Di rumah keluarga Yudistira, Terlihat Azila sedang duduk di sofa depan televisi ruang keluarga sambil menemani adiknya yang belajar.
Dari arah tangga, Papah dan mamahnya baru saja turun dan menghampiri kedua anak mereka di ruang keluarga.
"Sayang, Papah ingin bicara sama kakakmu, kamu lanjut belajarnya di kamar, ya," pinta Papah Hendri ke Abyasa.
Abyasa menuruti permintaan papahnya tanpa banyak tanya, karena dia tahu kalau papahnya ingin membicarakan perjodohan kakaknya. Abyasa bisa tahu tentang perjodohan kakaknya karena tidak sengaja mendengar pembicaraan Papah dan mamahnya tempo hari.
"Azila, sini, duduk deket Mamah sama Papah," panggil Papah Hendri.
Azila berdiri dari duduknya dan menghampiri kedua orangtuanya, "Iya, Pah. Ada apa?" tanya Azila setelah dia duduk di samping mamahnya.
"Azila, dengar baik-baik, ya, Nak. Papah mau bicara penting sama kamu," ucap Papah Hendri lalu dijawab anggukan kecil oleh Azila.
"Sebenarnya, kamu sudah Papah jodohkan dengan anak teman Papah, dan rencananya, Minggu depan keluarga teman Papah akan ke sini untuk melamar kamu. Sekaligus menentukan tanggal pernikahan kalian," lanjut Papah Hendri.
Mendengar perkataan yang baru saja terlontar dari papahnya, sontak Azila pun kaget bukan main, "Azila tidak mau, Pah. Azila punya hak untuk memilih siapa yang akan jadi suami Azila nanti, dan kenapa Papah main jodoh-jodohin segala, sih, Pah?" tanya Azila yang tidak terima atas perkataan papahnya.
"Itu, karena sebelum kamu lahir, Papah, dan teman Papah sudah punya nazar, Sayang. Kalau anak pertama Papah perempuan, kita akan menjodohkan kamu dengan anaknya," jelas Papah Hendri dengan jujurnya.
"Kenapa harus nazar yang aneh-aneh, sih, Pah?" Azila memasang wajah kesal dan memanyunkan bibirnya.
"Azila sayang, yang dikatakan papahmu, itu, benar, kalian sudah dijodohkan sejak kecil, dan kamu pun sudah mengenal laki-laki yang dijodohkan denganmu," ucap Mamah Mitha.
Mendengar perkataan mamahnya, Azila menjadi bingung dan tidak mengerti maksud mamahnya, hingga dia menggaruk kepala belakangnya yang tidak gatal.
"Iya, Sayang. Perkataan mamahmu, itu, benar. Tenang saja, Papah sudah pastikan kalau dia, itu, laki-laki tampan, baik, pintar, dan bertanggung jawab. Kamu pasti akan bahagia kalau menikah dengannya," jelas Papah Hendri yang membuat Azila semakin tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh kedua orang tuanya itu.
"Dia, dia, dia siapa, sih, Pah, Mah. Azila kan tidak tahu," ucap Azila dalam kebingungannya.
"Minggu depan kamu akan tahu sendiri saat mereka sudah datang ke sini, Zila," jelas Hendri yang penuh dengan kemisteriusan.
"Kamu mau menerima perjodohan, ini, kan, Zila? Dan sekaligus, kamu bantu menyelesaikan nazar Papah kamu dan temannya," ucap Mamah Mitha untuk membujuk Azila agar setuju dengan perjodohan itu.
Azila berpikir sejenak dan merenungkannya, "Nazar kan tidak boleh diingkari, kalau aku tidak menerima perjodohan, ini, nanti Papah akan mendapat banyak dosa gara-gara aku menolaknya," pikir Azila dalam hatinya.
Setelah berpikir beberapa saat, Azila tidak punya pilihan lain selain menerima perjodohan itu, walaupun hatinya masih belum bisa menerima kenyataan ini, apalagi dia juga belum tahu siapa laki-laki yang di jodohkan dengannya itu.
Dengan berat hati, Azila berkata, "Baiklah, Pah, Mah. Azila menerima perjodohan, ini," jawab Azila dengan muka lesu dan senyum yang di paksa.
Dalam hati Papah Hendri dan Mamah Mitha, mereka tidak tega untuk memaksa anak mereka, tapi karena sudah terlanjur membuat nazar itu, apa boleh buat, mereka juga harus mengusahakan agar nazar itu terwujud.
"Kamu memang anak Mamah yang paling hebat, Sayang. Terima kasih, ya, Zila," ucap Mamah Mitha sambil memeluk tubuh anaknya.
≈≈≈
Di meja makan rumah keluarga Wibawa, ada Ayah Yoga dan Bunda Putri yang sedang duduk sambil menunggu kedua anaknya turun untuk bergabung makan malam.
"Bik Ijah, tolong panggilkan Candra, dan Dara di kamar, suruh turun untuk makan malam !" perintah Bunda Putri ke Bik Ijah yang baru selesai menata meja makan.
"Baik, Nyonya," jawab Bik Ijah sembari langsung melaksanakan perintah Majikannya.
Tok tok tok,
Mendengar ketukan pintu kamarnya, Candra yang sedang asik tiduran sambil memainkan ponselnya langsung turun dari ranjang dan membuka pintu.
"Ada apa, Bik?" tanya Candra.
"Tuan muda, anda di panggil ke bawah sama Nyonya, dan Tuan besar untuk makan malam," jawab Bik Ijah dengan sopan.
"Oke, Bik. Sebentar lagi Candra turun," balas Candra.
"Baik, Tuan muda. Saya pergi panggil Non Dara dulu," balas Bik Ijah lalu berjalan menuju kamar Dara.
Setelah Candra turun dan disusul Dara yang mengekori kakaknya, mereka berdua duduk di kursi masing-masing dan langsung disiapkan piring beserta nasi oleh Bunda Putri.
Di sela-sela makan mereka, Ayah Yoga membuka pembicaraan, "Candra, sekarang Ayah, dan Bunda sudah tidak muda lagi, apa kamu tidak ingin memberi Ayah, dan Bunda cucu?" ucap Ayah Yoga untuk basa basi.
Uhuk... uhuk....
Sontak Candra langsung tersedak mendengar omongan ayahnya itu, "Apaan, sih, Yah. Bikin kaget aja, Candra kan masih belum ada calon, Yah," balas Candra dengan jujurnya karena memang dia masih jomblo dari lahir, bukan karena dia tidak laku atau tidak ada yang naksir sama Candra, tapi dia menjaga keorisinilan jiwa dan raganya untuk istrinya kelak.
"Tenang saja, Ayah sudah punya calon untukmu," ucap Ayah Yoga, "Dan, kamu juga sudah pasti mengenal dia," lanjut Ayah Yoga.
Uhuk... uhuk....
Lagi-lagi Candra tersedak mendengar perkataan ayahnya itu, "Apa, Yah? Ayah, udah ada calon? Jangan bercanda, Yah. Candra tidak mau, dan Candra mau milih sendiri," jawab Candra dengan suara sedikit membentak karena kaget.
"Pelan-pelan, Candra. Minum dulu, nanti tersedak lagi," ucap Bunda Putri yang dari tadi khawatir karena anaknya tersedak terus.
"Iy--" ucapan Ayah Yoga yang terhenti.
"Ssttt, selesaikan dulu makannya, ngomongnya nanti saja," ucap Bunda Putri yang memotong pembicaraan suaminya.
Ayah Yoga dan Candra langsung diam karena mereka tidak berani membantah perkataan Bunda Putri karena mereka berdua paling takut saat Bunda Putri marah.
Setelah selesai makan malam, Ayah Yoga dan Bunda Putri sudah duduk di sofa ruang keluarga, Candra yang baru datang memilih duduk di sofa yang menghadap ke Ayah dan Bundanya.
"Candra, sebenarnya kamu sudah Ayah jodohkan dengan anak teman Ayah sejak kamu bayi," ucap Ayah Yoga.
"Kenapa Candra harus dijodohin, sih, Yah? Bunda, tolongin Candra dong," rengek Candra minta tolong ke Bundanya.
"Bunda juga setuju dengan perjodohan yang ayahmu buat, Candra. Maaf, ya, Bunda tidak bisa bantu kamu," jawab Bunda Putri sambil tersenyum tipis. Candra tak percaya jika bundanya juga setuju dengan perjodohan itu.
"Kamu tenang saja, anak teman Ayah cantik, kok, dia juga baik, dan pintar," ucap Ayah Yoga dan Candra hanya bengong sambil memasang wajah melasnya.
"Ayah jodohin kamu karena dulu saat perusahaan kita hampir bangkrut, keluarga merekalah yang membantu kita, dan akhirnya perusahaan keluarga kita masih bisa berdiri sampai sekarang," lanjut Ayah Yoga.
Mendengar ucapan ayahnya, Candra berpikir jika dia menerima perjodohan ini, dia sudah membantu ayahnya untuk membayar hutang budi ke keluarga teman ayahnya. Tapi, jika dia menolak perjodohan ini, dia takut kalau menjadi anak yang durhaka, lebih parahnya lagi, dia takut kalau teman ayahnya akan marah.
"Baiklah, Yah. Candra menerima perjodohan, itu," jawab Candra dengan wajah kusut dan senyum terpaksanya.
"Kamu beneran mau menerima perjodohan, itu?" tanya bunda Putri karena kaget dengan jawaban anak pertamanya itu.
"Iya, Bun. Mungkin hanya, ini, yang bisa Candra lakukan untuk membahagiakan kalian, dan lagi, Ayah juga sudah pengen cucu bukan?" jawab Candra dengan suara yang tampak sedih.
Mendengar jawaban anaknya, Ayah Yoga dan Bunda Putri tersenyum bangga, "Kamu memang putra Bunda yang hebat, Nak," ucap Bunda Putri dan Candra hanya tersenyum.
"Yah, Bun. Candra ke kamar dulu, ya. Candra capek, mau istirahat," pamit Candra sembari berdiri dan berjalan ke kamarnya.
"Oh, ya, Nak. Minggu depan kita ke rumah teman Ayah untuk melamar dan membahas pernikahan kalian," teriak Ayah Yoga yang baru ingat akan hal itu.
Candra berhenti dari jalannya dan menoleh ke arah Ayah Yoga, "Iya, Yah," jawab Candra dan langsung melanjutkan langkah kakinya ke kamar.
IG : @ahmd.habib_
Jangan lupa untuk like, comment, share dan favorit ya 🤗 dan terima kasih banyak untuk kalian yang sudah mendukung dan mensupport author 🙏😘💙
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Heny Ekawati
visualx dong thor biar tambah semangat bgehalux
2021-03-02
0
asna
siap siap perang
2020-08-31
1
Midah Hamidah
Aku mau dong dijodihin ma Candra😍😍😘
2020-02-29
0