Sangat jelas permainan Kindaru bukan hanya trik tapi juga melibatkan perasaan, harus Kindaru akui permainannya akan lebih berbahaya karena yang terlibat didalamnya adalah 'hati' manusia termasuk hatinya, was- was dirinya jatuh dalam permainannya sendiri, tapi kartu telah dilemparkan sudah tidak ada jalan untuk ditarik kembali.
Entah apa yang difikir Raden Wesiangra ketika menarik Kindaru dalam pelukannya, setelah mendengar pengakuan mengejutkan Kindaru, mengelus rambut panjangnya dengan sayang tidak ketinggalan ciuman- ciuman kecil dirambut setengah basah milik Kindaru.
Tanpa diduga oleh Raden wesiangra Kindaru membalas dengan kecupan seringan bulu dilengannya yang memeluk tubuh mungil gadis yang mulai memikat hati sang Raden.
Untuk kesekian kalinya gadis ini terlalu berbeda dari semua gadis yang telah dikenalnya,menghadirkan rasa ingin memiliki bertambah kuat, tidak perduli bahwa dirinya bukan yang pertama tapi ingin memastikan bahwa dirinya adalah yang terakhir.
Raden Wesiangra mengangkat dagu Kindaru lembut, menyentuh bibir Kindaru dengan jarinya sebelum digantikan dengan bibirnya, Kindaru membalas lembut memberi reaksi tapi tidak mendominasi, penuh gairah tapi tidak tergesah.
Tangan Raden Wesiangra mendekap Kindaru erat, erangan kecil lolos dari bibirnya, ciuman Raden Wesiangra turun kelehernya memberi beberapa tanda disana, yang dibalas Kindaru dengan tanda yang sama dileher putra sulung Raja Duranjaya ini, senyum kecil tersungging sengaja meninggalkan tanda kecupan untuk sedikit iseng membalas tindakan dari Garwa Raden Wesiangra, Nyi Mas Muntira yang pernah mengancam Teh Eurih menggunakan keponakannya.
Bukan Kindaru namanya bila lepas kontrol, dirinya tidak boleh melakukan lebih dari ciuman, menegaskan pada dirinya sendiri harus memiliki kendali penuh pada permainan ini.
"Bulannya penuh Gusti Raden", desah lembut Kindaru didada Raden Wesiangra. Wajah Kindaru Menghadap kearah jendela yang terbuka dapat melihat keadaan langit malam dengan jelas tentu saja bukan tanpa sebab Kindaru mengatakan itu, apa lagi ketika tubuh Raden Wesangra sedikit menegang.
Kindaru mendekap lengan Raden Wesiangra yang memeluk tubuhnya, tidak ketinggalan ciuman- ciuman kecil pada lengan kekarnya menbuat Raden Wesiangra merasa begitu dipuja, ketika Kindaru menyusupkan wajah ayunya kedada milik sang Raden tentu saja perasaan dibutuhkan dan ingin melindungi mengakar hingga relung hatinya.
"Bulan nya Indah sekali bukan?". Kindaru kembali mengingatkan tentang bulan pada Raden Wesiangra, bukan sekedar omong kosong, Kindaru tahu pasti Raden Wesiangra pasti menghabiskan malam ini di kediaman yang dihuni Garwanya Nyi Mas Muntira.
Dalam satu bulan Raden Wesiangra akan bermalam tiga hari berturut- turut pada malam bulan penuh atau bulan purnama di kediaman resminya begitupun pada saat bulan mati, Kindaru tersenyum simpul inilah salah satu manfaat menempatkan mata untuk mengawasi, harusnya Kang Kustara mendapat bonus lebih fikir Kindaru.
"Nyai, ada yang harus Raga ini lakukan," ucap Raden Wesiangra lembut, Kindaru mengerti dan memang inilah tujuannya, dirinya hanya bermain tarik ulur.
Dengan wajah sedikit memberenggut manja Kindaru memberi ciuman- ciuman lembut pada telapak tangan Raden Wesiangra yang menangkup pipinya, seolah tidak ingin prianya pergi.
"Nyai...", suara Raden Wesiangra sedikit serak.
"Daru saja Raden", Kindaru menyela kalimat yang akan dilontarkan Raden Wesiangra.
"Daru..." bisik Raden Wesiangra lembut.
"hmn..." geraman lembut Kindaru sebagai jawaban.
"Raga ini berkeinginan menemani Daru disini,... ada janji yang harus dilakukan tapi-", Kindaru menghentikan kalimat alasan apapun yang akan dilontarkan Raden Wesiangra dirinya tahu pasti keadaan yang sebenarnya, jemari lentik Kindaru masih menekan bibir Raden Wesiangra, yang kemudian digantikan dengan bibirnya.
Bukan ciuman panas penuh hasrat hanya ciuman ringan tanda pengertian agar san Raden menghentikan alasan apapun yang mungkin akan dikemukakannya.
"Raden...", desau Kindaru terlihat ada penyesalan dimatanya.
"Kakang, Kakang Aga panggil nama Raga Kakang Aga seperti Ayahanda Raja memanggil Raga ini Daru". Kindaru mengelus leher Raden Wesiangra dengan berjingjit karena memang tubuh Kindaru bisa lebih pendek beberapa senti dari Raden Wesiangra, walau sebenarnya untuk gadis seusianya Kindaru terbilang cukup tinggi.
Kindaru seorang 'petualang', tahu kapan harus bersikap untuk mengendalikan 'buruannya'.
"Kakang Aga, maaf" Raut menyesal nampak jelas diwajahnya, tangan Kindaru kembali mengelus jejak tanda merah keunguan dileher Raden Wesiangra, Raden Wesiangra tidak pernah membiarkan siapapun meninggalkan jejak ditubuhnya termasuk Garwanya sendiri
Raden Wesiangra masih memeluk Kindaru dengan mesra, menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Maaf, Daru tidak sengaja membuat tanda ini". Memasang ekspresi bersalah.
"Apa ini akan membuat Masalah dengan Garwa Kakang", Sekali lagi Kindaru menunjukan rasa penyesalannya.
"Tidak apa Daru bagai manapun Daru akan menjadi istri Raga jangan khawatir, istirahatlah, Raga tidak sabar menunggu Daru siap untuk pindah, kendati begitu Raga tidak akan memaksa, bila Daru masih ingin tinggal disini Raga tidak masalah, Raga akan selalu datang berkunjung".
Raden Wesiangra membopong Kindaru, kedua lengan Kindaru otomatis melingkar dileher putra sulung Raja itu, berjalan beberapa langkah membaringkan Kindaru diatas bale usang tempat tidur gadis yang telah membuat seorang Raden Wesiangra bertekuk lutut. Mencium puncak kepala gadisnya berkali- kali seakan enggan beranjak, Duduk disamping Kindaru menepuk- nepuk lengan Kindaru dengan lembut seolah membujuk anak kecil untuk tidur.
Kindaru memejamkan matanya, mengatur nafasnya sedimikian hingga membuat helaan nafasnya teratur, berpura- pura tidur.
Raden Wesiangra menatap wajah cantik gadis dihadapannya, hanya dengan memandangnya saja terasa begitu menyenangkan, tidak dapat dibayangkan betapa berwarnanya bila hari- harinya bisa dilalui bersama Kindarunya, Kindarunya menyebut gadis ini dengan begitu posesif saja bisa memberi gelembung kebahagiaan didadanya.
Raden Wesiangra tidak pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya dirinya benar- benar tidak tahu apa namanya, pada garwanya pun Raden Wesiangra tidak pernah merasakan debaran seperti ini, tidak ada klaim ingin memiliki seperti perasaannya terhadap Kindarunya.
Semua orang mengira bahwa dirinya yang mengajukan diri untuk dekrit pernikahan dengan Nyi Mas Muntria kenyataannya Maha Patih Jalak Wara Ayahanda Nyi Mas Muntira lah yang memohon dekrit pernikahan itu dikeluarkan, sebagai hadiah hasil kerja kerasnya menumpas pemberoktakan di Kadipaten Cirangkan.
Bagi Raden Wesiangra Nyi Mas Muntira adalah sosok sahabat dari kecil yang patut diperlakukan dengan baik, dirinya dan Nyi Mas Muntira tidak punya kuasa menolak dekrit raja, menolak dekrit raja sama dengan penghianatan, bukan tidak mungkin bila ternyata Garwanya Nyi Mas Muntira ternyata menyimpan rasa pada Adiknya Raden Abisaka, karena memang mereka tumbuh besar bersama. Bilapun suatu hari ternyata memang Nyi Mas Muntira mengatakan kejujuran soal hatinya bahwa dirinya menginginkan Raden Abisaka maka dirinya akan melepas Garwanya untuk sang adik tentunya bila sang adikpun memiliki rasa yang sama, apa lagi sekarang setelah tahu gadis yang benar- benar diingikannya adalah Kindaru bukan orang lain.
Hadirnya Kindaru seperti memberi dunia baru dan tujuan hidup bagi Raden Wesiangra, selama wanitayang diinginkannya bisa menemaninya hingga tua, apa pun bisa dilepaskannya termasuk tahta.
"Kamu milikku Daruku", bagaikan janji yang diucapkannya pada dirinya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Eka Priyanti
kindaru kaya pelacur goda sana sini tapi aku suka thor karakter wanita penggoda😁
2021-02-23
1
Pink Panther
lanjut 5 likes😄👌
kutunggu feedbacknya di karyaku Who is He? dah UP lho💕
2021-02-13
1
sukabaca
semangat...
2021-01-30
1