Selang beberapa jam kemudian, masakannya telah siap- Gadis beriris madu itu tengah berkonsentrasi dengan meja makan; menata lilin hias dan makanan. Tempat-tempat lilin yang terbuat dari kaca beragam bentuk membuatnya tersenyum- menyalakan pemantik api dan mendekatkannya pada sumbu lilin. Sumbu lilin terbakar. Cahaya yang ditimbulkan oleh api sangat terang. Sempurna. Ia melirik jam tangannya. Sudah pukul setengah tujuh malam.
Ia pun mengambil dua botol Champag beralkohol rendah dari rak di dekat kulkas. Botol-botol itu diletakkan di masing-masing keranjang yang dianyam. Satu botol untuknya, satu lagi untuk Sean. Sejenak, Crystal mengalihkan pandangannya kearah sofa. Dimana suaminya berada, setelah dari ruangan kerjanya beberapa menit yang lalu. Tiba-tiba senyum di bibir Crystal kini hilang. Melihat tampang suaminya yang begitu kusut. Ia pikir, ternyata setumpuk berkas-berkas itu mampu membuat wajah tampannya memudar.
Crystal kembali mengatur posisi makanan yang telah dimasaknya. Aah, dessert nya belum dikeluarkan dari lemari pendingin. Tepat saat ia hendak mengambilnya, suaminya itu kini berdiri di hadapannya. Tatapannya tiba-tiba begitu dingin padanya- Crystal melangkah mundur ketika melihat Sean menatapnya seperti itu. Entah kenapa, tiba-tiba, rasa takut menyelinap di hatinya.
"Sea-"
Sebelum Crystal sempat melanjutkan, tangan pria bermata kelam itu tengah mencengkram kuat lengannya. Nafasnya terdengar memburu. Secepat kilat, tangan lelaki dingin itu menarik tubuh Crystal mendekat kearahnya- Sean mendekap tubuh ringkih istrinya kedalam pelukannya, membuat tubuh gadis cantik itu tak seimbang dan menjatuhkan dessert yang telah dia buat susah payah ke lantai.
"Aku muak denganmu." bisik nya dingin, tepat ditelinga Crystal- menyerah itulah yang menggambarkan mimik wajah Suaminya saat ini.
Gadis beriris madu itu tercekat. Lelaki di hadapannya seperti psikopat saja. Laki-laki ini seperti kerasukan sesuatu. Ia mencoba melepaskan cengkraman kuat Sean, tapi tak bisa. Lengannya begitu kekar. Apa yang terjadi dengannya?
"Lepaskan!" Ujar Crystal dingin. Ia begitu benci situasi seperti- situasi yang membuatnya lemah.
"Kau benar-benar menghancurkan segalanya." Dia mendorong tubuh istrinya kuat, hingga terpelanting membentur meja makan.
BRUKK!
Kepala istrinya itu membentur kaki meja. Namun, Sean tidak menyadarinya. Gadis malang itu merintih pelan dan mencoba bangkit dari posisi awalnya yang telungkup. Dalam keadaan terduduk, tangannya meraba pelan keningnya.
Ia menatap nanar- Makanan yang telah ia sajikan jatuh begitu saja, saat tubuhku menghantam meja makan itu. Kue manis itu berjatuhan kemana-mana. Pecahan piring berserakan di bawah meja. Seakan belum puas, Sean pun membanting botol Champag.
PRANG!...
Minuman itu sudah tak utuh lagi, semuanya sudah berserakan. Air dari Champag itu menggenang di lantai.
Mata sayu Crystal hanya menatapnya nanar. Dia benar-benar monster. "Hentikan!" Crystal membentak, namun ia tidak mengindahkan.
Pria itu semakin menjadi, Crystal sadar ini belum selesai. Gadis itu kembali memundurkan langkahnya ketakutan. Pandangan Sean begitu menyeramkan.
PRANG! PRANG! PRANG!
Tiga kali suara benda berbahan dasar keramik itu jatuh membentur lantai berturut-turut. Piring-piring itu terpecah belah. Pecahannya berserakan dimana-mana. Nasi kepal yang sudah ia siapkan, diinjak-injak oleh suaminya. Sup rumput laut tumpah mengotori lantai. Dan makanan lainnya yang sudah berceceran di lantai, diinjak-injak oleh Sean. Saus kecap mengotori sandal rumah yang dikenakan Sean. Semuanya sudah tidak bisa dimakan. Semuanya sudah seperti adonan bubur kental.
Bahunya naik-turun. Crystal benar-benar marah. Dia tidak tahu apa kesalahannya sampai pria di hadapannya mengamuk seperti ini. Apakah karena kejadian kemarin malam? Astaga bahkan ia sudah menjelaskan semuanya- dan ia tidak melarang Sean untuk berhubungan dengan kekasihnya.
"Hentikan!" Teriak Crystal lagi dan lagi. Gadis itu merasakan sakit yang teramat sangat. Kepalanya berdenyut-denyut. Mata itu menatapnya bengis. Dia tidak melihat pelipis Crystal yang lecet- Semuanya tertutupi oleh emosinya. "Ka-kau..." menarik nafasnya kasar. "Ja-jahat.. kejam, biadab- Psikopat!" teriaknya.
Suasana rumah itu sangat mencekam. Crystal sangat ingin menghajar pria itu saat ini juga. Tapi, entah mengapa dia tidak bisa. Seluruh tubuhnya benar-benar terasa sakit, di tambah dadanya yang terasa linu.
Tanpa memperdulikan Crystal, Sean berjalan mengambil mantel hitam yang ada di atas sofa, mengenakannya lalu mengambil kunci mobil. Sean berjalan menuju ruang tamu dan memegang kenop pintu erat. Mata gelapnya tertumbu pada vas berisi beberapa tangkai bunga lili itu. Sean memejamkan mata dan mengembuskan nafas keras. Kedua kelopak matanya terbuka kembali dan membuka pintu rumah lebar-lebar, tanpa menguncinya kembali. Tanpa ada rasa bersalah, dia melangkah pergi dari rumah dengan bajunya yang kotor.
Menghancurkan acara makan malam yang susah payah istrinya siapkan. Merubah malam yang seharusnya penuh tawa menjadi penuh luka. Meninggalkan istrinya sendirian yang sedang kesakitan.
"Sialan..!"
...**********...
DOK! DOK!DOK!
Wanita yang tengah berdiam diri itu terkejut, saat pintu apartemennya di gedor dengan keras. Dengan rasa cemas ia beranjak dari sofa dan melihat jam di atas televisi. Pukul setengah sebelas malam. Malam-malam begini, siapa yang bertamu di apartemennya.
Apakah itu Sean?
Mana mungkin! Ayolah Sulli, dia sudah menikah! Istrinya adalah Crystal! Seorang aktris papan atas!
Dengan lesu, Sulli berjalan ke arah pintu. Ia memutar gagang pintu apartemennya. Di hadapannya ada sepasang boots hitam yang sangat dikenalinya. Pemuda yang yang dulu kekasihnya. Lalu ia mendongakkan wajahnya, menatap orang dihadapannya dan benar saja dia Sean. "Se-an?" Ujarnya terkejut.
"Malam ini, aku menginap di apartemen mu." Ucap Sean cepat menerobos masuk, tanpa meminta izin dari sang pemilik apartemen.
"Kita sudah putus Sean! pergi aku tidak ingin melihatmu lagi di hadapanku, aku ingin sendiri-"
"Diam! aku lelah." Bentak Sean memotong ucapan kekasihnya.Dengan cepat Sean masuk ke sebuah kamar di sebelah kanan kamar mandi.
Perlu kalian tahu, apartemen yang ditinggali Sulli adalah pemberian Sean saat perayaan hari jadi mereka yang ke satu tahun, apartemen ini berada dikawasan elite. Memiliki dua kamar. Satu kamar dipakai untuk kekasihnya sendiri, sedangkan yang sebelah kanan dibiarkan kosong begitu saja dan kadang ia tempati jika ia tak sengaja menginap.
Karena sejujurnya, meskipun hubungan mereka terbilang cukup lama. Tetapi, Sean tak sama sekali menyentuh kekasihnya bahkan untuk berciuman itu hanya kecupan biasa. Ia tak sebrengsek itu terhadap kekasihnya.
Melihat itu, Sulli hanya diam dan kembali menutup pintu apartemennya. Sulli juga kembali duduk di sofa, menikmati serial tv yang ia tonton tadi. Dia tidak berniat berbicara apapun. Dia tahu, jika Sean marah sebaiknya tak usah di ganggu. Bila itu terjadi, malah akan menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan.
Lagipula, dia tidak bisa memungkiri jika sebagian hatinya merasa senang karena malam ini Sean bisa kembali menginap di apartemennya. Ia memang jahat dan egois, tapi biarlah untuk kali ini saja. Ia ingin bersikap egois untuk kebahagiaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Nur fadillah
Sedih juga hati perempuan mana yang mau disakiti...sabar-sabar. 😥😥
2023-03-26
0
Kazutora Kazutora
bagus cerita ny
2023-02-01
0
Kaizar Kaizar
kasihan cristal
2022-08-25
0