"Tidurlah ini masih sangat pagi, ada yang harus Raga kerjakan". Suara Raden Abisaka seolah penjadi pengantar tidur Kindaru disertai usapan lembut dikeningnya, saat Kindaru terusik dari tidurnya karena gerakan Raden Abisaka turun dari bale.
"Kirimkan perlengkapan terbaik untuk gadis ini Bramasta". Samar- samar Kindaru masih dapat mendengar Raden Abisaka Berbicara dengan seseorang diluar, tapi Kindaru sama sekali tak peduli tubuhnya butuh istirahat ekstra hari ini.
Beberapa jam kemudian Kindaru benar- benar terbangun setelah matahari meninggi, untuk pertama kalinya semenjak hidup di masa sekarang dirinya bangun kesiangan.
Ingatan kejadian semalam memasuki kepala Kindaru sontak saja kata- kata makian meluncur dari bibirnya, beruntung Kindaru hidup menyendiri, mendesah lega. Kondisi masyarakat saat ini bisa geger bila tahu apa yang sudah dirinya dan sang Raden lakukan.
Bergegas menggunakan kain jarik yang semalam tidak jadi digunakan, ada rasa tidak nyaman pada selangkangannya tapi itu normal untuk pertama kalinya, Kindaru tidak masalah dengan itu justru masalahnya saat ini adalah dirinya membutuhkan Morning After Pills atau pil kontasepsi mengingat saat ini dirinya hidup dizaman kuno tidak tersedia apotik yang menyediakan obat semacam itu.
Menghela nafas berat, memutar otak apa yang harus dilakukan untuk kontrasepsinya, sesuatu yang alami. Tentu saja Kindaru tidak akan menjadi bodoh dengan hamil sebelum tujuannya tercapai.
Kedelai, itu yang diingat Kindaru bahan pangan itu meningkatkan hormon estrogen, bila dikonsumsi dalam jumlah yang tepat setiap hari dapat mengganggu stabilitas hormon, ketidak stabilan hormon dalam tubuh kemungkinan terjadi kehamilan sangat kecil, senyum cerah tersungging masalahnya terpecahkan, 'selamat datang petualangan', bisik hati Kindaru, tidak salah bersenang senang disela- sela menunggu waktu pelunasan.
###
Kindaru disibukkan dengan aktifitas pembuatan minyak essential bersama Kang Kustara yang sudah menunggunya sejak pagi, sesuatu yang Kindaru sukai dari Kang Kustara pemuda yang tidak berniat menikah muda ini sangat menjaga privasi Kindaru.
Hari ini Kidaru mengakhiri kegiatannya lebih awal rasa kurang nyaman pada tubuhnya setelah kejadian semalam masih membuat mood nya tidak begitu baik.
Kang Kustara mengantar minyak essential kepemilik pondok kembang seperti pembicaraan yang telah dilakukan beberapa minggu sebelumnya bahwa dirinya akan menjual wewangian secara eklusif pada pemilik pondok kembang, bisnis yang sangat menjanjikan karena hampir setiap kali mengirim minyak wangi itu, permintaan akan bertambah untuk pengiriman berikutnya.
Kindaru mengizinkan Kang Kustara untuk langsung pulang kerumahnya dan menyetor kepeng hasil penjualan esok hari. Bukan tanpa alasan Kindaru hanya ingin merilekskan tubuhnya dengan berendam lebih awal.
Sore harinya Kindaru tidak menyangka akan kedatangan dua tamu terhormat ketika masih berendam dibak pemandiannya, kebiasaan Kindaru dijaman modern yang sering tertidur saat berendam terbawa kemasa ini, bahkan tidak mendengar suara pintu pagar yang dibuka atau ditutup seseorang, bila saja tidak ada panggilan yang berulang pastilah Kindaru masih tertidur.
"Tinggal seorang diri bagi gadis muda yang ceroboh sangat berbahaya Nyai". Kalimat datar yang terdengar dari sosok yang bahkan belum Kindaru lihat raganya sudah sangat jelas, sangat Raden Abisaka sekali sikap hangat tadi pagi seolah hanya mimpi.
"Tolong Gusti Raden tidak menghadap kesini, Abdi in harus keluar dari bak mandi", ucap Kindaru seimut mungkin, jelas berniat menggoda kedua Raden itu.
Kindaru yakin kedua putra raja itu masih akan mencuri pandang pada tubuh basahnya yangtelanjang ketika turun dari bak mandi, tetap berendam atau pun keluar dari bak mandi sama saja, walau terhalang beberapa tanaman bunga mereka tetap bisa melihat tubuhnya dan bila lebih lama lagi berendam resikonya masuk angin tentunya dirinya tidak berniat untuk sakit. Lupakan rasara malu kehidupan dijaman modern lebih vulgar dari ini, mulai dari seksi dancer, striptis sampai foto toples pernah dilakoninya.
Setelah menggunakan kain untuk mengeringkan tubuhnya Kindaru langsung menuju kedalam rumahnya rumah berukuran 5 x 5 meter itu hanya ruang yang biasanya digunakan untuk tidur dan kegiatan yang lebih pribadi, sedang untuk aktifitas lain akan dilakukan diluar ruang itu termasuk menerima tamu.
Bergegas menggunakan kain jariknya serta kemben tanpa stagen, mengambil kain kering lain untuk membungkus rambut panjangnya yang basah, tidak lupa menyambar selendang yang tergeletak di atas bale untuk menutup bahunya yang terbuka.
Selesai dengan urusannya segera Kindaru keluar untuk menemui tamunya. Raden Abisaka dan Raden Wesiangra masih setia berdiri ditempatnya semula, Kindaru memaki dirinya sendiri karena lupa mempersilahkan kedua tamunya duduk.
"Hampunten Gusti Raden, harap maklum gubuk Abdi tidak bisa dibandingkan bahkan dengan tempat tinggalpara pelayan dikedianman Pangjenengan, Silahkan", tutur Kindaru berucap sungkan menarik simpati kedua lelaki dihadapanyan.
Menggiring Raden Wesiangra dan Raden Abisaka menuju tempat duduk beratap Eurih tepat disebelah pawon, tempat yang sama ketika Kindaru mengolah bunga- bunga untuk menjadi minyak essential.
Raden Abisaka duduk terlebih dahulu diatas tikar pandan disampingnya terdapat meja kecil, disusul Raden Wesiangra. Kindaru tidak berani mendekat karena memang begitu aturannya, dirinya bersimpuh dengan lututnya yang menjadi tumpuan, tidak jauh dari para Raden duduk bersila.
"Kemarilah Nyai", ucap Raden Wesiangra lembut menepuk tikar pandan disebelahnya.
Kindaru menggelengkan kepalanya sungkan, kemudian menunduk tatapan tajam Raden Abisaka mengganggunya.
"Hampunten Raden, Abdi ini tidak berani, untuk kejadian memalukan tadi, Abdi ini memohon itu hanya akan jadi rahasia kecil diantara Kita", ucap Kindaru bersikap pura- pura malu.
"Kita lupakan saja, tapi mendekatlah tidak nyaman berbicara dengan berjauhan", Raden Wesiangra tersenyum simpul, berusaha bernegosiasi. dengusan halus terdengar dari Raden Abisaka, benar- benar tidak sopan fikir Kindaru. Dengan sedikit terpaksa Kindaru mendekat berada kira- kira tiga langkah dari Kedua Raden, duduk seperti sebelumnya.
"terlalu berbahaya tinggal sendirian Nyai", ucap Raden Abisaka mengulang kalimat yang sama yang pernah dilontarkannya ketika menemukan Kindaru tertidur dipemandiangnya. 'Apa Raden sombong ini mengkhawatirkan dirinya, tidak mungkin manusia tanpa perasaan seperti lelaki dihadapannya bisa merasakan hal seperti itu' bathin Kindaru bertentangan.
"Bahaya apa yang harus ditakuti, Abdi ini bahkan hampir memasuki gerbang neraka karena racun ular".
"Nyai terlalu angkuh, apa tidak takut mati?" bentak Raden Abisaka Skeptis, hampir saja dirinya hilang kendali.
"Kenapa Abdi ini harus takut?", tanya balik Kindaru.
"Justru kalau bisa itu yang Abdi ini akan lakukan, Daru lelah', bisik Kindaru yang masih dapat didengar kedua lelaki dihadapanya. Sejujurnya memang pencarian Kidaru tetang cara kembali kedunia modern mengalami titik
buntu.
Kalimat Kindaru justru disalah artikan olh dua putra raja dihadaannya, tapi gadis ini masa bodo, karena dirinya benar- benar enggan untuk bertahan di seumur hidupnya dimasa lalu seperti sekarang.
Raden Abisaka masih menutup mulutnya beberapa waktu , tatapannya lebih tanjam dari sebelumnya. Raden Wesiangra belum memahami apa yang terjadi, diantara mereka bahkan perubahan aura yang tiba tiba menjadi canggung. Raden Wesiangra tidak mampu mengatakan apa- apa bahkan tidak mengajukan satu pertanyaanpun yang sebelumnya ingin dilontarkanya, diam menekan rasa penasaranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
sukabaca
yuk..
2021-01-30
1
Cahya
Lanjut
2021-01-23
2
Lyn smi
lanjut
2020-11-13
2