Secercah cahaya mentari yang menyelinap dari balik tirai, perlahan membuat kelopak mata Crystal terbuka, menampakkan bola matanya yang indah, bewarna keperakan. Ranjang empuk dan seprai yang lembut cukup membuatnya sadar jika dia tidak terbaring di lantai. Wewangian bunga dari pengharum ruangan, tangannya yang mungil bergerak; meraba-raba dahinya yang terbalut perban, ia merasakan sakit akibat luka di dahinya. Hingga kedua bola matanya terkejut, melihat seseorang terbaring di sofa dekat lemari bajunya.
O-oh, gadis itu mengira ini semua hanyalah mimpi. Berarti kejadian semalam... Ah. Ia menarik nafas panjang. Perlahan, setetes air mata jatuh menelusuri pipi porselen miliknya. Terus jatuh, jatuh dan jatuh lagi. Perlahan, tetesan itu semakin deras dan deras. Awal pernikahan yang sangat buruk. Terutama kemarin malam itu benar-benar menyebalkan. Ekspresi wajah gadis itu berubah; sedih.
Jika mengingat kejadian itu, ia selalu bertanya-tanya. Atas dasar apa- alasan yang jelas-hingga Sean tega berbuat seperti itu padanya? Gadis berambut hitam itu menyeka matanya. Terkadang pikiran untuk mengakhiri hidup membayangi pikirannya. Tapi demi Ayah dan cita-citanya, ia harus sanggup untuk melanjutkan hidup.
Crystal segera bangun dari ranjang, mematikan lampu kamar yang ternyata masih menyala. Lalu berjalan menuju jendela, membukanya, dan menyampirkan tirai. Membiarkan cahaya matahari menerpa hangat kulitnya. Melirik sekilas jam di atas nakas. Tepat pukul jam tujuh pagi. Sesaat senyum terukir jelas di bibirnya, saat melihat Sean- suaminya yang tengah tidur nyenyak di sofa. Meski ia tak yakin, karena ia tahu pasti itu akan terasa sakit seluruh tubuhnya. Gadis itu segera beringsut menuju kamar mandi. Mungkin berendam air hangat adalah pilihan bagus untuk mengganti suasana hati. Sekaligus menenangkan pikiran. Aroma mawar dan evening primrose boleh juga.
Air hangat memang benar mampu membuat perasaannya jauh lebih baik. Selain perasaannya jadi tenang, tubuhnya pun ikut relaks. Gadis itu menuruni setiap anak tangga perlahan sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah. Crystal memutuskan untuk keluar, saat ia sudah tak menemukan Sean di kamarnya. Pandangannya segera tertuju pada ruangan yang menghadap kolam renang-ruang makan-yang sudah rapih. Langkahnya semakin cepat.
Ia memejamkan matanya sejenak.
Terbayang jelas dalam benaknya, dia sedang memanggang kue kering, harum kue itu membuat anak-anaknya memeluknya dari belakang, tertawa-tawa dan meminta kue yang dia buat agar segera di makan, dia tersenyum dan mencium anaknya. Dari dulu gadis ini selalu memimpikan hal itu, sebuah keluarga kecil yang bahagia. Bukan seperti ini.
Terkadang ia berpikir; kenapa harus Sean yang menikahinya? Percuma saja pernikahan dengan menghabiskan miliaran won lalu menikah dengan orang yang tak dicintainya. Gadis itu membuka kelopak matanya dan alangkah terkejutnya saat kedua matanya bersitatap dengan kedua sepasang mata milik Sean- suaminya. Sejak kapan?
Crystal segera memalingkan wajahnya, entah kenapa jantungnya berdetak kencang. Ini reaksi spontan saat orang terkejut bukan? Pikirnya.
"Sedang apa?" Tanya Sean terbilang santai.
"T-tidak a-ada, aku hanya me-lihat-lihat." Ujarnya gelagapan, terlihat sekali bahwa ia tengah gugup.
"Oh. Buatkan aku sarapan." perintah Sean santai.
"What?" tanyanya terkejut. Bukan hanya Sean yang merasa Crystal berubah-ubah sikapnya. Crystal pun sama, menganggap Sean adalah pria yang labil. Terkadang penuh emosi dan terkadang bersikap manis, hingga membuat Crystal bingung dengan kepribadiannya.
"Apalagi, bukankah wajar. Ingat! kau istri disini." Ujar Sean dingin.
Tanpa memperdulikan Crystal yang terus menggerutu, Sean dengan santai duduk di table dinner, mengakses internet lewat ponselnya- mengirim Email pada sekertaris nya.
Rio, maaf aku tidak bisa masuk kerja- Crystal sakit. Tolong kau urus permasalahan kantor untuk hari ini. Sent.
Menunggu balasan dari Rio. Ia menatap Crystal yang tengah sibuk di dapur, entah apa yang akan ia buat. Kini kedua matanya, mengamati rumah yang kini ditinggalinya. Hingga kedua matanya berhenti tepat di meja makan, dimana itu mengingatkan kelakuan buruknya pada Crystal. Ia sangat menyesal jika mengingat itu semua- Sean beranjak mendekati Istrinya.
Saat tubuhnya tepat berada tak jauh di belakang Crystal- meski sang empu tak menyadarinya- melangkah kecil, dengan ragu ia memeluk tubuh kecil itu dari belakang.
"Ya Tuhan." Ujar Crystal terkejut bukan main, saat ia merasakan seseorang memeluknya dari belakang. "A-apa yang kau lakukan, Sean." Tanya nya panik.
Sean tersenyum geli melihat respon yang ditunjukkan oleh Crystal. "Masak apa?"
"A-ku hanya memasak telor ceplok dan roti bakar- Crystal berusaha keras menetralkan detak jantungnya, sungguh perubahan drastis suaminya membuatnya harus berolah raga jantung setiap waktu.
Sean melirik dua roti yang telah dipanggang, "Apa kau membutuhkan bantuan?"
Crystal menggelengkan kepalnya cepat, ia langsung mematikan kompor saat masakannya selesai lalu membalikkan tubuhnya, mencoba melepaskan lengan Sean- dari tubuhnya.
"Semuanya sudah selesai, Tuan. Sebaiknya kau siapkan piring untuk kita berdua sarapan." Perintah Crystal penuh penekanan.
Tanpa pikir Panjang, Sean segera menuruti perkataan Crystal, dengan lihainya ia menata piring-piring itu di meja makan.
Crystal yang melihat itu, bibir indahnya langsung terangkat membentuk sebuah senyuman indah. "Seandainya sejak awal kau begini, mungkin aku akan terpikat olehmu Sean." gumamnya pelan.
...*****Dipaksa Menikah*****...
'Sulli's Apartemen | 08 : 00 AM
"Sul...apa kau sudah menghubunginya?."
Sulli yang baru saja menyiapkan roti panggang membalikkan badannya, menatap Sahabat nya tercinta yang selalu menemaninya dalam keadaan apapun. Sulli tersenyum dan berjalan membawa roti panggang tadi dan memberikan nya kepada Yeri.
"Eumh, sudah kok. Kemaren juga aku sudah memutuskan nya secara sepihak."
"Kau baik-baik saja, Sul?." Tanya Yeri sedikit khawatir.
Paham dengan tatapan Yeri padanya, Sulli hanya terkekeh. "Tentu aku baik-baik saja."
"Hanya saja, Semalem ia datang ke sini dengan penampilan yang sungguh kacau. Aku hanya khawatir dengan kondisinya. Kurasa, aku tidak bisa putus dengannya." Lanjutnya tersenyum memakan roti nya. "Kau tau Yeri, dari sana aku terlihat masih ada ada harapan bersama Sean." Sambungnya kembali.
"Kau akan menyesal jika melanjutkan hubungan itu Sul.." Ujar Yeri sedih, ia sebagai sahabatnya mencoba memperingati dirinya lebih awal.
Sulli terdiam, mendengar perkataan yang Yeri lontarkan padanya.
"Hahhhhh." Sulli menarik nafas panjang, ia melirik Yeri lalu berkata kembali. "Aku akan mencobanya, mempertahankan hubungan ini." Ucapnya dengan yakin.
Melihat sahabatnya yang bersemangat, Yeri hanya menggelengkan kepalanya dan berdoa semoga semua nya berjalan dengan baik. Dan Sulli, tidak akan menyesal kelak. "Apapun itu, aku akan mendukung mu. Tapi ingat, jangan sampai kamu keluar dari batas wajar Sul."
Sulli menganggukkan kepalanya dengan tersenyum bahagia, ia segera memeluk Yeri dengan erat. Ia selalu mendukung nya apapun keputusan yang akan ia ambil. "Terimakasih, Terimakasih." Ucapnya senang.
Membalas pelukan sahabatnya, Yeri tersenyum di balik punggung Sulli. Ia mengusap rambut sahabatnya, dengan lembut. "Berbahagialah selalu." Gumamnya tulus sambil mengusap pinggang Sulli lembut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Nur fadillah
Move ondoong...kasihan yang sudah nikah...,😊
2023-03-26
0
Lilis Ilham
bahagia kan thor crystal
2023-01-04
0
Hikmah Araffah
kebanyakan novel peran cweknya selalu di tindas trs mudah luluh
2022-08-05
1