Sarapan bersama

"Silahkan" ucap salah satu dari mereka.

Kinan mulai memasang apron ditubuhnya, lalu mengelola semua bahan bahan itu menjadi sebuah masakan yang lezat bernama nasi goreng.

Setelah dua puluh menit, masakan itu telah selesai dan siap untuk disajikan dimeja makan.

Semua penghuni rumah langsung keluar setelah mencium aroma masakan.

"Aromanya harum sekali," ucap Sepia yang sudah duduk dimeja makan diikuti Mama Desi dan Gilang.

"Iya, Pia. Kayaknya masakannya enak," ucap Mama Desi.

Setelah berdoa, mereka memulai acara makannya. Disuapan pertama, Gilang mengunyah makanannya dengan rasa keterkejutan.

"Siapa yang memasak ini?" tanya Gilang tanpa ekspresi.

"Kinan tuan," jawab Ibu Dini.

"Panggil dia kemari," titah Gilang.

Ibu Dini memanggil Kinan yang berada didapur.

"Kinan, kamu dipanggil Tuan muda," ucap Ibu Dini.

"Ada apa, Bu?" tanya Kinan.

"Saya tidak tau," jawab Ibu Dini.

Kinan menyudahi kegiatannya mencuci kuali. Mengelap tangannya, lalu berjalan menghadap sang Tuan muda.

"Ada apa Tuan memanggil saya?" tanya Kinan.

"Apa kamu yang memasak nasi goreng ini?" tanya Gilang.

Kinan mengangguk.

"Apa rasanya tidak enak?" tanya Kinan hati hati.

"Kamu rasa saja sendiri," ucap Gilang.

Kinan ragu, jika dia mencicipinya didepan Tuannya, bukankah itu tidak sopan namanya. Tapi dia juga penasaran dengan rasanya.

Kinan pikir masakan nasi goreng yang dia buat selalu enak. Jadi dengan percaya diri dia memasakkan nya untuk Tuan mudanya dan dia tidak mencicipi masakannya itu.

"Kalau masakannya tidak enak, biar saya ganti saja," tawar Kinan.

"Siapa yang bilang tidak enak?" tanya Gilang.

"Tidak ada," jawab Kinan.

"Tapi dari ucapan mu itu seperti mengatakan, masakan mu ini tidak enak, rasakan saja sendiri," batin Kinan.

"Kak Kinan," panggil Sepia.

"Iya," sahut Kinan.

"Masakan kakak lezat," puji Sepia.

"Terima kasih," balas Kinan dengan tersenyum.

"Dan rasanya..." Sepia menghentikan ucapannya membuat Kinan penasaran.

"Ada apa dengan rasanya?" tanya Kinan.

"Rasanya," Sepia melirik Mama Desi dan Gilang. Setelah mendapat anggukan dari Mama Desi, Sepia mulai melanjutkan ucapannya.

"Rasanya seperti buatan kak Valeri," jawab Sepia jujur.

"Oh," balas Kinan.

"Jadi, karena itu Anda memanggil saya?" ucap Kinan yang mulai mengerti tujuan bosnya memanggilnya.

"Hmmm," balas Gilang.

"Sudah selesai? Apa sekarang saya boleh pergi, Tuan?" tanya Kinan.

"Mau pergi kemana nak? Sini duduk, makan sama sama," ajak Mama Desi.

"Tidak usah Nyonya, saya makannya nanti saja," ucap Kinan.

"Ini bukan permintaan, tapi perintah," ucap Mama Desi tegas.

Kinan melirik Gilang yang hanya diam melanjutkan sarapannya. Lalu ia melirik Sepia yang mengangguk antusias.

"Baiklah," balas Kinan.

Kinan memilih duduk di samping Sepia.

Setelah selesai sarapan, Kinan sedang membersihkan meja makan. Namun tiba tiba Sepia datang.

"Hay, kak," sapa Sepia.

"Hay," balas Kinan.

"Gimana tangan kakak?" tanya Sepia.

"Sudah mendingan," jawab Kinan.

Sepia menarik tangan Kinan, luka bekas setrika waktu itu belum kering, masih berair.

"Mendingan gimana? Lukanya aja masih berair. Sini ikut aku," ucap Sepia yang langsung menarik tangan Kinan keluar.

"Sepia, kita mau kemana?" tanya Kinan saat mereka berada diluar rumah.

"Ke rumah sakit," jawab Sepia.

"Tapi, aku masih ada pekerjaan. Lagian lukanya ini gak sakit kok," ucap Kinan meyakinkan.

"Sudah ikut saja," ucap Sepia yang kembali menarik tangan Kinan masuk kedalam mobil.

"Nanti kalau aku dipecat, kamu harus tanggung jawab ya," ucap Kinan saat Sepia sudah masuk mobil.

"Kakak tenang saja, nanti aku suruh kak Gilang yang tanggung jawab dengan nikahi kakak," balas Sepia.

"Kamu apa apaan sih, kenapa malah bahas nikah?" tanya Kinan.

"Biar nanti kak Gilang menafkahi hidup kakak dan keluarga," jawab Sepia santai sambil menjalankan mobilnya.

"Gak mungkinlah, Tuan muda dan aku itu bagaikan langit dan bumi. Bagaikan air dan minyak, tidak akan pernah menyatu," ucap Kinan.

"Kami tidak bisa bersandingan," ucap Kinan.

"Kenapa tidak bisa? Derajat itu gak penting. Yang penting kebahagian," ucap Sepia.

Kinan hanya diam tanpa membalas. Ia tidak bisa mengeluarkan kata kata dari mulutnya sekarang. Kinan hanya bisa berkata kata dalam hati.

"Kebahagian? Emang kamu pikir kakakmu bahagia bersamaku? Kita saja kenal baru kemarin? Dan sekarang kamu bilang kakakmu bahagia bersamaku? Mimpi?" batin Kinan.

Setelah beberapa menit, mereka sampai disalah satu rumah sakit terdekat.

Setelah menunggu antrian yang tidak terlalu panjang, akhirnya Kinan diperiksa. Selesai memeriksa, sang dokter memberikan resep untuk ditebus di apotik.

Mereka berdua berjalan menuju apotik, lalu memberikan kertas itu kepada orang yang bertugas.

"Kak Kinan," panggil Sepia.

"Iya," balas Kinan.

"Kak, aku harus pergi sekarang. Ada tugas kampus yang harus aku selesaikan sekarang," lapor Sepia.

"Kakak bisa kan pulang sendiri?" tanya Sepia.

"Bisa," setelah mendengar jawabannya, Sepia langsung pergi secepat kilat.

"Kinanti Dewi," panggil orang yang ada di apotik.

"Saya," Sahut Kinan.

Orang itu langsung memberikan plastik yang ada beberapa macam salep didalamnya.

"Terima kasih," ucap Kinan yang di angguki orang itu.

Setelah menerimanya, Kinan langsung pergi keluar rumah sakit. Ingin rasanya ia memesan ojek online, tapi ponselnya tertinggal didalam tas di rumah tuan muda Gilang. Kinan datang ke rumah sakit saja dengan terburu, ia tidak sempat mengambil ponselnya. Dengan terpaksa, Kinan harus pulang dengan jalan kaki.

Langkah demi langkah telah ia lakukan. Setiap melangkah, kakinya merasa seperti sudah biasa. Seperti jalanan yang ia lalui ini sudah lama ia kenal. Tapi sebenarnya, inilah pertama kalinya ia melangkah melewati jalanan ini.

Jika dia pergi dan pulang kerja, ia melewati jalanan lain. Bukan jalanan ini.

Kinan membiarkan kakinya melangkah entah kemana. Memperhatikan hal baru yang baginya adalah hal lama. Saat menemukan belokan untuk menuju pulang. Ada sebuah mobil hitam yang hampir menabraknya. Untung saja dia berhasil menghindar.

"Hey gak punya mata, apa? Gak lihat disini ada orang? Main nyelonong aja. Kalau nanti terjadi kecelakaan gimana? Mau nanggung hidup Ibuku?" teriak Kinan yang tidak digubrsi pengemudi mobil.

"Sabar Kinan, sabar. Orang sabar disayang Tuhan" gumam Kinan seraya mengelus dadanya sendiri.

Kinan kembali melanjutkan langkahnya menuju ke rumah tuan muda Gilang.

Saat dia berada didepan rumah tetangga Gilang, Kinan bisa melihat kegaduhan didepan rumah tuan mudanya. Mobil yang ada didepan rumah Gilang adalah mobil yang hampir menabraknya tadi. Dan sekarang dia baru sadar, kalau mobil itu adalah mobil yang diusir satpam beberapa hari lalu.

Kinan ingat, Ibunya menyuruh ia untuk menjauhi wanita itu. Jadi Kinan memutuskan untuk berdiri saja disitu.

Semenit, dua menit, tiga menit, tapi wanita itu tetap tidak pergi. Kinan hanya bisa melihat kaki wanita itu.

Terpopuler

Comments

Kinan Rosa

Kinan Rosa

semangat Kinan semoga kamu cepat sembuh ya

2022-11-28

0

Rinnie Erawaty

Rinnie Erawaty

masih nyimak

2022-08-13

0

Bunda Yani🥰🌹

Bunda Yani🥰🌹

masa' org kaya masak'y pke kuali thor 🤭😁😁

2022-08-13

0

lihat semua
Episodes
1 Bertemu
2 Merasa Kenal
3 Sarapan bersama
4 Mencoba mengingat
5 Mengingat segalanya
6 Album
7 Bertemu Mami
8 Berkunjung
9 Rumah sakit
10 Ruangan rahasia
11 Isi hati Frans
12 Koma
13 Sebuah surat
14 Bertemu direktur
15 Pengamen
16 Takdir
17 Percakapan dicafe Rose
18 Percakapan dicafe Rose #2
19 Keracunan
20 Dokter Wiliam
21 Kerumah Dokter Nil
22 Penyelamatan
23 Berusaha meyakinkan
24 Memindahkan pasien
25 Operasi berhasil
26 Toilet Rumah Sakit
27 Kalah sebelum bertarung
28 Berbincang Hal Yang Menyakitkan Hati
29 Mama Diya
30 Hari pernikahan
31 Menuntut balik
32 Kejutan Untuk Bram Dan Terbongkarnya Kebusukan Jodi Nilvam
33 Yes, I Will
34 4 Kali Lipat
35 Kenapa?
36 Saya Adalah Valeri Selen Rahardian
37 Surat
38 Artikel
39 Tiket Bulan Madu
40 Siuman
41 Resign
42 Izin
43 Mantan calon menantu
44 Pulang Ke Tanah Air
45 Masalah pribadi
46 Jangan Sia Siakan
47 Hoek
48 Luka
49 Gilang
50 Tiara
51 Kenapa Dia Tidak Mencariku?
52 6 Bulan Lalu
53 Pantai Siloso
54 Dapat Kerja
55 Berkumpul bersama
56 Mengurus Pernikahan?
57 Pemilik Rumah
58 Maaf
59 Mr Herman
60 Sindiran Atau Pujian
61 Bom waktu
62 Wanita Tak Di Undang
63 Berjanjilah
64 Dor
65 Pesan Terakhir
66 Rencana Valeri
67 Penjelasan #1
68 Penjelasan #2
69 The End
70 Pengunguman
71 Visual
72 Q & A
73 Extra Part
74 Extra part
75 info
76 Pemberitahuan
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bertemu
2
Merasa Kenal
3
Sarapan bersama
4
Mencoba mengingat
5
Mengingat segalanya
6
Album
7
Bertemu Mami
8
Berkunjung
9
Rumah sakit
10
Ruangan rahasia
11
Isi hati Frans
12
Koma
13
Sebuah surat
14
Bertemu direktur
15
Pengamen
16
Takdir
17
Percakapan dicafe Rose
18
Percakapan dicafe Rose #2
19
Keracunan
20
Dokter Wiliam
21
Kerumah Dokter Nil
22
Penyelamatan
23
Berusaha meyakinkan
24
Memindahkan pasien
25
Operasi berhasil
26
Toilet Rumah Sakit
27
Kalah sebelum bertarung
28
Berbincang Hal Yang Menyakitkan Hati
29
Mama Diya
30
Hari pernikahan
31
Menuntut balik
32
Kejutan Untuk Bram Dan Terbongkarnya Kebusukan Jodi Nilvam
33
Yes, I Will
34
4 Kali Lipat
35
Kenapa?
36
Saya Adalah Valeri Selen Rahardian
37
Surat
38
Artikel
39
Tiket Bulan Madu
40
Siuman
41
Resign
42
Izin
43
Mantan calon menantu
44
Pulang Ke Tanah Air
45
Masalah pribadi
46
Jangan Sia Siakan
47
Hoek
48
Luka
49
Gilang
50
Tiara
51
Kenapa Dia Tidak Mencariku?
52
6 Bulan Lalu
53
Pantai Siloso
54
Dapat Kerja
55
Berkumpul bersama
56
Mengurus Pernikahan?
57
Pemilik Rumah
58
Maaf
59
Mr Herman
60
Sindiran Atau Pujian
61
Bom waktu
62
Wanita Tak Di Undang
63
Berjanjilah
64
Dor
65
Pesan Terakhir
66
Rencana Valeri
67
Penjelasan #1
68
Penjelasan #2
69
The End
70
Pengunguman
71
Visual
72
Q & A
73
Extra Part
74
Extra part
75
info
76
Pemberitahuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!