"Nyai saung ini terlalu kecil, dan Rayiku benar tinggal seorang diri terlalu berbahaya". Rahang Raden Abisaka mengeras sepaertinya sdah faham arah mana pembicaraan kakak sulungnya akan bermuara.
Raden Wesiangra melepas sebelah 'kelat bahu' (gelang pada pangkal lengan/ otot bisep) miliknya.
"'Gedong' (rumah mewah) baru sebelah timur kediaman Kuwu Agung akan menjadi kediamanmu tunjukan benda ini pada ponggawa yang berjaga disana, mereka akan mengerti Nyai adalah majikan mereka."
Rupanya tawaran untuk menjadi simpanan itu yang Kindaru simpulkan dirinya tidak faham makna dari pemberian kelat bahu milik seorang pria pada seorang wanita.
Tatapan Raden Abisaka setajam laser seandainya saja dengan menatap bisa membunuh orang tentunya Kindaru sudah terkapar.
"Kanjeng Gusti Raden apa obrolan ini tidak bisa dilakukan se-seperti lebih...". 'Pribadi,empat mata' lanjut Kindaru dalam hati, Jelas pembicaraan dengan topik seperti itu akan membuat tidak nyaman bila dilakukan dihadapan orang lain, apa lagi Kindaru jelas melihat ada bayangan orang lain diluar pagarnya, siapapun itu pastinya seseorang yang datang bersaama Raden Wesiangra.
"Tidak apa Nyai jangan canggung seperti itu, anggap Kita teman, Raga dan Rayi Raden saling terbuka tidak ada yang tidak diketahui antar saudara". 'Benarkah lalu perselingkuhan Istri dan Adikmu, Kamu ketahui juga atau Kalian membaginya haruskah Aku memuji keterbukaan Kalian'. Cibir Kindaru dalam hati.
Senyum terbit dibibir Kindaru jelas setelah berdekatan dengan kedua Raden ini meski pertunjukan kedekatan yang mencolok, mereka tetap memiliki konflik tersendiri. KIndaru tidak akan hanyut dalam pusaran konflik setelah misi selesai dirinya akan menjauh dari pusat masalah, ya bagi Kindaru para bangsawan dan keluarga kerajaan adalah pusat masalah mereka tidak akan lepas dari intrik dan trik.
"Tinggalah lebih lama Gusti Raden, ada sesuatu yang harus Abdi ini lakukan". Menangkupkan kedua tangan depan dadanya sebagai tanda kesopanan, Kindaru berencana membuat bosan dengan meninggalkan mereka sehingga segera pergi dari rumahnya.
Namun kenyataannya Kalimat Kindaru disalah artikan oleh dua kakak beradik putra raja ini. Raden Wesiangra tersenyum cerah, berkebalikan dengan wajah Raden Abisaka yang menghitam menahan amarah yang entah untuk apa, yang tetap berusaha disembunyikannya dengan memasang wajah datar.
Beringsut mundur kemudian berjalan memasuki bilik kamar tidur yang beberapa waktu ini telah digunakannya.
"Silahkankembali lebih dulu Rayi Raden, ada yang harus diselesaikan terlebih dahulu", ucap Raden Wesiangra lembut, namun maksud dari kalimat itu tentu saja pebgusiran bagiRaden Abisaka, suara itu jelas ditelinga Kindaru tapi tidak mendapat jawaban dari lawan bicara selain suara pintu pagar tua yang berderit terbuka kemudian menutup.
Ketukan dipintu kamarnya terdengar yang diabaikan begitu saja oleh Kindaru, tidak berselang lama pintu kamar terbuka Raden Wesiangra berjalan masuk tanpa canggung.
Matanya menjelajahi seluruh isi kamar yang terlihat sangat sederhana.
"Nyai..., simpanlah", tutur Raden Wesiangra sebelum meletakkan gelang kelat bahu miliknya diatas meja dihadapan Kindaru.
Kindaru yang duduk disudut kamar di atas kursi rotan berhadapan dengan meja yang terdapat cermin tembaga buram diatasnya menatap gelang milik Raden Wesiangra yang baru saja diletakannya. Kindaru menyelesaikan melepas kain yang dipakai membungkus rambutnya untuk dikeringkan setelah sempat terhenti.
perlahan mendonggakan wajahnya mengambil sisir sebelum berbalik kearah Raden Wesiangra, tatapan matanya lembut penuh pengertian.
"Gusti Raden, tidak keberatan melakukan ini?", tanya Kindaru, menyodorkan sisir kayu kearah Raden Wesiangra.
Seumur hidupnya tidak ada seorangpun yang berani memerintahnya selain Ayahanda Rajanya, apa lagi untuk hal kecil.
"Nyai berani memerintah Raden ini?". Raden Wesiangra menyeringai jahil, tangannya mengambil alih sisir dari Kindaru.
Kindaru memberenggut menunjukan sikap manjanya, Tentu saja Kindaru cara bagaimana menaklukan seorang pria yang dengan berbagai karakter. Senyum lebar tersungging dibibir Raden Wesiangra. Dengan perlahan menyisir merapikan rambut panjang milik Kindaru.
RadenWesiangra telah berpengalaman dengan banyak perempuan siapa juga yang berani menolak pesona seorang Raden putra raja, berbgai karakter perempuan juga telah dijumpainya tapi tidak ada yang seperti Kindaru, Raden Wesiangra tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu karena ibundanya telah menukar nyawanya dengan nyawa dirinya.
Entah mengapa tiba- tiba bayangan anak- anak berlarian disekitar mereka dan interaksi kecil penuh kemesraan seperti membantu menyisir rambut terlihat begitu manis, mimpi termanis yang penuh harapan akan terwujud.
"Raden...", panggil Kindaru lembut dan ragu- ragu memaksa Raden Wesiangra untuk kembali fokus. Raden Wesiangra menatap Kindaru lembut mempersilahkan untuk melanjutkan kalimatnya.
"Abdi ini tidak pantas untuk Kanjeng Gusti Raden", Kindaru sengaja menekan bagian Kanjeng Gusti Raden pada lanjutan kalimatnya. Tangan Raden Wesiangra berhenti bekerja menatap Kindaru seksama, menenangkan diri jangan membuat gadis dihadapannya semakin menjauh.
"Abdi ini sudah kotor," lanjut Kindaru. Genggaman Raden Wesiangra pada sisir menguat.
Krak...
Suara benda patah, 'sisir kesayanganku' rintih Kindaru dalam hati.
"Mungkin Raden benar- benar jijik sekarang, maaf", ucap Kindaru dengan buliran transparant menghiasi mata bulatnya yang perlahan jatuh melintasi pipinya. Seharusnya Kindaru mengikuti casting untuk sinetron, yakin dirinya akan mendapatkan peran yang bagus untuk kemampuannya ini.
"Silahkan Raden mengambilnya kembali", ucap Kindaru melirik gelang kelat bahu milik Raden Wesiangra yang diletakan diatas meja beberapa saat yang lalu.
Katakanlah Kindaru telah memulai perjudian sekarang , bermain dengan lawan tanpa mengerahui arah angin dan cara lawan mengatur strategi bertahan atau menyerang, waktunya terbatas untuk menganalisa seperti apa lawannya, bahkan buta siapa kawan siapa lawan yang harus dilakukan saat ini seharusnya hanya bertahan dan mengamati.
Setelah beberapa interaksi Kindaru tidak yakin apa benar Raden Wesiangra membantu orang yang ingin menghancurkan keluarganya, pembunuh bapaknya, intuisinya mengatakan bukan dia tapi petunjuk mengarah padanya.
"Siapa?", desis Raden Wesiangra tak terima, sebagai putra tertua raja dirinya selalu mendapatkan apa yang dinginkannya.
Kindaru menggelengkan kepalanya, lalu tetesan bening mengalir dipipinya. Raden Wesiangra tersentuh merasa tidak tega, pantas gadis ini tidak takut mati, gadis yang kehilangan keperawanannya sebelum menukah bisa dianggap sampah dan kemungkinan berakhir dipondok kembang.
Rasa tidak terima jika akhirnya gadis seperti Kindaru berakhir dipondok kembang menggiring segala fikiran buruk berkecambuk dikepala Radeb Wesiangra.
"Karena kejadian itu Nyai berada disini?" , tanyanya lagi. Kindaru tentu saja menganggukan kepalanya, ' ya diriku disini karena hal itu membuat mereka yang sudah merencanakan mendapat balasanya' itu hanya jawaban yang bergema dikepalanya.
Raden Wesiangra yakin keluarga Kindaru telah membuangnya, mereka takut nama baik keluarga tercoreng. segala pemkiran buruk bertahta.
"Mari Kita lupakan apa yang Gusti Raden Lihat dan dengar tentang abdi ini, hari ini..., ini akan menjadi rahasia".
Wajah Kindaru serius, dingin seolah raut sedih tidak berdaya penuh kerapuhan bahkan buliran air mata, yang disaksikan Raden Wesiangra tidak pernah terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
sukabaca
ceritanya bagus heran yang komen dikit... jangan nyerah...
2021-01-30
2
Cahya
keren deh 👍
2021-01-23
2
Lyn
💪👍🥰🥰🥰
2020-11-14
2