Pagi telah tiba dari ufuk timur, matahari mulai memanjat naik menghiasi langit yang mulai terang karena pancaran sinarnya, jam di dinding telah menunjukkan pukul sembilan pagi, sedangkan dua bidadari cantik masih terlelap di atas kasur mewah mereka, seakan enggan untuk meninggalkan kasur empuk itu.
Tok.. tok.. tok...
Mamah Mitha mengetuk pintu kamar Azila, "Sayang, ayo, bangun. Hari sudah siang, ini, kalian jangan bermalas-malasan terus, cepat bangun, dan mandi," panggil Mamah Mitha dari luar kamar dengan sedikit berteriak.
"Tiga puluh menit lagi, Mah. Zila masih ngantuk," jawab Azila dari dalam kamar dengan suara serak ciri khas orang yang baru bangun tidur.
"Tidak ada tawar menawar, Zila. Cepat bangun, dan mandi. Habis, itu, bantu Mamah di bawah," ucap Mamah Mitha lagi sebelum dia berlalu pergi dari depan kamar anaknya.
Azila turun dari ranjangnya dan berjalan masuk ke kamar mandi dengan langkah yang gontai-gontai.
Setengah jam kemudian, Azila turun dengan baju santai ala rumahan, dengan badan yang sudah segar karena baru selesai mandi. Walaupun hanya memakai baju rumahan, Azila masih tetap modis.
Azila berjalan menuruni anak tangga dan menghampiri Mamah Mitha yang sedang membersihkan dan menata ulang ruang tamu serta ruang keluarga, Mamah Mitha memberi beberapa dekorasi tambahan seperti lilin yang harum, bunga mawar merah, dan beberapa aksesoris kecil lain di meja makan. Untuk melakukan semua itu Mamah Mitha di bantu oleh seluruh pelayan di rumahnya
Wajah bahagia terpancar dari seluruh penghuni rumah besar itu, kecuali Azila yang memajang wajah kusutnya, Azila masih belum bisa menerima semua kenyataan ini, dia mencoba untuk tegar dan perlahan menerima kenyataan yang tidak manis itu.
"Hai, semuanya, selamat pagi !" sapa Nabila dengan suara keras yang memekakkan telinga seisi rumah, dia berlari menuruni anak tangga dan bergaya layaknya ninja seperti Naruto.
"Hei, orang gila, pagi-pagi udah bikin darah naik aja, bengkak nih telinga," ucap ketus Azila sambil memegang ke dua telinganya, "Baru bangun tidur kayak ayam mau bertelor aja," ejek Azila yang terdengar oleh semua orang.
"Sewot amat sih, Zil. Ini, namanya semangat pagi yang membara," jawab Nabila sambil mengangkat tangan kanannya ke atas dan mendongakkan kepalanya menghadap langit-langit ruang keluarga.
"Itu bukan semangat pagi, tapi orang stress yang lupa minum obat," sahut Azila sambil mendekat ke Nabila.
"Kamu yang stress !" balas Nabila yang tidak mau kalah, lalu mereka berdua beradu tatapan mata.
"Aahhhkkkk," teriak kesakitan Azila dan Nabila bersamaan karena telinga mereka berdua sedang di jewer oleh Mamah Mitha.
"Aduh, Mah. Sakit," rintih Azila.
"Mah, lepasin dong, Mah. Telinga Nabila mau copot, ini, Mah. Aduuuhhh," keluh Nabila yang kesakitan.
"Kalau kalian berjanji tidak akan bertengkar lagi seperti anak kecil, Mamah akan lepaskan telinga kalian," ucap Mamah Mitha yang mencoba membuat kesepakatan dengan kedua putrinya itu.
"Janji !" ucap Azila dan Nabila bersamaan, lalu Mamah Mitha melepas jeweran di telinga kedua anak gadis itu.
"Tuh, Mah. Merah kan telinga ku sekarang," keluh Nabila karena bekas jeweran Mamah Mitha tadi.
"Iya, nih. Mamah main jewer aja, sih, sakit tau, Mah. Padahal Zila sama Nabila cuma bercanda doang, kok," ucap protes Azila.
"Iya, Mah. Kita cuma bercanda, kok, mana mungkin kita bertengkar karena hal sepele," Nabila juga ikut-ikutan protes ke Mamah Mitha.
Mendengar protestan kedua putrinya, Mamah Mitha malah tersenyum kecil.
"Mamah juga tahu kalau kalian cuma bercanda, Mamah hanya ingin menjewer kalian berdua saja, karena sebentar lagi, dan tak lama lagi kalian berdua akan meninggalkan Mamah dan Papah, di sini. Kalian akan menikah dan ikut ke rumah suami kalian nantinya," jawab lirih Mitha diiringi air mata yang mulai menetes membasahi pipinya.
Melihat wanita yang mereka sayangi menangis, Azila dan Nabila langsung memeluk Mamah Mitha dan mencoba menghiburnya agar tidak terus menangis, "Mah, walaupun Zila, dan Nabila sudah menikah, kita akan sering pulang ke sini, Mah. Kita juga nggak bisa jauh-jauh dari Mamah," ucap lirih Azila yang juga mulai meneteskan air mata.
"Mah, walaupun Nabila bukan anak kandung Mamah, tapi Nabila sayaaang banget sama Mamah, dan Nabila sudah menganggap Mamah Mitha, dan juga Papah Hendri seperti orangtua kandung Nabila sendiri. Lagian kan, masih ada Yasa, Mah. Saat dia besar nanti, dia akan membawakan Mamah menantu yang cantik dan baik," ungkap Nabila yang juga ikut menangis.
"Hei, kenapa kalian menangis? Mamah kan hanya bercanda, mata Mamah kena debu makanya keluar air mata. Kalian malah menangis tanpa sebab, dasar cengeng, lemah," ucap Mamah Mitha sambil menyeka air matanya.
"Mamah iih, padahal kita lagi bersedih, Mamah malah gitu," ucap kesal Azila karena merasa malu dibilang cengeng oleh mamahnya.
"Eemm, apa kalian tidak merasa aneh? Semua orang melihat kita, lho," bisik Nabila dengan suara berbisik, lalu Mamah Mitha dan Azila melihat sekeliling dan ternyata semua pelayan dan beberapa orang suruhan Mamah Mitha sedang memperhatikan mereka bertiga, semua orang melihat mereka bertiga dengan mata yang sudah berlinang air mata karena mereka semua tersentuh hatinya dengan kelakuan para majikannya itu.
"Hei, kalian ngapain malah bengong kayak patung? Cepat selesaikan pekerjaan kalian !" teriak Mamah Mitha yang membuyarkan suasana haru mereka, lalu semua orang kembali bekerja.
"Ternyata, Mamah galak juga, ya, Nab," bisik Azila di telinga Nabila, namun sialnya masih terdengar sampai telinga Mamah Mitha.
"Azila, kamu bilang apa tadi?" tanya Mamah Mitha sambil memasang wajah yang seakan ingin menerkam kedua gadis itu, sontak Azila dan Nabila berlari berhamburan menyelamatkan diri mereka.
"Kabur ..!" teriak Azila dan Nabila bersamaan.
"Kalian mau lari kemana semut-semut kecil, ha ha ha ha," ucap Mamah Mitha.
Setelah Azila dan Nabila hilang dari pandangannya, Mamah Mitha tersenyum karena masih bisa bercanda dengan dua gadis kebanggaannya itu.
Di kantor perusahaan grup Wibawa.
Jam sudah menunjukkan pukul satu siang, yang artinya sudah waktunya untuk istirahat makan siang.
Candra yang baru selesai mengerjakan tugasnya, dialangsung beranjak dari tempat duduknya dan membereskan barang-barangnya sebelum pergi menuju ruangan Ayah Yoga, setelah selesai membereskan mejanya, Candra beranjak pergi menuju ruangan Ayahnya. Sesampainya di ruangan Ayahnya, dia di sambut oleh kepala pelayan keluarga Wibawa dan dua sekretaris ayahnya.
"Ayah dimana, Pak?" tanya Candra.
"Tuan Besar masih mengurus beberapa berkas di dalam. Mari, saya antar," jawab sopan Pak Suryo.
Candra hanya mengangguk lalu Pak Suryo memimpin jalan menuju ruang kerja Ayah Yoga dan di susul oleh Candra lalu dua sekretaris cantik mengikuti dari belakang.
Tak lama kemudian, mereka sudah sampai di ruangan tempat Ayah Yoga bekerja.
"Ayah, sudah selesai?" Tanya Candra sambil berjalan ke samping ayahnya.
"Tinggal satu berkas yang belum Ayah tanda tangani," jawab Ayah Yoga sembari mengambil sebuah map berkas dan menanda tangani kertas yang ada di dalamnya, "Nah, sudah selesai. Ayo, kita bergegas pulang, sebelum Bundamu marah-marah tidak jelas," ajak Ayah Yoga yang langsung berdiri.
"Ayo, Yah," jawab singkat Candra.
"Pak Suryo, kamu tetap di kantor. Kalau ada masalah, kamu yang urus !" perintah Ayah Yoga.
"Baik, Tuan Besar," jawab Pak Suryo sambil menundukkan kepalanya, lalu Ayah Yoga dan Candra menaiki lift pribadi yang hanya boleh digunakan olej Ayah Yoga dan Candra saja.
Setelah sampai di lantai dasar, mereka langsung menuju mobil yang sudah terparkir di depan kantor.
"Ayo, jalan, Pak !" perintah Ayah Yoga.
"Baik, Tuan Besar," jawab Pak Ujang dan langsung melaju menuju rumah.
Satu jam sudah mobil yang di tumpangi oleh Ayah Yoga dan Candra telah sampai di depan teras rumah keluarga Wibawa, mereka lalu turun dan disambut Bunda Putri dengan senyum hangat. "Apa kalian sudah makan?" tanya Bunda Putri.
"Belum, Bun. Tadi kita langsung pulang, takut Bunda marah sama kita kalau kita telat," jawab jujur Candra.
"Kalian, ini, apakah Bunda sangat menakutkan bagi kalian? Ya sudah, ayo masuk, Bunda siapin makan siang buat kalian," ujar Bunda Putri.
Mereka bertiga masuk ke dalam dan duduk di kursi meja makan, sedangkan Bunda Putri menyiapkan makan siang untuk kedua laki-laki itu.
Hari sudah mulai gelap dan keluarga Wibawa sudah bersiap-siap, Ayah Yoga memakai kemeja putih dengan celana panjang berwarna abu-abu, lalu dipadukan dengan jas yang berwarna abu-abu, tak lupa dengan sepatu formal putih bermerk dan jam tangan mahal di pergelangan tangan kirinya. Sedangkan Bunda Putri memakai gaun sederhana ala Nyonya-nyonya kaya yang senada dengan yang di pakai suaminya.
Sedangkan Candra memakai kemeja berwarna putih dengan setelan jas dan celana berwarna biru tua bergradasi hitam yang telah di siapkan oleh bundanya, tak lupa jam tangan mahal kesayangannya yang setia berada di pergelangan tangannya.
"Pak Ujang, semua bawaan kita sudah di masukkan ke mobil belum?" tanya Bunda Putri yang sedang mengecek semuanya agar tidak ada yang tertinggal.
"Sudah, Nyonya," jawab Pak Ujang.
"Hemm, kayaknya masih ada yang kurang?" pikir Bunda Putri sambil meletakkan jari telunjuknya ke pelipis.
Beberapa detik kemudian dia teringat sesuatu, "Oh, iya, mana Kevin?" tanya Bunda Putri ke Candra.
"Katanya, sih, tadi udah di jalan, Bun. Tapi enggak tahu kenapa lama bang--" sebelum Candra selesai berbicara, terlihat mobil sport keluaran terbaru masuk ke halaman depan rumah mereka.
"Panjang umur juga, ini, anak. Baru saja dibicarain, eh, udah muncul di sini aja," ucap Candra dalam hatinya.
"Maaf, ya, semua, tadi ada kendala sedikit di jalan, tidak ada yang marahkan?" tanya Kevin karena dia takut kalau sudah membuat mereka lama menunggu.
"Tidak ada yang marah, Kevin. Yang penting kamu udah selamat sampai di sini. Kalau sudah lengkap, ayo, berangkat sekarang, nanti calon besan akan kelamaan menunggu kita," ajak Ayah Yoga.
"Candra, kamu ikut mobil Ayah, mobil Kevin atau ikut mobil barang bawaan, itu?" canda Ayah Yoga.
"Daripada jadi tukang angkut barang atau jadi obat nyamuk di mobil Ayah sama Bunda, mending Candra ikut mobil Kevin aja, Yah," jawab Candra.
"He he he," tawa Ayah Yoga mendengar jawaban Candra. "Ayo berangkat sekarang," ucap Ayah Yoga lagi.
Setelah itu mereka semua bergegas masuk ke mobil masing-masing dan berangkat ke rumah calon istri Candra.
Jangan lupa like, comment dan favorit ya 🤗,
dan terima kasih banyak untuk kalian yang sudah mendukung dan mensupport author 🙏😘💙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Jro Sriyani
sudah dilike terus thor.... semangat
2021-04-06
0
Heny Ekawati
kevin dijodohin dg si nabila aj
2021-03-02
0
Ferdiansyah Bulungan
blm seru critanya
2020-04-30
1