"Kau sudah mau pulang?" tanya Yeri yang melihat Sulli yang keluar dari ruangannya.
"Begitulah. Ini hari yang sungguh sangat melelahkan." Gumam Sulli tak bersemangat.
"Setelah ini kau mau kemana?" tanya Yeri kembali, ia memperhatikan wajah sahabatnya yang terlihat pucat.
"Aku harus ke rumah sakit." Jawabnya tersenyum. " Hanya untuk mengecek, saja." Sambung Sulli, ia tak ingin membuat sahabatnya merasa khawatir karenanya.
"Memangnya siapa yang sakit?" Tanya Yeri kembali, ia mengerutkan keningnya bingung.
Sulli menggelengkan kepalanya pelan. "Tidak usah khawatir Yeri, aku hanya ingin mengecek sesuatu dan bertemu kawan lama. Itu saja kok."
"Apa perlu aku antar." Ucap Yeri menawarkan diri pada Sulli.
"Tidak perlu. Baiklah aku pergi." Ujarnya pamit.
Sulli berjalan gontai menuju pintu keluar Cafe, hari ini meski tak banyak pelanggan yang datang, tapi entah kenapa rasanya sangat lelah sekali.
...**********...
Setelah pertemuannya kemaren, perasaan Kai menjadi semakin tak karuan. Hatinya berdetak tak beraturan, gadis itu. Kai menggelengkan kepalanya, ini sulit dipercaya.
"Apakah dia wanita itu?" Gumamnya lirih.
Setelah sekian lama ia mencoba mengubur kembali masa lalu yang selalu menghantuinya, kini ada seorang wanita yang terlihat percis dengan orang yang ia cintai dulu. Kai menarik nafasnya kasar, pekerjaannya semakin tak fokus. Ia memukul kaca didepannya, sehingga membuat tangannya berdarah kembali.
Sekertaris Choi yang melihat itu segera menghampiri Kai dan langsung menarik lengan tuannya yang berdarah. "Ada apa denganmu, Tuan?" Ujarnya khawatir. Ia memang sering melihat Tuannya bertingkah seperti ini, tapi itu sudah bertahun-tahun yang lalu. "Dia belum tentu wanita itu, Tuan. Jadi saya mohon jangan bertindak bodoh dengan melukai dirimu sendiri." Ujarnya sendu.
Kai berdiri dan menepis lengan Jaehyun yang hendak menolongnya, lalu Ia berdiri menatap kota Seoul.
"Kau tak akan mengerti perasaanku." Ujarnya sambil tertawa lalu ia menangis. "Kau tak akan mengerti, Brengksek." Sambungnya berteriak
"Segera selidiki!." Perintah nya dengan nada dingin.
"Apa?" Ucap Sekertaris Choi terkejut. "Bukankah kau sudah tau dan melihatnya sendiri-
"DIAM" Teriak Kai memotong perkataan Sekertaris Choi, Ia menggeram marah. Lalu ia menghampiri sekertaris Choi dan menarik keras bajunya. "Sudah ku bilang. jangan pernah membantah apa yang aku perintah, terserah mau gadis itu dia atau bukan segera kau selediki. Aku tidak mau tau." Desis kai menatap tajam Sekertaris Choi.
"Ok,ok. aku akan menyelidikinya. Tapi aku mohon, obati terlebih dahulu lenganmu karena sebentar lagi akan ada pertemuan pemilik saham." Ujar Sekertaris Choi mencoba melepas lengan Kai dari kerah bajunya.
"Pergi, aku akan mengobatinya sendiri." Ujar Kai melepas lengannya dari leher Sekertaris Choi.
Sekertaris Choi memegang lehernya yang sedikit kaku, Ini benar-benar sakit. Meski ia sudah terbiasa dengan tempramen Kai, tapi ini cukup mengerikan.
Ia pergi meninggalkan ruangan Tuan Mudanya itu, meski kekhawatiran menyelimuti hatinya. Karena ia takut jika Kai akan berbuat hal bodoh lagi, kembali ia menolehkan kepalanya ke arah Kai memastikan bahwa Ia sudah lebih tenang.
Setelah pasti Sekertaris Choi segera menarik kenop pintu dan menutupnya kembali dengan pelan.
...************...
"Oh Alex, syukurlah aku melihatmu disini. Ada yang ingin aku sampaikan dengan mu. Akh dimana Crsytal?" Ujar sang Direktur. Ia melihat sekeliling dan tak menemukan Crsytal.
Alex menundukkan kepalanya memberi hormat. "Crystal, tadi ia meminta izin untuk pergi bertemu dengan teman lamanya. "Kenapa yah Pak direktur?." Tanya Alex mengernyitkan keningnya bingung.
"Ouh tidak, aku hanya ingin menyampaikan. bahwa ada tawaran menarik untuk Crystal. kau sebagai managernya sampaikan padanya agar menemui ku."
"Kenapa tidak langsung denganku saja, Pak?." Ujar Alex menawarkan diri.
"Aku inginnya Crystal."
"Akhh, baiklah. Akan aku sampaikan." Ujarnya tersenyum kaku, ia sungguh tak habis pikir dengan direktur tua itu. Biasanya juga pekerjaan Crystal ia yang selalu menghandle. menjadi Presedir menggantikan ayahnya.
...*********...
Crystal, gadis itu tengah berdiri di depan kamar nomor 345. Lewat kaca itu ia Memandangi seseorang yang terbaring lemah di kasur rumah sakit. Seorang gadis yang terkenal dingin dan datar kini tak terlihat, yang ada hanya gadis lemah penuh kesedihan.
"Jangan khawatir. Jangan takut. Bukankah kau bersamaku. Berjuanglah. Jangan menyerah. Lihat, mereka juga memiliki tekat yang kuat untuk bisa sembuh. Begitu pun kamu, Crys." Ujar Kevin memberi semangat Crystal.
Melihat itu, air matanya malah menjadi tak berbendung. Selama ini, ia berjuang dengan bantuan Kevin. Meski kadang ia juga suka meratapi kehidupan yang sedang di jalaninya. Tapi Kevin tetap semangat dan terus mendukungnya. Bahunya bergetar, menahan gejolak di hatinya. Sungguh ia tak akan sanggup jika menghadapi ini sendiri.
Kevin langsung memeluk Crystal dan menepuk pundaknya. Mencoba menyalurkan kekuatan untuk nya.
"Crystal."
Saat mendengar ada seseorang yang memanggil namanya, dengan segera Ia mengusap air matanya dengan cepat. Lalu ia menolehkan wajahnya, ia melihat seseorang yang memakai jas Dokter itu datang menghampirinya.
"Dokter Wendy." Gumamnya lemah.
Seseorang yang dipanggil oleh Crystal adalah dokter Spesialis kandungan yang tak lain adalah seorang istri dari pria yang tadi memeluknya. Mereka, sepasang suami istri tersebut sudah cukup lama saling mengenal. bisa dibilang mereka seperti keluarga bagi Crystal. Dan sudah tak aneh bagi Wendy jika melihat suaminya memeluk Crystal seperti saat ini, karena ia percaya pada keduanya.
"Apa kau baik-baik saja?." Wendy menatap khawatir Crystal sahabat dekatnya. Bodoh. Pertanyaan yang sungguh tidak usah dijawab pun semua orang akan tahu, jawabannya ketika dia melihat wajah Crsytal yang memerah dan mata yang sembab dan Wendy sungguh merutuki itu.
Crystal menghela nafasnya, lalu tersenyum. Ia segera berlari kecil menghampiri Wendy. "Aku merindukan mu." Ujar Crystal dengan manja.
Sungguh Crystal terkejut melihat sahabatnya berada disini, yang ia tahu Wendy bekerja di Rumah Sakit Gangnam bukan di Seoul.
"Udara hari ini begitu dingin. Aku kira kau butuh pelukan." Tanpa menunggu tanggapan sahabatnya itu Wendy dengan cepat memeluk tubuh Crystal, dengan lembut ia usap punggungnya.
"Eh..?" Crystal terkejut, Sahabatnya ini selalu tiba-tiba dan tak terduga.
"Aku tahu kau sedang membutuhkan pelukan. Apa kau benar baik-baik saja.? Itu sungguh sangat terlihat Seorang Crystal. Lihat, kau bahkan semakin kurus."
Crystal diam. Ia tak bisa mengelak lagi jika seperti ini, karena ia tau tak bisa menyembunyikannya lagi. Lengannya dengan cepat membalas pelukan Wendy dengan erat, benar kata Wendy ia sangat membutuhkan pelukan untuk bersandar.
"Apakah sudah lebih baik.?" Tanya Wendy pelan.
Crystal menggelengkan kepalanya di pelukan Wendy. "Aku tidak baik-baik saja, aku sangat merindukan masakan. Kau tau, Si Kevin tak pernah mengatakan bau kau berada di Seoul." Ujarnya kesal.
Wendy melepaskan pelukannya dan menatap suaminya kesal, "Yak. Benarkah begitu Oppa? Padahal aku merindukan Iri Crystal-ssi." Ujarnya sambil mengelus-elus rambut Crystal. Yah, Wendy memang Sahabatnya tapi ia seperti sosok seorang Ibu di mata Crystal. Bagaimana ia memperhatikan nya dan merawatnya dengan baik. Ia sangat bersyukur memiliki sahabat sepertinya yang selalu ada untuknya.
"Ouh, Kau lihat suami mu memang seperti itu. Selalu berwajah datar, ia selalu memarahiku dan melarang aku melakukan ini dan itu." Gerutu nya kesal.
Kevin yang melihat dua wanita yang sedang memojokkan nya hanya tercenga, bagaimana bisa mereka menyudutkan nya seperti ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
natal Natal
lanjuttt
2022-09-26
0
Istrinya Xu Kai
kurang seulgi dan joy
2022-05-27
0
Maria Kilis
kasian,, skit apasi
2022-05-15
0