Pagi telah menjemput dan Mamah Mitha telah selesai menyiapkan sarapan untuk suaminya dan kedua anaknya, tak berselang lama Papah Hendri sudah turun menyusul Mamah Mitha di meja makan.
"Anak-anak mana, Sayang? Belum bangun apa gimana?" tanya Papah Hendri.
"Mereka sudah bangun, Pah. Mungkin masih siap-siap di kamar," jawab Mamah Mitha.
"Panggil mereka turun, Mah !" perintah Papah Hendri, "Papah sudah laper banget, nih," lanjutnya sambil memegangi perutnya yang berbunyi.
"Iya, Pah. Tunggu sebentar, ya. Mamah panggil mereka dulu," jawab Mamah Mitha sembari beranjak menuju kamar kedua anaknya.
Tok... tok... tok....
"Yasa, cepat turun, Nak. Sudah di tunggu Papah di meja makan," panggil Mitha.
"Iya, Mah. Sebentar lagi Yasa turun, masih pakek sepatu," jawab Yasa dari dalam kamar.
"Ya udah, kalo sudah selesai langsung turun, ya," ucap Mamah Mitha dari luar kamar.
"Iya, Mah," jawab Yasa.
Mamah Mitha berlalu menuju kamar Azila.
Tok... tok... tok....
"Zila, ayo turun sarapan, sudah ditunggu papahmu di bawah," panggil Mamah Mitha dari luar pintu
Setelah beberapa saat menunggu, Mamah Mitha tidak mendapat jawaban dari dalam kamar, lantas Mamah Mitha langsung membuka pintu yang tidak dikunci itu dan masuk ke dalam kamar.
Saat sudah di dalam kamar, Mamah Mitha hanya mengelus dadanya karena mendapati putrinya masih meringkuk di atas tempat tidurnya.
Azila memang sudah tidak membantu papahnya di kantor, dia disuruh istirahat oleh papahnya karena akan segera menikah. Maka dari itu, dia selalu bangun telat. "Anak, ini. Sejak disuruh cuti sama papahnya, kerjaannya moloor terus," gerutu Mamah Mitha dalam hatinya.
Mamah Mitha berjalan lalu duduk di samping Azila, "Sayang, ayo bangun, sarapan dulu, sudah ditunggu Papah di bawah," ucap lembut Mamah Mitha sambil mengelus rambut halus putrinya.
"Bentar lagi, Mah. Lima menit lagi," balas Azila yang mencoba bernegosiasi.
"Papahmu sudah kelaparan di bawah, ayo cuci muka dulu sana," balas Mamah Mitha sambil membantu Azila untuk bangun. Dengan tubuh yang belum terisi penuh oleh nyawa, Azila berjalan pelan sambil sempoyongan.
≈≈≈
Di meja makan sudah ada Ayah Yoga dan Yasa, sedangkan Mamah Mitha baru turun dengan Azila yang mengekori mamahnya.
"Lama sekali, Sayang? Habis ngapain aja di kamarnya Zila?" tanya Papah Hendri yang sudah tidak kuat menahan lapar.
"Kalau bukan bangunin putri tidur mu, ini, apa lagi? Sekarang dia suka tidur sepanjang hari setelah kamu suruh berhenti dari kantor," jawab Mamah Mitha sembari duduk di samping suaminya.
"Zila, sebentar lagi kamu akan bertunangan terus menikah. Ayah menyuruh kamu berhenti agar kamu bisa belajar jadi istri yang baik untuk suamimu nanti, Sayang," tutur Papah Hendri.
"Masih lama, Pah," jawab Azila yang masih belum sadar karena nyawanya masih belum kembali seutuhnya. Azila lupa kalau besok malam adalah hari dimana dia akan bertunangan.
"Kamu masih tidur, ya, Sayang? Besok malam adalah malam pertunangan mu, Sayang," balas Papah Hendri.
Mendengar ucapan papahnya, Azila kaget bukan kepalang karena besok malam dia akan bertunangan dengan anak teman papahnya itu.
"Kamu sudah siap kan, Zila?" tanya Papah Hendri ke putrinya.
"Siap tidak siap, ya, harus siap, Pah. Inikan keinginan Papah sama Mamah juga" jawab Azila tanpa melihat papahnya.
Papah Hendri dan Mamah Mitha saling memandang saat mendengar jawaban anak perempuannya yang sudah mulai tumbuh dewasa itu.
"Kamu memang anak yang baik, dan berbakti sama kedua orangtua mu, Nak. Maafkan Mamah sama Papah ya, Sayang," lirih Mamah Mitha disertai linangan air matanya yang mulai jatuh.
"Tidak apa-apa, Mah. Zila sangat yakin dengan pilihan Papah sama Mamah, dia pasti laki-laki hebat karena bisa membuat Papah sama Mamah percaya, dan menyerahkan putrinya untuk dijadikan istri," balas Azila dengan tenangnya. Papah Yoga dan Mamah Mitha hanya tersenyum saat mendengar ucapan anaknya.
"Oh, ya. Pah, besok saat malam pertunangan, siapa saja yang datang?" tanya Azila.
"Yang datang cuma keluarga kita, dan keluarga calon suamimu, Sayang. Kenapa?" tanya balik Papah Hendri.
"Boleh, tidak, kalau Zila ajak Nabila untuk datang besok?" jawab Azila.
"Boleh dong, Papah sama Mamah kan sudah menganggap dia anak kita sendiri," jawab Papah Hendri.
"Oke, Pah. Nanti aku akan ke apartemennya untuk mengajaknya," balas Azila dengan senyum bahagia.
"Ajak pulang ke sini sekalian, sudah lama dia tidak main, ke sini," pinta Mamah Mitha ke putrinya.
"Siap, Mah," balas Azila sambil berhormat.
Nabila adalah sahabat Azila dari SMA, Nabila menjadi anak asuh keluarga Yudistira karena dia anak yatim piatu, lalu dia diadopsi oleh kedua orangtua Azila karena permintaan dari putrinya itu. Semua biaya pendidikannya sejak SMA ditanggung oleh Papah Hendri.
Setelah selesai sarapan, Papah Hendri langsung berangkat ke kantor diantar oleh supir pribadi, dan Yasa selalu diantar oleh papahnya karena jalan menuju kantor dan sekolah Yasa searah.
Pagi telah bertukar oeran dengan siang, panas saat ini menunjukkan kalau jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang.
Azila nampak turun melewati tangga dengan dandanan simpel tapi modis, dia menghampiri Mamahnya yang sedang duduk di halaman belakang.
"Mah, Zila ke apartemen Nabila dulu, ya," ucap Azila meminta izin ke mamahnya sembari menyalami dan mencium punggung tangan mamahnya.
"Iya, Sayang. Kamu bawa mobil sendiri atau diantar ak supir?" tanya Mamah Mitha.
"Zila bawa mobil sendiri, Mah. Nanti biar pak supir jemput Yasa aja di sekolah," jawab Azila.
"Ya sudah, kamu hati-hati ya di jalan, tidak usah kebut-kebutan. Ingat, bentar lagi mau nikah, lho," tutur Mamah Mitha.
"Iya-iya, Mah. Zila ngerti, Zila berangkat dulu, Mah. Daaahhh," pamit Azila lalu beranjak pergi dan melambaikan tangannya ke Mamah Mitha.
"Iya, Sayang. Hati-hati di jalan," balas Mamah Mitha sambil membalas lambaian tangan Azila.
Azila menjalankan mobilnya dan meninggalkan halaman rumahnya, dia melenggang menyusuri jalan raya yang sudah macet.
Setelah satu jam setengah Azila mengendarai mobilnya, akhirnya dia sampai di parkiran apartemen Nabila. Sebenarnya Azila bisa sampai dalam tiga puluh menit saja, tapi karena ada kemacetan, dia menghabiskan satu setengah jam untuk menembus kemacetan itu.
Azila memutuskan untuk beristirahat sebentar di dalam mobilnya karena kelelahan menyetir di kemacetan. Setelah merasa agak pulih, dia turun dari mobilnya dan langsung masuk ke lift apartemen menuju ke lantai di mana apartemen Nabila berada.
Saat sudah sampai di depan pintu apartemen Nabila, Azila langsung memasukkan kode password untuk membuka pintu apartemen, Azila memang sudah tahu kode password apartemen Nabila.
Saat membuka pintu dan masuk, Azila melihat pemandangan yang kurang mengenakkan mata, dia melihat seorang wanita yang telanjang tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhnya.
"Woy, tutup kenapa tuh badan, bikin zinah mata aja !" teriak Azila.
Mendengar ada yang berteriak di dalam apartemennya, Nabila tidak kaget karena sudah tahu siapa yang bisa membuka pintu apartemennya, selain dirinya sendiri, hanya Azila lah yang tau kode password untuk membuka apartemennya.
"Santai aja kali, kita kan sama-sama cewek, tidak akan zinah mata juga," balas enteng Nabila.
"Dasar cewek tidak punya malu, cepet pakai bajumu sana !" perintah Azila sambil menutup matanya dengan tangan.
"Enggak mau ah, lagi males pakai baju," jawab Nabila dengan santainya.
"Ooh, gitu ya? Mau aku foto, terus ku sebarin? Biar dilihat semua makhluk bumi," ancam Azila.
"Galak amat, sih. Iya-iya, aku pakai baju," dengus Nabila yang mengalah.
Tidak ada satu menit Nabila memakai baju, dia hanya memakai kaos panjang selutut tanpa memakai pakaian dalam.
Setelah selesai memakai kaos, Nabila kembali naik ke atas ranjang, "Kenapa kamu ke sini sambil bawa muka kusutmu, itu?" tanya Nabila.
Nabila sudah mengerti jika sahabatnya itu memasang wajah kusut, pasti dia sedang memikirkan suatu masalah besar.
Mendengar Nabila berbicara, Azila mengintip dengan membuka sedikit sela jarinya, setelah tahu kalau Nabila sudah memakai kaos, Azila segera menyusul Nabila dan ikut duduk di samping Nabila.
"Besok malam, aku mau tunangan Nab. Aku udah dijodohin sama anak temen Papah," jawab Azila dengan wajah mulai serius.
"Serius? Kenapa kamu mau dijodohin?" tanya Nabila.
"Ya, aku nggak punya pilihan lain selain nerima perjodohan, itu.Lagian, mungkin cuma, itu, yang bisa ku lakukan untuk membahagiakan Mamah sama Papah," jawab Azila.
Nabila mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Azila, dia tidak mau bertanya lebih dalam karena itu akan menambah pikiran saudari angkatnya itu, "Terus, kamu ke sini mau nenangin dirimu, di sini?" tanya Nabila.
"Enggak, Nab. Aku ke sini karena mau mengajakmu datang di pertunanganku besok, temenin aku, ya, Nab. Please ..! Aku takut," rengek Azila.
"Iya-iya, pasti aku temenin, kok," jawab Nabila, "Oh, ya, siapa calon mu, itu? Ganteng tidak? keren tidak?" tanya Nabila yang penasaran.
"Mana aku tahu, Nab. Mamah sama Papah enggak ngasih tahu aku, katanya sih, kita udah saling kenal lama. Tapi, ya udahlah, besok juga pasti ketemu dia," jawab pasrah Azila.
"Berdoa aja kamu, biar calon suamimu, itu, bukan laki-laki cabul, ha.. ha.. ha," ledek Nabila.
"Sialan, mau aku jitak, itu kepalamu? Ya, mana mungkin Papah tega jodohin aku sama laki-laki cabul," dengus kesal Azila.
"Santai dong, Sayang," balas Nabila.
Tak terasa mereka sudah hampir seharian mengobrol di atas kasur empuk milik Nabila. Azila melihat jam yang ada di tangannya yang sudah menunjukkan pukul setengah enam sore, "Udah magrib, nih. Ke rumah, yuk. Kamu ditanyain, tuh, sama Mamah sama Papah," ajak Azila.
"Ayok, aku juga udah lama tidak ketemu sama Papah, dan Mamah, kangen bangeeett," jawab Nabila.
Nabila sudah menganggap Papah Hendri dan Mamah Mitha seperti orangtuanya sendiri karena selama ini yang mengasuh dia adalah mereka.
Azila dan Nabila lalu turun ke parkiran dan langsung naik ke mobil Azila, Nabila tidak membawa mobil sendiri karena dia akan menginap di sana beberapa hari sampai rindunya terobati.
Nabila juga sudah membawa satu koper pakaian, padahal dia cuma menginap sebentar, paling tidak setelah pertunangan Azila selesai dilaksanakan.
Setelah mereka berdua sudah masuk ke mobil dan sudah memasang seatbelt, Azila langsung menjalankan mobilnya menembus dan membelah jalan raya yang sudah mulai gelap itu.
IG: @ahmd.habib_
Jangan lupa like, share, comment dan favorit ya 🤗 dan terima kasih banyak untuk kalian yang sudah mendukung dan mensupport author 🙏😘💙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Yuyue😄🙏
aaahhh itu judulnya bikin aku gagal fokus kak
2020-02-26
2
Nhurhty
mangaaat ka
2020-02-02
0
Tamara ara
semangat kak
2020-02-01
0