..."Aku hidup. Yah aku memang hidup, aku bisa bernafas dan bergerak. Tapi, hidupku seperti kematian bagiku. Setiap detik leherku seakan tercekik dengan sesuatu yang menyakitkan." Crystal...
.......
.......
.......
Pikirannya yang benar-benar kacau membuat ia sedari tadi tak bisa fokus mengerjakan tugasnya, ataupun hanya untuk tidur barang sekejap saja.
Akhirnya ia Menyerah dengan insomnia nya yang kambuh, Sean memilih turun dari ruangannya. Daripada dia hanya terdiam bengong di ruangan kerjanya. Sean memilih untuk menyeduh kopi saja. Dini hari memang benar-benar dingin.
Setelah menyeduh kopi, Sean mendudukkan tubuhnya ke sofa ruang Tv. Entahlah, pikirannya tiba-tiba melayang-layang. Mengingat-ingat setiap permasalahan yang hadir dalam hidupnya. Sean menarik nafasnya gusar, yah pria itu mengakui kesalahannya yang mungkin tidak akan termaafkan.
Dirinya memang tidak lebih dari seorang pengecut yang diombang-ambingkan oleh situasi dan tak pernah mengambil keputusan yang tegas. Belum juga masalah perpindahannya ke Gangnam dibicarakan dengan Crystal, kini masalah lain datang dan langsung membuat dunia nya seakan retak.
Siang itu, Sulli mengatakan hal yang sangat mengejutkan padanya. Jika mengingat sewaktu dirinya menginap di apartemen Sulli, sebenarnya dia tidak benar-benar tau apa yang terjadi pada malam itu karena tiba-tiba kepalanya terasa sakit dan berat.
Sean sadar, dirinya sudah keterlaluan dalam memperlakukan Crystal tidak sebagaimana mestinya. Ditambah masalah ini membuatnya bingung harus mengambil keputusan seperti apa?
Crystal.....
Dialah istriku, yang sudah resmi aku nikahi. Sedangkan Sulli? dia hanyalah kekasihku sejak masuk kuliah. Aku hanya bingung, siapa yang harus Aku pilih sebenarnya? Setelah mendengar perkataan Sulli hari ini. Aku merasa tidak begitu bahagia. Hatiku terasa sakit jika harus membayangkan kemungkinan yang akan terjadi.
..._Flashback_...
"Kenapa sejak tadi kau menghubungi ku terus, padahal aku sedang ada pertemuan dengan Appa." Ujar Sean sedikit kesal.
"Maafkan aku sayang, aku hanya menghawatirkan dirimu. Dan aku juga ingin bertemu denganmu." Ucap Sulli dengan wajah sendu.
Melihat itu, Sean sedikit lunak. Ia menggenggam jemari Sulli. "Hmmm, lain kali jangan seperti itu lagi." Ucapnya tersenyum.
"Akh, Sean ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Ucap Sulli cepat, ia tadi sedikit melupakan hal ini.
"Hmm, ada apa? apa ada sesuatu yang terjadi? sehingga membuat wajahmu gelisah seperti itu?" Ucap Sean dengan menodongkan berbagai pertanyaan. Tangannya menyingkirkan anak-anak rambut kekasihnya yang mengganggu.
Sulli langsung membuka tas nya dan mengambil sesuatu di dalam nya, setelah menemukan apa yang ia cari. Sulli langsung memberikan nya kepada Sean.
Sean yang menerima benda pipih panjang yang di berikan oleh kekasihnya terlihat kebingungan. "Apa ini?"
"Aku positif hamil, Sean." Jawab Sulli menundukkan kepalanya. "Dan dia anakmu." Sambungnya.
"Apa?" Ucap Sean tak percaya. Dia menjatuhkan benda pipih itu dan langsung berdiri dari kursinya.
"Apa kau tak percaya, Sean?" Tanya Sulli menatap sedih Sean. "Kau sungguh tak mengakui bahwa ini anak mu?" Tanya Sulli kembali.
"Jelas aku tidak percaya Sul, Kau tau itu bahwa aku tidak pernah bertindak lebih kepadamu." sahut Sean sedikit meninggikan nada suaranya.
"Kau sungguh jahat Sean, Kau brengsek! Padahal jelas malam itu kita tidur bersama, mana bisa kamu tak mengakui ini adalah darah dagingmu." Todong Sulli penuh emosi.
Melihat kekasihnya yang bertambah Emosi, Sean mendekat mencoba menenangkan nya. Tapi saat lengannya hendak menepuk pundak kekasihnya, tangannya ditepis begitu saja oleh Sulli.
"Kau boleh menikah dengan yang lain, tapi jangan pernah kau campakkan anak ini karena dia tidak bersalah disini. Kau jelas tau, malam itu kau benar-benar mabuk." pekik Sulli meninggalkan Sean yang masih terpaku ditempatnya.
...Flashback End...
Sean, aku hamil. Dia adalah anakmu.
Mengingat perkataan gadis itu masih berputar-putar di otakku. Aku mengurutkan kembali apa saja yang sudah aku lalui dalam waktu rentang satu tahun ini. Aku, benar-benar bingung dengan semua kejadian ini. Tiba-tiba ia akan menjadi seorang Appa, ia memang senang tapi Sean juga mengkhawatirkan jika kedua orang tuanya mengetahui hal ini. Apa yang akan terjadi?
...*********...
Keesokan paginya, setelah semalam dia bergelut dengan pikirannya. Mengakibatkan Sean belum menyelesaikan kerjaannya dan baru pagi ini Sean selesai mengunduh berkas-berkas yang dia kerjakan sebagiannya semalam.
Kedua mata Sean menoleh saat suara langkah seseorang menuruni anak tangga, di sana dia melihat Crystal yang baru bangun dan tengah menatap dirinya sekilas dengan mata yang setengah tertutup.
Wanita itu berjalan dan membuka loker dengan posisi di atas wastafel cuci piring, mengambil kotak teh.
Peppermint tea menjadi sesuatu yang selalu diminum Crystal di pagi hari yang wanita itu sukai karena aromanya. Sean hampir hapal dengan kebiasaan Crystal setelah beberapa kali melihatnya. Tanpa sadar, dia melangkahkan kedua kaki nya mendekat ke arah Crystal.
"A-apa yang mau-" Crystal membiarkan sendok jatuh, berputar lalu berhenti. Saat tiba-tiba saja Sean berjalan menghampiri dirinya.
Sean tiba-tiba memeluknya dari depan tanpa banyak bicara. Karena masih sedikit mengantuk, Crystal tidak banyak melawan.
"Sebentar saja," bisik Sean pelan.
Lengannya yang besar, mempererat pelukannya pada tubuh ringkih Crystal.
Sean menekan kepala Crystal diantara perpotongan leher dan bahunya, menghirup aroma sampo yang gadis itu gunakan sambil membelai lembut setiap helaian rambut gadis itu.
Kehangatan yang dialirkan oleh Sean lewat lengan dan dadanya yang lebar membuat Crystal mengingat sesuatu di dalam memorinya.
Kemana perginya Sean yang kasar, yang membentaknya dan bahkan pernah melemparinya dengan makanan?
Apa ini yang ditawarkan oleh Sean sebagai pengganti atas kekasarannya tempo hari?
Apa Sean ingin meminta maaf?
"Aku bukan gadis yang bisa luluh hanya dengan hal seperti ini, yang lantas menerimamu kembali sepenuh hati seperti yang lain," ujar Crystal dengan suaranya yang datar.
Tak ada balasan dari Sean..
Sean memejamkan matanya sejenak, menghirup kembali aroma tubuh Crystal. lalu seditik kemudian, ia memperlihatkan kembali bola matanya yang pekat, menatap Crystal yang tengah menatapnya juga.
"Dia Hamil,"
Deg..
Entah kenapa suara Sean kali ini bagaikan petir yang datang di siang bolong. Tenggorokannya terasa sakit, sulit sekali merespon apa yang dikatakan suaminya tadi. "M-ma-maksudmu..?" Tanya Crystal, meski dia pun tahu ke arah mana pembicaraan ini. Tapi dia hanya ingin memastikan bahwa ini adalah kebohongan.
"Sulli. Dia- Sean mengatupkan mulutnya, pria itu ragu untuk melanjutkan apa yang ingin di sampaikan, -Dia hamil, anakku." pada akhirnya kata itu keluar juga dari mulut Sean.
"Akhh- Tubuh Crystal terhuyung kebelakang, jika saja dia tidak berada di pelukan Sean. Mungkin ia akan terjatuh kelantai dan menghantam sisi meja.
Crystal menggulirkan matanya, mencoba menahan air matanya yang siap tumpah kapan saja.
Lama mereka terdiam, menyelami pikirannya masing-masing. Entahlah apa yang tengah mereka pikirkan. Yang pasti suasana diantara mereka begitu sunyi, hanya tarikan nafas Crystal yang tak beraturan.
"Aku salah dan aku minta ma-
"Ini adalah berita yang membuatku terkejut." Potong Crystal, ia menatap mata Sean dengan sendu.
"Selamat. Kau tak harusnya meminta maaf, bukankah dia adalah kekasihmu- Crystal menarik nafasnya berat, menahan semua kesakitan - lagipula, sejak awal memang ini adalah pernikahan bisnis yang keluargaku dan keluargamu lakukan. Dan aku juga sudah mengatakan pada malam itu bahwa kau bebas bersama kekasihmu. Dan selamat akhirnya kau akan menjadi seorang Appa." Crystal tersenyum miring, bukan karena sedih tapi dia tersenyum karena menertawakan jalan hidupnya yang konyol seperti ini.
"Baiklah, aku kembali ke kamarku. Sebentar lagi Alex akan menjemputku." Sambungnya, melepaskan rengkuhan Sean dari tubuhnya dengan sedikit kasar.
Setelah tangan itu lepas, dengan cepat Crystal melangkahkan kaki nya menuju kamarnya.
Sedangkan Sean, ia masih terpaku di tempatnya. Dia memegang dadanya, tiba-tiba ada rasa sakit yang menghantam ke elu hatinya. Saat Crystal melangkah pergi.
"Maafkan aku.. Maafkan aku." bisik Sean.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Zakia
Sean jangan kau yg merasa sakit dadamu,,,,,aq yg membaca cerita ini ikut sakit sekali merasakan apa yang dirasakan oleh kristal,,,,
author engkau hebat bisa membuat aq aku sakit tapi tak berdarah,, itulah perasaan Cristal sekarang
2022-12-05
0
Kaizar Kaizar
terlalu kejam kau zen
2022-08-25
0
Hikmah Araffah
duh kasian crystal
2022-08-05
0