Kindaru adalah gadis desa biasa yang naif, tidak pernah mengenyam bangku sekolah karena memang sekolah tidak diperuntukan untuk rakyat jelata seperti Kindaru. Satuhal yang diterapkan oleh masyakat kalangan Kindaru bahwa sebagai seorang perempuan mereka memiliki tanggung jawab sebagai pengabdi, ketika seorang wanita sudah memiliki gelar istri maka suami ibarat tuhan, lalu menjadi ibu seolah suatu keharusan bila tidak ingin dikatakan sebagai suatu kecacatan, ketika sudah menjadi ibu pengabdian itu bertambah dengan kewajiban mendidik anak agar menerapkan nilai yang diwariskan secara turun- temurun.
Keluarga Kindaru duduk disalah satu sudut aula yang sudah disiapkan, acara berlangsung meriah tentu saja sangat mewah dimata Kindaru, acara hiburan masih berlangsung, berbagai menu makanan serta minuman berlimpah tersaji, tapi gadis bermata bulat itu merasa tidak nyaman, terasing, ini bukan pergaulannya, jauh dari cara hidup Kindaru yang di didik sederhana.
Mata Kindaru menatap pendopo utama dimana Kakaknya nampak sangat cantik seperti para wanita bangsawan, Kindaru menangkap kilat khawatir dari kerutan dikeningnya, serta tatapannya yangtidak begitu fokus.
Dengan alasan perlu kekamar kecil pada orang tuanya Kindaru beringsut mundur keluar dari aula tempat acara, berjalan menuju kediaman dimana sang Kakak perempuannya tinggal.
Gadis berjarik motif bunga sepatu itu bergerak menjauhi keriuhan tempat acara, melipir memasuki kediaman Kuwu Agung melalui gerbang barat karena memang Teh Eurih tinggal di paviliun sayap barat kediaman Kuwu Agung.
Kindaru kehilangan arah, wajar saja semenjak Teh Eurih menjadi selir Kuwu Agung selama empat tahun Kindaru baru tiga kali mengunjungi kediaman Kakaknya ditambah gelapnya malambenar- benar nilai tambah kesulitan Kindaru.
Tersesat karena kehilangan arah adalah salah satu kelemahan Kindaru, dengan alasan itu juga Emak melarang Kindaru keluar tanpa ditemani, terkecuali dalam kondisi terpaksa barulah Kindaru bisa keluar sendirian, terakhir kali Kindaru tersesat beberapa minggu lalu ketika Kindaru berinisiatif mengantar makanan untuk makan siang Bapa, sebab Emak kurang sehat. Bapa lagi menggarap tegalan sebelah timur desa, tanah tegalan yang baru diberikan Kuwu Agung sebagai hadiah.
Entah bagaimana Kindaru justru tersesat ke sebelah tenggara desa tempat jarang dijamah manusia karena masih berupa hutan. Kejadian itu cukup menggegerkan warga desa karena Kindaru menghilang tersesat kedalam hutan selama dua hari, berutung Kindaru bertemu dua orang murid 'juru tamba (tabib) yang sedang mencari tanaman untuk obat sehingga Kindaru selamat.
'Semoga kali ini tidak mennyebabkan masalah', gumam Kindaru dalam hati.
tersesat didalam hutan sepertinya tidak begitu memalukan tapi tersesat dikediaman orang itu tidak lucu, salah- salahdirinya dituduh pencuri.
Dari kejauhan Kindaru mendengar tangis bayi, menajamkan indra pendengarannya melangkah kearah suara, setelah yakin asal suara dari bangunan dihadapannya Kindaru mendekat menuju pintu dengan ukiran halus yang cantik khas bangunan para bangsawan.
Beberapa langkah sebelum pintu masuk Kindaru mendengar suarajelas bukan hanya tangis bayi tapi suara erangan dan desahan. Langkah Kindaru terhenti dengan jantung memicu cepat, pintu dengan dua daun pintu itu tidak tertutup sempurna, mata Kindaru terbelalak dengan apa yang disaksikannya dari celah pintu itu, sepasang anak manusia bergerak bertindihan tanpa busana, Nyi Mas Muntira adalah wanita yang berada dibawah tindihan sang pria hanya Kindaru tidak melihat siapa lelaki yang menindih Nyi Mas Muntira tapi yang Kindaru yakini lelaki itu bukanlah Raden Wesiangra.
Terlalu malu dengan apa yang disaksikannya Kindaru segera berbalik melarikan diri tidak perduli gerakannya diketahui pasangan yang tengah memicu hasrat itu. Keberadaan tangis bayipun terlupakan.
Kindaru berlari secara acak entah berapa jauh, keringat bercucuran membasahi kembennya. perasaan was- was akan membuat keluarganya kesulitan begitu mencengkram Kindaru.
"Daru...", suara Teh Eurih seolah oase digurun pasir.
Kindaru membungkukkan badan menaruh kedua telapak tangannya diatas lutut menormalkan nafasnya yang memburu.
"Daru, ada apa ?, kenapa berlarian begitu ?, Kamu dari mana ?". Pertanyaan beruntun Teh Eurih membingungkan Kindaru yang mana yang harus Kindaru jawab terlebih dahulu.
"Ter... tersesat'. Nyatanya hanya kata itu yang mampu keluar dari mulut Kindaru.
"Nyai... Nyai... Nyai Eurih...", suara perempuan setengah baya yang datang dengan tergopoh- gopoh dan nafas yang tersengal, yang Kindaru tahu perempuan itu pelayan yang biasa membantu di paviliun Teh Eurih.
Dua wanita cantik yang hanya berbeda tiga tahun itu menatap pelayan perempuan itu penuh tanya.
"Raden Abisaka memanggil Nyai, jadi mbok kesini mencari Nyai..., tapi itu Raden Abisaka tampak marah,... aduh, Nyai celaka Kita membuat Putra Raja murka...", pelayanTeh Eurih itu jelas ketakutan tidak mampu disembunyikan. Kindaru yakin masalah ini dirinyalah penyebabnya karena memergoki kejadian tadi.
"Bawa Adikku Ke paviliun barat Mbok, Saya akan menemui...", kalimat Teh Eurih menggantung menambah rasa penasaran Kindaru yang mati- matian ditekannya untuk tidak bertidak gegabah lagi.
###
Cukup lama Kindaru menunggu Teh Eurih, akhirnya yang ditunggu datang juga, hanya saja wajah cemasnya tidak bisa disembunyikan.
"Tunggu sebentar Orang tua Kita akan segera kesini", ucap Teh Eurih sambil berlalu memasuki banguan rumah dibelakang bale bengong.
Tidak berapa lama waktu berlalu, Teh Eurih menghampiri Kindaru membawa bungkusan kain berwarna coklat. Teh Eurih duduk tepat disebelah Kindaru menggenggam tangan adik bungsunya lembut.
"Daru, apa yang Kamu lihat tadi..." Teh Eurih terdiam tak kuasa berbicara gamblang.
"Lupakan saja apa yang Daru lihat, maksud Teteh jangan pernah mengatakan pada siapapun intinya jangan diungkit lagi anggap tidak pernah melihat kejadian itu". Satu helaan nafas berat terdengar jelas oleh telinga Kindaru.
"Tadi sempat berbincang dengan Bapa..., Daru masih ingat dengan Ua Jaruk ?". Tanpa menunggu jawaban Kindaru Teh Eurih melanjutkan.
"Besok pagi- pagi, pergilah kunjungi Ua Jaruk, tenangkan pikiranmu disana". Sebuah kesadaran menghantam Kindaru bahwa kejadian hari ini sangat buruk.
Bapa sangat menyayangi Kindaru, Dia adalah orang yang paling memanjakan Kindaru lalu sekarang bahkan rela mengirim Kindaru pergi jauh, Ua Jaruk adalah Kakak laki- laki Bapa yang tinggal di Kadipaten yang berbeda melintasi empat Kadipaten lain, setidaknya memerlukan dua puluh hari perjalanan menggunakan 'bendi' (delman) atau tiga puluh lima hari berjalan kaki.
Tangan Kindaru bergetar menerima bungkusan kain coklat yang diserahkan Teh Eurih.
###
Waktu sudah melewati dini hari bahkan mungkin sudah menjelang subuh, Kindaru masih duduk termenung di atas bale kamarnya. Menatap botol kendi kecil dari tanah liat ditangannya, seseorang telah memberikan botol itu padanya sebelum berjalan pulang bersamaEmak dan Bapa.
Orang itu tidak memberi pilihan lain pada kindaru selain kematian dirinya sendiri, tidak mungkin dirinya mengorbankan seluruh anggota keluarganya karena sedikit kecerobohannya, Kindaru tidak akan membiarkan sesuatu terjadi pada keluarganya apa lagi jika hal yang sangat tragis. Ingatan Kindaru ditarik kebelakang pada kejadian pembantaian satu keluarga Kuwu sebelum Bapa menjabat, jangan keluarganya mengalami hal serupa.
Perlahan Kindaru membuka sumpal penutup botol kendi ditangannya, akhirnya dirinya disudutkan pada titik ini, rasa tidak berdaya dan amarah bercampur didadanya, melahirkan rasapenyesalan dilahirkan sebagai perempuan tidak berdaya, berharap ada kesempatan kedua untuk merubah garis hidupnya sehingga penyesalan ini tidak akan dirinya rasakan.
Isi kendi telah ditenggaknya, botol kendi itu diletakan di sudut bawah bale yang paling mudah digapainya, merangkak memposisikan tubuhnya ditengah- tengah pembaringannya.
Rasa sesak mulai menyerang, disusul rasa sakit pada dada dan kepala yang tak terhingga. Orang itu bilang prosesnya akan sangat cepat dan tanpa rasa sakit, untuk kesekian kalinya Kindaru menyesal menjadi gadis naif dan bodoh. Racun ular tidak mungkin tidak memberikan rasa sakit.
Tetesan bening jatuh disudut mata Kindaru mewakili segala kesakitan dan penyesalannya, perlahan titik hitam merenggutnya kedalam pusaran tidak berujung tanpa merasakan apapun lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
sukabaca
jejak......
2021-01-30
1
Cahya
masalahnya merumit
2021-01-22
2
Lyn smi
😍😍😍
2020-11-08
2