ingat namanya. Kindaru menganggukkan kepalanya, tapi jawabannya tidak sesuai dengan gerakan kepalanya itu.
"Hubungan persaudaraan Daru dan Kang Waru telah terkubur bersama jasad Bapa", ucap Kindaru dingin.
Wajah Kang Waru nampak begitu sedih tanpa disembunyikannya. Helaan nafas dari para tetua saling bersahutan. Emak sendiri tidak pernah tahu bila putri kecilnya bisa keras kepala seperti ini, biasanya putri bungsunya akan menurut setiap ucapan orang tuanya.
Emak mengingat ucapan Kindaru semalam jelas putrinya terlalu dewasa untuk usianya saat ini.
"Daru bisa memaafkan tapi tidak akan melupakan, sama halnya sebuah luka terbuka yang membutuhkan waktu untuk sembuh, bilapun telah sembuh terkadang akan meninggalkan bekas, berharap saja tidak membuat keropeng sehingga tidak menimbulkan bekas luka yang menjijikan".
Mencoba meyakinkan diri bila putri bungsunya memang membutuhkan waktu untuk sembuh dari lukanya.
Ibu dari tiga orang anak ini mencoba tersenyum dan senyum itu luntur seketika dirinya menatap kearah luar. Diatas Kuda yang ditungganginya seorang lelaki muda dengan dengan penampilan jelas menunjukan dirinya bukan rakyat biasa menatap putrinya Kindaru dengan tatapan bagaimana ketertarikan seorang lelaki dewasa pada wanitanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
sukabaca
sukaaa...
2021-01-30
1
Cahya
lanjut
2021-01-23
2
Dim dim
aqu suka ceritanya....
jangan menyerah ..karna like n koment sedikit y Thor....
2021-01-11
2