Waktu berlalu entah berapa lama Aku tertidur, suara- suara harapan terus bergema disekitarku, tangisan perempuan paruh baya mewarnai waktu dalam ketidak berdayaanku, selama ini tidak pernah ada yang memperlakukanku setulus itu. Untuk membuka mata saja seakan begitu berat, kegelapan ini sudah begitu membosankan. Perlahan mencoba membuka mata, cahaya redup dari lampu minyak memberi cahaya remang- remang tetap membuatku mengernyit untuk beradaptasi dan menelaah pada situasi disekitar yang sangat janggal.
"Mang..., Mang..., Bi..., Ibi..., Kindaru udah sadar", teriak gadis yang duduk disebelahku ini, menyebabkan keributan lain setelahnya.
Perbagai pertanyaan menyergapku, siapa Kindaru?, terasa begitu familier seolah itu memang namaku. Bahasa apa yang orang- orang ini terasa asing ditelinga tapi disaat yang bersamaan Akupun mengerti arti dari setiap kata bahkan seolah seumur hidup telah menggunakan bahasa itu.
"Kindaru sudah melewatkan masa bahayanya, ini sangat mencengangkan sebuah keajaiban Shang Hyang Dewata Agung". Gumam laki- laki tua dengan janggut berwarnaabu- abuseolah kalimat itu hanya ditujukan untuk dirinya sendiri namun masih bisa didengar oleh mereka yang berada dalam ruang yang sama.
Gelembung tanda tanya semakin membesar dalam pemikiran Elliya, semua orang berpakaian kuno, seperti penampilan orang- orang jaman kuno di film- film kolosal yang pernah ditontonnya.
"Syukurlah...". Beberapa orang mengucapkan kata itu hampir bersamaan.
"Racun ular ular tanah sangat mematikan, hanya orang- orang yang berungtung yang bisa selamat dari 'bisa'nya, minum ramuannya sampai habis, sudah waktunya Kakek tua ini untuk kembali", tutur lelaki tua itu, terlihat diplomatis.
Semua orangmenangkupkan tangan depan dada ketika lelaki tua itu berpamitan sebelum meninggalkan kamarku diantar oleh Bapa.
'Ini lelucon gila', umpatku dalam hati, kenyaannya jangankan mengeluarkan umpatan untukmengedipkan mata saja sudah terasa begitu berat.
"Tidurlah Nak, Kamu sudah aman sekarang, beberapa hari lalu bapa sudah menaburkan belerang disekeliling halaman rumah, tidak akan ada lagi ular yang berani melewatinya." sentuhan lembut wanita paruh baya dihadapannya memberi efek melankolis yang tidak pernah Aku rasakan selama tiga puluh lima tahun hidupku. Rasa nyaman mengantakanku pada alam mimpi yang damai.
###
Selama beberapa minggu melakukan pemulihan dengan cara tradisional, hasinya tidak mengecewakan meski tanpa ahli medis atau pun therapist profesional untuk membantu pemulihan sistem kognitif yang terganggu setelah 'tidur panjangku', seperti pepatah usaha tidak akan membohongi hasil.
Hanya tersenyum tanpa berniat mencari tahu lebih banyak ketika orang- orang mengatakan bila Aku digigit ular berbisa sebelum tertidur selama 'sawidak' (menunjukan jumlah 60) kurang tiga hari , 'sawidak' adalah salah satu kata yang tidak dapat Aku fahami semenjak menempati tubuh gadis kecil bernama Kindaru ini. Hanya berpura- pura mengerti agar tidak ada yang curiga siapa sebenarnya diriku.
Terlalu banyak kejadian aneh yang mengacaukan hidupku, sebisa mungkin menghindari kekacauan lain, diam adalah solusi terbaik saat ini, namun sejak beberapa hari lalu ingatan pemilik tubuh asli mulai datang dibarengi sakit kepala luar biasa, Aku memiliki pemahaman bila jiwaku tersesat pada tubuh gadis kecil ini? Mungkinkah jiwa kami telah tertukar? entahlah hal ini akan menjadi target jangka pendek untukku mencari tahu.
"Daru...," suara lembut seorang wanita membuyarkan lamunanku.
"Maaf Teteh baru bisa kesini, beberapa hari lalu Kami baru tiba dari kota raja", ucap wanita cantik yang Aku tahu Kakak perempuan dari pemilik tubuh ini.
Senyum tipis tersungging dibibirku.
"Semenjak Teteh melahirkan seorang putra untuk Kuwu Agung, Dia lebih memanjakan Teteh", ucapnya lagi dengan muka memerah.
Sekuat tenaga menahan diri untuk tidak mendengus dan memutar bola mata, menurut memori yang tertinggal perempuan ini menikah, bahkan itu bukan sebuah pernikahan, bagaimana perempuan ini dipaksa menjadi selir ke empat pria tua mesum seumuran Bapa, jangan lupakan bagian memiliki banyak selir tidak salah bila jiwa Kindaru yang merupakan wanita yang hidup di masa emansipasi, mengatai Kuwu Agung lelaki tua mesum, lalu sekarang perempuan dihadapannya bisa tersipu malu saat membicarakan pria itu, ditambah kiss mark yang bertebaran dari dada, pundak, apa lagi leher, menjijikan.
"Hmn, tidak apa Teh Juru Tamba sudah memastikan Daru akan segera normal kembali', jawabku diplomatis.
"Persiapan untk pelatihan Ponggawa baru telah rampung, pembuatan aula, 'ambengan bale pengasoan' (asrama) juga sudah selesai", tutur Teh Eurih namun tangannya meremas jemariku lembut menunjukan adanya kekhawatiran disana.
Aku menatap Teh Eurih menelaah.
"Raden Wesiangra akan segera tiba pastinya Raden Abisaka tidak akan ketinggalan, Daru sudah sehat sekarang sebaiknya kunjungan ke Ua-".
"Daru tidak akan kemana- mana Teh". Potong Kindaru cepat.
"Daru...", suaranya jelas membujuk.
'Daru tahu", jawabku singkat.
"Mereka anak Raja bukan tandingan Kita, meskipun Daru dalam posisi yang benar, bila lawannya Mereka maka Kita pasti dalam akan menjadi disisi yang salah, taruhannya adalah nyawa bukan hanya Adik Teteh saja tapi juga Emak, Bapa, bahkan seluruh keluarga" , jelas Teh Eurih melemah.
Aku mengetahui kejadian peristiwa racun ular berdasarkan memori pemilik tubuh asli seperti apa sebenarnya, botol tanah liat tempat racun ularpun telah Aku amankan,meski beresiko Aku tidak dapat meninggalkan tempat ini sebelum mengetahui alasan menyebabkan jiwaku tertukar, lalu memecahkan variable dari teka- teki berharap segera kembali pada jaman seharusnya.
"Mereka sudah melanggar kesepakatan terlebih dahulu". Mata Teh Eurih terbelalak mendengar rentetan kalimat Kindaru yang diungkapkan dengan datar.
Bungkamnya Teh Erih seolah membenarkan bahwa dirinya telah membuat kesepakatan untuk keselamatan Kindaru.
Boleh saja Kindaru hanya gadis kecil tapi jiwanya adalah Elliya wanita dewasa yang cukup menjalani warna- warni hidup. serta intuisinya yang sangat tajam.
"Tanah luas yang digunakan untuk tempat melatih para Ponggawa baru adalah harga untuk nyawaku karena tidak sengaja menyaksikan perselingkuhan Raden Abisaka dengan istri dari Kakang Radennya Wesiangra" Dengusan kasar keluar begitu saja dari tanganku.
"Daru rasa itu terlalu banyak dan sayangnya mereka telah ingkar". Wajah Teh Eurih memucat.
Bergerak mengambil botol keramik disudut kamar.
"Racun ular, Mereka memaksaku menenggaknya Teh". Menyerahkan botol itu ketangan Teh Eurih, dengan tangan bergetarteh Eurih menerima botol itu. Segera meletakan bokongku di tempat semula Aku duduk dekat jendela kamar ini, kakiku memang sudah bisa berjalan kembali hanya belum kuat berdiri terlalu lama.
"Maaf daru...". Terisak wanita dihadapanku meminta maaf. 'Drama, dasar cengeng' umpat Kindaru dalam hati.
"Teteh kecolongan menjagamu tapi lain kaliakan Teteh usahakan tidak terjadi lagi".
"Jangan Teh, skarang Daru sudah besar, tidak perlu melindungiku, tidak perlu juga mengirimku pergi yakin Daru bisa mengatasi ini", Ucapku penuh keyakinan, yang dibalas anggukan lemah dari Teh Eurih.
Sejujurnya hal yang wajar siapa yang bisa mempercayai ucapan bocah perempuan berumur tiga belas tahun untuk mengatasi masalah yang mungkin taruhannya adalah nyawa.
"Tampaknya yang perlu perhatian Teteh sekarang adalah Istri dari Kang Waru, Emak dan Bapa sudah sepuh kasian bila harus mengatasi masalah anak- anaknya terus, desas- desus negatif makin santer daru khawatir dengan keponakan- keponakan Kita". pengalihan yang efektif Teh Eurih mengangguk mantap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
🌷Bubu.id
seruuu
2021-05-25
0
Jay Bee
waduh bahasanya bikin otakku bekerja keras biar encer....
2021-05-18
0
Sabrina Hasna
ini gimana sih ceritanya flasback apa gimana
2021-02-17
1