Cerita 2

Pagi telah menjemput dan Mamah Mitha telah selesai menyiapkan sarapan untuk suaminya dan kedua anaknya, tak berselang lama Papah Hendri sudah turun menyusul Mamah Mitha di meja makan.

"Anak-anak mana, Sayang? Belum bangun apa gimana?" tanya Papah Hendri.

"Mereka sudah bangun, Pah. Mungkin masih siap-siap di kamar," jawab Mamah Mitha.

"Panggil mereka turun, Mah !" perintah Papah Hendri, "Papah sudah laper banget, nih," lanjutnya sambil memegangi perutnya yang berbunyi.

"Iya, Pah. Tunggu sebentar, ya. Mamah panggil mereka dulu," jawab Mamah Mitha sembari beranjak menuju kamar kedua anaknya.

Tok... tok... tok....

"Yasa, cepat turun, Nak. Sudah di tunggu Papah di meja makan," panggil Mitha.

"Iya, Mah. Sebentar lagi Yasa turun, masih pakek sepatu," jawab Yasa dari dalam kamar.

"Ya udah, kalo sudah selesai langsung turun, ya," ucap Mamah Mitha dari luar kamar.

"Iya, Mah," jawab Yasa.

Mamah Mitha berlalu menuju kamar Azila.

Tok... tok... tok....

"Zila, ayo turun sarapan, sudah ditunggu papahmu di bawah," panggil Mamah Mitha dari luar pintu

Setelah beberapa saat menunggu, Mamah Mitha tidak mendapat jawaban dari dalam kamar, lantas Mamah Mitha langsung membuka pintu yang tidak dikunci itu dan masuk ke dalam kamar.

Saat sudah di dalam kamar, Mamah Mitha hanya mengelus dadanya karena mendapati putrinya masih meringkuk di atas tempat tidurnya.

Azila memang sudah tidak membantu papahnya di kantor, dia disuruh istirahat oleh papahnya karena akan segera menikah. Maka dari itu, dia selalu bangun telat. "Anak, ini. Sejak disuruh cuti sama papahnya, kerjaannya moloor terus," gerutu Mamah Mitha dalam hatinya.

Mamah Mitha berjalan lalu duduk di samping Azila, "Sayang, ayo bangun, sarapan dulu, sudah ditunggu Papah di bawah," ucap lembut Mamah Mitha sambil mengelus rambut halus putrinya.

"Bentar lagi, Mah. Lima menit lagi," balas Azila yang mencoba bernegosiasi.

"Papahmu sudah kelaparan di bawah, ayo cuci muka dulu sana," balas Mamah Mitha sambil membantu Azila untuk bangun. Dengan tubuh yang belum terisi penuh oleh nyawa, Azila berjalan pelan sambil sempoyongan.

≈≈≈

Di meja makan sudah ada Ayah Yoga dan Yasa, sedangkan Mamah Mitha baru turun dengan Azila yang mengekori mamahnya.

"Lama sekali, Sayang? Habis ngapain aja di kamarnya Zila?" tanya Papah Hendri yang sudah tidak kuat menahan lapar.

"Kalau bukan bangunin putri tidur mu, ini, apa lagi? Sekarang dia suka tidur sepanjang hari setelah kamu suruh berhenti dari kantor," jawab Mamah Mitha sembari duduk di samping suaminya.

"Zila, sebentar lagi kamu akan bertunangan terus menikah. Ayah menyuruh kamu berhenti agar kamu bisa belajar jadi istri yang baik untuk suamimu nanti, Sayang," tutur Papah Hendri.

"Masih lama, Pah," jawab Azila yang masih belum sadar karena nyawanya masih belum kembali seutuhnya. Azila lupa kalau besok malam adalah hari dimana dia akan bertunangan.

"Kamu masih tidur, ya, Sayang? Besok malam adalah malam pertunangan mu, Sayang," balas Papah Hendri.

Mendengar ucapan papahnya, Azila kaget bukan kepalang karena besok malam dia akan bertunangan dengan anak teman papahnya itu.

"Kamu sudah siap kan, Zila?" tanya Papah Hendri ke putrinya.

"Siap tidak siap, ya, harus siap, Pah. Inikan keinginan Papah sama Mamah juga" jawab Azila tanpa melihat papahnya.

Papah Hendri dan Mamah Mitha saling memandang saat mendengar jawaban anak perempuannya yang sudah mulai tumbuh dewasa itu.

"Kamu memang anak yang baik, dan berbakti sama kedua orangtua mu, Nak. Maafkan Mamah sama Papah ya, Sayang," lirih Mamah Mitha disertai linangan air matanya yang mulai jatuh.

"Tidak apa-apa, Mah. Zila sangat yakin dengan pilihan Papah sama Mamah, dia pasti laki-laki hebat karena bisa membuat Papah sama Mamah percaya, dan menyerahkan putrinya untuk dijadikan istri," balas Azila dengan tenangnya. Papah Yoga dan Mamah Mitha hanya tersenyum saat mendengar ucapan anaknya.

"Oh, ya. Pah, besok saat malam pertunangan, siapa saja yang datang?" tanya Azila.

"Yang datang cuma keluarga kita, dan keluarga calon suamimu, Sayang. Kenapa?" tanya balik Papah Hendri.

"Boleh, tidak, kalau Zila ajak Nabila untuk datang besok?" jawab Azila.

"Boleh dong, Papah sama Mamah kan sudah menganggap dia anak kita sendiri," jawab Papah Hendri.

"Oke, Pah. Nanti aku akan ke apartemennya untuk mengajaknya," balas Azila dengan senyum bahagia.

"Ajak pulang ke sini sekalian, sudah lama dia tidak main, ke sini," pinta Mamah Mitha ke putrinya.

"Siap, Mah," balas Azila sambil berhormat.

Nabila adalah sahabat Azila dari SMA, Nabila menjadi anak asuh keluarga Yudistira karena dia anak yatim piatu, lalu dia diadopsi oleh kedua orangtua Azila karena permintaan dari putrinya itu. Semua biaya pendidikannya sejak SMA ditanggung oleh Papah Hendri.

Setelah selesai sarapan, Papah Hendri langsung berangkat ke kantor diantar oleh supir pribadi, dan Yasa selalu diantar oleh papahnya karena jalan menuju kantor dan sekolah Yasa searah.

Pagi telah bertukar oeran dengan siang, panas saat ini menunjukkan kalau jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang.

Azila nampak turun melewati tangga dengan dandanan simpel tapi modis, dia menghampiri Mamahnya yang sedang duduk di halaman belakang.

"Mah, Zila ke apartemen Nabila dulu, ya," ucap Azila meminta izin ke mamahnya sembari menyalami dan mencium punggung tangan mamahnya.

"Iya, Sayang. Kamu bawa mobil sendiri atau diantar ak supir?" tanya Mamah Mitha.

"Zila bawa mobil sendiri, Mah. Nanti biar pak supir jemput Yasa aja di sekolah," jawab Azila.

"Ya sudah, kamu hati-hati ya di jalan, tidak usah kebut-kebutan. Ingat, bentar lagi mau nikah, lho," tutur Mamah Mitha.

"Iya-iya, Mah. Zila ngerti, Zila berangkat dulu, Mah. Daaahhh," pamit Azila lalu beranjak pergi dan melambaikan tangannya ke Mamah Mitha.

"Iya, Sayang. Hati-hati di jalan," balas Mamah Mitha sambil membalas lambaian tangan Azila.

Azila menjalankan mobilnya dan meninggalkan halaman rumahnya, dia melenggang menyusuri jalan raya yang sudah macet.

Setelah satu jam setengah Azila mengendarai mobilnya, akhirnya dia sampai di parkiran apartemen Nabila. Sebenarnya Azila bisa sampai dalam tiga puluh menit saja, tapi karena ada kemacetan, dia menghabiskan satu setengah jam untuk menembus kemacetan itu.

Azila memutuskan untuk beristirahat sebentar di dalam mobilnya karena kelelahan menyetir di kemacetan. Setelah merasa agak pulih, dia turun dari mobilnya dan langsung masuk ke lift apartemen menuju ke lantai di mana apartemen Nabila berada.

Saat sudah sampai di depan pintu apartemen Nabila, Azila langsung memasukkan kode password untuk membuka pintu apartemen, Azila memang sudah tahu kode password apartemen Nabila.

Saat membuka pintu dan masuk, Azila melihat pemandangan yang kurang mengenakkan mata, dia melihat seorang wanita yang telanjang tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhnya.

"Woy, tutup kenapa tuh badan, bikin zinah mata aja !" teriak Azila.

Mendengar ada yang berteriak di dalam apartemennya, Nabila tidak kaget karena sudah tahu siapa yang bisa membuka pintu apartemennya, selain dirinya sendiri, hanya Azila lah yang tau kode password untuk membuka apartemennya.

"Santai aja kali, kita kan sama-sama cewek, tidak akan zinah mata juga," balas enteng Nabila.

"Dasar cewek tidak punya malu, cepet pakai bajumu sana !" perintah Azila sambil menutup matanya dengan tangan.

"Enggak mau ah, lagi males pakai baju," jawab Nabila dengan santainya.

"Ooh, gitu ya? Mau aku foto, terus ku sebarin? Biar dilihat semua makhluk bumi," ancam Azila.

"Galak amat, sih. Iya-iya, aku pakai baju," dengus Nabila yang mengalah.

Tidak ada satu menit Nabila memakai baju, dia hanya memakai kaos panjang selutut tanpa memakai pakaian dalam.

Setelah selesai memakai kaos, Nabila kembali naik ke atas ranjang, "Kenapa kamu ke sini sambil bawa muka kusutmu, itu?" tanya Nabila.

Nabila sudah mengerti jika sahabatnya itu memasang wajah kusut, pasti dia sedang memikirkan suatu masalah besar.

Mendengar Nabila berbicara, Azila mengintip dengan membuka sedikit sela jarinya, setelah tahu kalau Nabila sudah memakai kaos, Azila segera menyusul Nabila dan ikut duduk di samping Nabila.

"Besok malam, aku mau tunangan Nab. Aku udah dijodohin sama anak temen Papah," jawab Azila dengan wajah mulai serius.

"Serius? Kenapa kamu mau dijodohin?" tanya Nabila.

"Ya, aku nggak punya pilihan lain selain nerima perjodohan, itu.Lagian, mungkin cuma, itu, yang bisa ku lakukan untuk membahagiakan Mamah sama Papah," jawab Azila.

Nabila mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Azila, dia tidak mau bertanya lebih dalam karena itu akan menambah pikiran saudari angkatnya itu, "Terus, kamu ke sini mau nenangin dirimu, di sini?" tanya Nabila.

"Enggak, Nab. Aku ke sini karena mau mengajakmu datang di pertunanganku besok, temenin aku, ya, Nab. Please ..! Aku takut," rengek Azila.

"Iya-iya, pasti aku temenin, kok," jawab Nabila, "Oh, ya, siapa calon mu, itu? Ganteng tidak? keren tidak?" tanya Nabila yang penasaran.

"Mana aku tahu, Nab. Mamah sama Papah enggak ngasih tahu aku, katanya sih, kita udah saling kenal lama. Tapi, ya udahlah, besok juga pasti ketemu dia," jawab pasrah Azila.

"Berdoa aja kamu, biar calon suamimu, itu, bukan laki-laki cabul, ha.. ha.. ha," ledek Nabila.

"Sialan, mau aku jitak, itu kepalamu? Ya, mana mungkin Papah tega jodohin aku sama laki-laki cabul," dengus kesal Azila.

"Santai dong, Sayang," balas Nabila.

Tak terasa mereka sudah hampir seharian mengobrol di atas kasur empuk milik Nabila. Azila melihat jam yang ada di tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, "Udah magrib, nih. Ke rumah, yuk. Kamu ditanyain, tuh, sama Mamah sama Papah," ajak Azila.

"Ayok, aku juga udah lama tidak ketemu sama Papah, dan Mamah, kangen bangeeett," jawab Nabila.

Nabila sudah menganggap Papah Hendri dan Mamah Mitha seperti orangtuanya sendiri karena selama ini yang mengasuh dia adalah mereka.

Azila dan Nabila lalu turun ke parkiran dan langsung naik ke mobil Azila, Nabila tidak membawa mobil sendiri karena dia akan menginap di sana beberapa hari sampai rindunya terobati.

Nabila juga sudah membawa satu koper pakaian, padahal dia cuma menginap sebentar, paling tidak setelah pertunangan Azila selesai dilaksanakan.

Setelah mereka berdua sudah masuk ke mobil dan sudah memasang seatbelt, Azila langsung menjalankan mobilnya menembus dan membelah jalan raya yang sudah mulai gelap itu.

IG: @ahmd.habib_

Jangan lupa like, share, comment dan favorit ya 🤗 dan terima kasih banyak untuk kalian yang sudah mendukung dan mensupport author 🙏😘💙

Terpopuler

Comments

Yuyue😄🙏

Yuyue😄🙏

aaahhh itu judulnya bikin aku gagal fokus kak

2020-02-26

2

Nhurhty

Nhurhty

mangaaat ka

2020-02-02

0

Tamara ara

Tamara ara

semangat kak

2020-02-01

0

lihat semua
Episodes
1 Nazar
2 Calon Mantu
3 Pertengkaran
4 Perjodohan
5 Cerita
6 Diusir
7 Cerita 2
8 Memantapkan Hati
9 Tukang Angkut Barang atau Obat Nyamuk
10 KAMU ..!
11 Salah Tingkah
12 Akting
13 Benih cinta
14 Ijab Qabul
15 Kuatir yang sia-sia
16 Diabaikan
17 Mencoreng harga diri
18 Bisikan
19 Menunggunya pulang
20 Perhatian
21 Keinginan dan Rasa Malu
22 Katanya suka
23 Orang gila jatuh cinta
24 Alis penguji kesabaran
25 Keluarga baru
26 Singa Betina
27 Petir
28 Bulan madu pertama
29 Bibir pantai
30 Memandang remeh
31 Tiga Permintaan
32 Siapa Yang Lebih Pantas?
33 Hantu gentayangan
34 Terlalu bersemangat
35 Kebiasaan baru
36 Bahagia di atas penderitaan
37 Pergi
38 Positif thinking
39 Mual
40 Adik Kakak
41 Bahagia atau Sedih
42 Rencana
43 Siapa tadi namanya
44 Gagal
45 Kabar yang tidak mengenakkan
46 Terlalu kuatir
47 Happy Valentine Day
48 Mengajak malaikat maut bermain
49 Setan licik
50 Belum cukup umur
51 Rubah licik
52 Petir menyambar
53 Pak Matahari
54 Ngambek
55 Gosip
56 Pelakor
57 Butuh kasih sayang bukan kejahilan
58 Menenangkan diri
59 Tidak tahu terimakasih
60 Tunggu aku
61 Takut sama senyumannya
62 Pembuktian cinta yang gila
63 Dilema
64 Teriakan
65 Untuung, aku dijodohin
66 Permainan Mertua dan Menantu
67 Masalah besar
68 Semakin nakal
69 Mencari restu
70 Mencari restu 2
71 Mencari restu 3
72 Mencari restu 4
73 Cast - Visual Karakter My Enemy is My Soulmate
74 Menjadikanmu istriku
75 Sudah tidak tahan lagi
76 Cobaan apalagi ini, Tuhan
77 Rahasia kita berdua
78 Malam kebahagiaan
79 Racun
80 Malam Minggu
81 Hangat dan Dingin
82 Pekerjaan tambahan
83 Perasaan yang Campur Aduk
84 Ide bangun tidur
85 Ucapan yang terngiang
86 Tiga sahabat
87 Semoga saja
88 Amanda Mardiana
89 Yang penting rejeki
90 Mungkin tidak masalah
91 Sedia baju sebelum lahiran
92 Ada yang kurang
93 Candu
94 Gara-gara Lembur
95 Cemburu
96 Alay dan Lebay
97 Masuk
98 Tidak biasanya
99 Apa ini
100 Kamu kuat
101 Lampu tidur
102 Tanpa ada rasa berdosa
103 Dia pergi
104 Tidak tuli
105 Bisa jadi
106 Resiko dan Konsekuensi
107 Terlalu tinggi
108 Biarkan dia menderita
109 Cendol dawet
110 Apakah sudah berakhir?
111 Istri yang nakal
112 Akhirnya
113 Hanya mimpi
114 Pengganggu kecil
115 Peperangan
116 Akan selalu berusaha
117 Lupa
118 Jangan konslet
119 Bekerja samalah
120 Tangan nggak ada akhlak
121 Apa yang sudah terjadi
122 Apa itu cinta
123 Meratapi nasib
124 Lebih lama
125 Lucuku
126 Tidak tepat pada tempatnya
127 Manis
128 Sudah tugasku
129 Bahu yang Nyaman
130 Geng
131 Licik dan Bodoh
132 Pejantan Tangguh
133 Jaga dia Tuhan
134 Selamat Tinggal
135 Menangislah
136 Hanya Berbohong
137 Jangan Pergi
138 Kuat nggak Kuat
139 Laki-laki Bawel
140 First Impression
141 Kontraksi
142 Kondisi Naza memburuk
143 Kamu Pasti Bisa
144 Anak Protektif
145 Keandre dan Leandre
146 Hukuman
147 PMS
148 Merepotkan
149 Supir Banyak Tanya
150 Bakso
151 Cium
152 Nggak Ada Bedanya
153 Gigitan
154 Dikerjain
155 Kencan
156 My Enemy
157 Lebay
158 Lembur
159 Kopi
160 Tengah Malam
161 Rencana Keluarga Kecil
162 Suara Aneh
163 Chicken Dinner
164 Nggak Mood
165 Perjalanan
166 Anak Pintar
167 Tidak Pernah Cukup
168 Menelan Ludah
169 Bonus Cinta
170 Bayi Besar
171 Candra Hilang
172 Roof Top
173 Apa Maksudnya
Episodes

Updated 173 Episodes

1
Nazar
2
Calon Mantu
3
Pertengkaran
4
Perjodohan
5
Cerita
6
Diusir
7
Cerita 2
8
Memantapkan Hati
9
Tukang Angkut Barang atau Obat Nyamuk
10
KAMU ..!
11
Salah Tingkah
12
Akting
13
Benih cinta
14
Ijab Qabul
15
Kuatir yang sia-sia
16
Diabaikan
17
Mencoreng harga diri
18
Bisikan
19
Menunggunya pulang
20
Perhatian
21
Keinginan dan Rasa Malu
22
Katanya suka
23
Orang gila jatuh cinta
24
Alis penguji kesabaran
25
Keluarga baru
26
Singa Betina
27
Petir
28
Bulan madu pertama
29
Bibir pantai
30
Memandang remeh
31
Tiga Permintaan
32
Siapa Yang Lebih Pantas?
33
Hantu gentayangan
34
Terlalu bersemangat
35
Kebiasaan baru
36
Bahagia di atas penderitaan
37
Pergi
38
Positif thinking
39
Mual
40
Adik Kakak
41
Bahagia atau Sedih
42
Rencana
43
Siapa tadi namanya
44
Gagal
45
Kabar yang tidak mengenakkan
46
Terlalu kuatir
47
Happy Valentine Day
48
Mengajak malaikat maut bermain
49
Setan licik
50
Belum cukup umur
51
Rubah licik
52
Petir menyambar
53
Pak Matahari
54
Ngambek
55
Gosip
56
Pelakor
57
Butuh kasih sayang bukan kejahilan
58
Menenangkan diri
59
Tidak tahu terimakasih
60
Tunggu aku
61
Takut sama senyumannya
62
Pembuktian cinta yang gila
63
Dilema
64
Teriakan
65
Untuung, aku dijodohin
66
Permainan Mertua dan Menantu
67
Masalah besar
68
Semakin nakal
69
Mencari restu
70
Mencari restu 2
71
Mencari restu 3
72
Mencari restu 4
73
Cast - Visual Karakter My Enemy is My Soulmate
74
Menjadikanmu istriku
75
Sudah tidak tahan lagi
76
Cobaan apalagi ini, Tuhan
77
Rahasia kita berdua
78
Malam kebahagiaan
79
Racun
80
Malam Minggu
81
Hangat dan Dingin
82
Pekerjaan tambahan
83
Perasaan yang Campur Aduk
84
Ide bangun tidur
85
Ucapan yang terngiang
86
Tiga sahabat
87
Semoga saja
88
Amanda Mardiana
89
Yang penting rejeki
90
Mungkin tidak masalah
91
Sedia baju sebelum lahiran
92
Ada yang kurang
93
Candu
94
Gara-gara Lembur
95
Cemburu
96
Alay dan Lebay
97
Masuk
98
Tidak biasanya
99
Apa ini
100
Kamu kuat
101
Lampu tidur
102
Tanpa ada rasa berdosa
103
Dia pergi
104
Tidak tuli
105
Bisa jadi
106
Resiko dan Konsekuensi
107
Terlalu tinggi
108
Biarkan dia menderita
109
Cendol dawet
110
Apakah sudah berakhir?
111
Istri yang nakal
112
Akhirnya
113
Hanya mimpi
114
Pengganggu kecil
115
Peperangan
116
Akan selalu berusaha
117
Lupa
118
Jangan konslet
119
Bekerja samalah
120
Tangan nggak ada akhlak
121
Apa yang sudah terjadi
122
Apa itu cinta
123
Meratapi nasib
124
Lebih lama
125
Lucuku
126
Tidak tepat pada tempatnya
127
Manis
128
Sudah tugasku
129
Bahu yang Nyaman
130
Geng
131
Licik dan Bodoh
132
Pejantan Tangguh
133
Jaga dia Tuhan
134
Selamat Tinggal
135
Menangislah
136
Hanya Berbohong
137
Jangan Pergi
138
Kuat nggak Kuat
139
Laki-laki Bawel
140
First Impression
141
Kontraksi
142
Kondisi Naza memburuk
143
Kamu Pasti Bisa
144
Anak Protektif
145
Keandre dan Leandre
146
Hukuman
147
PMS
148
Merepotkan
149
Supir Banyak Tanya
150
Bakso
151
Cium
152
Nggak Ada Bedanya
153
Gigitan
154
Dikerjain
155
Kencan
156
My Enemy
157
Lebay
158
Lembur
159
Kopi
160
Tengah Malam
161
Rencana Keluarga Kecil
162
Suara Aneh
163
Chicken Dinner
164
Nggak Mood
165
Perjalanan
166
Anak Pintar
167
Tidak Pernah Cukup
168
Menelan Ludah
169
Bonus Cinta
170
Bayi Besar
171
Candra Hilang
172
Roof Top
173
Apa Maksudnya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!