Mengingat segalanya

"Kenapa kamu bertanya hal itu tiba tiba?" tanya Ibu Sri bingung.

"Di rumah ini tidak ada yang bisa membuat Kinan mengingat sesuatu. Tapi di rumah tuan muda, Kinan bisa merasakan kalau Kinan memiliki hubungan dengan rumah itu," jawab Kinan.

"Kamu yakin ingin mendengar semua kebenarannya?" tanya Ibu Sri.

"Aku yakin, Bu," jawab Kinan.

"Maka dengarlah," ucap Ibu Sri.

Ibu Sri memejamkan matanya mencoba mengumpulkan kata kata untuk memulai ceritanya.

Setelah menghembuskan nafas yang berat, Ibu Sri memulai cerita.

"Sebenarnya kamu adalah seorang putri dari salah satu pengusaha kaya di kota ini. Kamu adalah putri tunggal dari Tuan Rahardian dan Nyonya Rahardian. Kamu adalah Valeri Selen Rahardian," ucap Ibu Sri.

Serasa terkena petir disiang bolong mendengar perkataan Ibunya itu. Fakta yang sangat mengejutkan baginya.

"Va-Valeri? Aku?" tanya Kinan tidak percaya.

" Iya Kinan, sebenarnya namamu adalah Valeri. Tunangan dari tuan muda Gilang " Jawab Ibu Sri.

"Ibu terpaksa membohongimu. Karena saat itu kamu sedang dalam bahaya. Dan bahaya itu masih ada sampai sekarang," ucap Ibu Sri mulai menitihkan air matanya.

Kinan terdiam, rasanya kenyataan ini sangat mengejutkan baginya.

"Saat itu Ibu menemukanmu dipinggir sungai. Ada Berlyn dan beberapa anak buahnya yang sedang mencari mu. Kondisimu saat itu sangat parah dan luka di wajahmu mengakibatkan kamu harus dioperasi plastik. Ibu memberikan foto putri Ibu yang meninggal kepada dokter. Itu Ibu lakukan dengan sengaja. Agar tidak ada yang bisa mengenalmu sebagai Valeri," jelas Ibu Sri.

"I-ibu bohong kan?" tanya Kinan seraya menatap kedua mata Ibunya mencari kebohongan. Nihil. Tidak ada celah kebohongan, Ibunya berkata jujur.

"Ibu berkata jujur nak," ucap Ibu Sri.

Hening.

"Aku harus pergi sekarang, Bu," ucap Kinan berusaha tenang.

"Kamu marah sama Ibu?" tanya Ibu Sri merasa bersalah.

"Aku tidak marah Bu. Hanya saja aku harus bekerja. Jaga diri Ibu baik baik. Aku pergi," ucap Kinan pergi dari rumah Ibu sri.

Kinan berjalan sampai ke depan gang, ia menaiki ojek yang ada di sana untuk pergi ke rumah Gilang.

Sesampainya di rumah Gilang, Kinan menjadi baper. Ia hampir saja menitihkan air mata karena sekarang ia datang dengan mengetahui sebuah fakta.

Kinan melangkahkan kakinya secara perlahan memasuki rumah. Ia memperhatikan setiap sudut rumah itu. Memang setiap melihatnya, Kinan merasa tidak asing.

"Kinan," panggil Ibu Dini.

"I-iya Bu," jawab Kinan.

"Kamu bersihin ruang kerja tuan muda sekarang," titah Ibu Dini.

"Baik Bu," balas Kinan.

Kinan melangkahkan kakinya menuju ruang kerja milik Gilang.

Kinan membuka pintu, lalu masuk dan mengamati setiap sudut ruangan.

Lalu ia mendekatkan dirinya ke meja kerja, dimana ada sebuah bingkai foto. Bingkai foto Gilang sedang memeluk mesra seorang gadis.

Kinan memperhatikan wajah gadis itu lekat lekat. Potongan potongan memori yang sudah agak jelas mulai menari nari di kepalanya. Perlahan namun pasti, potongan potongan memori itu mulai terkumpul dan tersusun. Dengan sangat jelas Kinan bisa melihat semua yang terjadi dimasa lalunya. Sampai pada akhirnya kepalanya merasakan pusing yang sangat berat, dan dia tidak sadarkan diri.

***

"Tolong aku, jangan membunuhku. Aku tidak akan mengatakan kepada siapa siapa. Tolong, jangan bunuh aku. Ah..." Kinan terbangun dari pingsan dengan memegang perutnya. Ia bermimpi buruk.

Di mimpi itu, Kinan terdampar di sungai, dan Berlyn beserta anak buahnya dapat menemukannya. Berlyn mengeluarkan pisau dan mendekati Kinan. Kinan memohon kepada Berlyn agar Berlyn tidak membunuhnya. Dia juga berjanji tidak akan mengatakan apa yang sebenarnya kepada siapapun. Tapi Berlyn tidak mendengar, ia menusuk perut Kinan berulang kali. Sehingga air sungai yang berwarna putih berubah menjadi merah.

"Kak Kinan, kakak tidak apa apa?" tanya Sepia.

"Se-Sepia, tolong aku. Di-dia, dia mau membunuhku," ucap Kinan ketakutan sambil memegang tangan Sepia.

"Tidak akan ada yang berani membunuh kakak," ucap Sepia yang bingung dengan ucapan Kinan.

"Ti-tidak, dia mau membunuhku. Dia akan membunuhku," ucap Kinan masih dengan ketakutan.

"Siapa yang akan membunuhmu, nak?" tanya Mama Desi khawatir.

"Di-dia, dia orang yang mengerikan. Dia akan menusuk perutku berkali kali," ucap Kinan menangis dengan memegang perutnya.

Seseorang masuk kedalam kamar diikuti seorang wanita dibelakangnya.

"Ah..." teriak Kinan ketakutan. Kinan memeluk Mama Desi dengan sangat erat.

"Ada apa nak?" tanya Mama Desi khawatir.

"Pergi, jangan mendekatiku," teriak Kinan seraya menunjuk nunjuk wanita yang berada dibelakang.

"Kak Kinan, dia itu sahabat kecilnya kak Gilang" ucap Sepia, ya wanita itu adalah Berlyn.

"Tidak, aku tidak ingin melihatnya. Usir dia," ucap Kinan yang kembali menangis.

"Berlyn, tolong kamu pergi. Kapan kapan saja kamu kesini lagi ya," pinta Mama Desi.

"Tapi tan," Berlyn mencoba membantah, tapi belum sempat ia menyelesaikan kalimatnya, Mama Desi kembali berucap.

"Tante mohon Ber," mohon Mama Desi.

"Baiklah tante," ucap Berlyn dengan berat hati.

Berlyn pergi keluar.

"Kinan, Berlyn sudah pergi," ucap Mama Desi.

Kinan mengintip dari pelukan Mama Desi. Setelah yakin Berlyn tidak ada, Kinan melepaskan pelukannya.

"Ada apa dengannya, Ma?" tanya Gilang yang sedari tadi diam. Gilang adalah orang yang masuk bersama Berlyn tadi.

"Mama juga tidak tahu," jawab Mama Desi.

"Ayo kita bicara diluar," ajak Mama Desi.

Gilang mengangguk.

"Sepia, kamu jaga Kinan ya," ucap Mama Desi.

Sepia mengangguk.

Mama Desi dan Gilang pergi keluar.

"Kak Kinan, Kakak baik baik saja?" tanya Sepia.

Kinan mengangguk lemah.

"Sepia," panggil Kinan.

"Iya," sahut Sepia.

"Tolong jauhi Berlyn," pinta Kinan.

Sepia tampak terkejut.

" Apa yang kakak katakan? Aku gak mungkin jauhi kak Berlyn. Dia adalah sahabat kak Gilang. Selama ini kak Berlyn sudah sangat baik kepadaku," ucap Sepia tak terima.

"Kamu gak akan mengerti. Lupakan saja. Anggap aku tidak pernah mengatakan hal itu," ucap Kinan.

Disaat kejadian Berlyn menampar dan menjambak Valeri, hanya Gilang yang menyaksikannya. Itu sebabnya Mama Desi maupun Sepia menganggap Berlyn itu baik.

"Sepia, kau boleh pergi," ucap Kinan.

"Kakak tidak apa ditinggal sendiri?" tanya Sepia.

"Tidak apa, aku hanya ingin istirahat sebentar," jawab Kinan.

Sepia mengangguk, lalu pergi keluar.

Diluar kamar, tepatnya diruang keluarga.

"Kenapa dengan dia, Ma?" tanya Gilang penasaran.

Mama Desi menceritakan apa yang dikatakan Kinan. Mulai dari saat Kinan mengigau, sampai Gilang dan Berlyn masuk kedalam kamar.

"Sudah dua kali dia pingsan hari ini. Menyebalkan sekali," gumam Gilang.

Saat itu, satpam menghubungi Gilang dan mengatakan bahwa Berlyn memaksa masuk rumah. Satpam tidak bisa mengusir Berlyn, itu sebabnya ia menghubungi Gilang. Gilang menyuruh satpam untuk mengulur waktu sampai dia sampai.

Terpopuler

Comments

Humairah

Humairah

pantas Gilang tak mengenali kekasihnya, ternyata operasi plastik dgn wajah anaknya ibu sri

2022-06-29

0

Sri Desi Widianti

Sri Desi Widianti

bu sri banyak uang nya ,bisa biayain oplas??

2022-06-28

0

Anonymous

Anonymous

Ccccccvlcjooo

2021-12-03

0

lihat semua
Episodes
1 Bertemu
2 Merasa Kenal
3 Sarapan bersama
4 Mencoba mengingat
5 Mengingat segalanya
6 Album
7 Bertemu Mami
8 Berkunjung
9 Rumah sakit
10 Ruangan rahasia
11 Isi hati Frans
12 Koma
13 Sebuah surat
14 Bertemu direktur
15 Pengamen
16 Takdir
17 Percakapan dicafe Rose
18 Percakapan dicafe Rose #2
19 Keracunan
20 Dokter Wiliam
21 Kerumah Dokter Nil
22 Penyelamatan
23 Berusaha meyakinkan
24 Memindahkan pasien
25 Operasi berhasil
26 Toilet Rumah Sakit
27 Kalah sebelum bertarung
28 Berbincang Hal Yang Menyakitkan Hati
29 Mama Diya
30 Hari pernikahan
31 Menuntut balik
32 Kejutan Untuk Bram Dan Terbongkarnya Kebusukan Jodi Nilvam
33 Yes, I Will
34 4 Kali Lipat
35 Kenapa?
36 Saya Adalah Valeri Selen Rahardian
37 Surat
38 Artikel
39 Tiket Bulan Madu
40 Siuman
41 Resign
42 Izin
43 Mantan calon menantu
44 Pulang Ke Tanah Air
45 Masalah pribadi
46 Jangan Sia Siakan
47 Hoek
48 Luka
49 Gilang
50 Tiara
51 Kenapa Dia Tidak Mencariku?
52 6 Bulan Lalu
53 Pantai Siloso
54 Dapat Kerja
55 Berkumpul bersama
56 Mengurus Pernikahan?
57 Pemilik Rumah
58 Maaf
59 Mr Herman
60 Sindiran Atau Pujian
61 Bom waktu
62 Wanita Tak Di Undang
63 Berjanjilah
64 Dor
65 Pesan Terakhir
66 Rencana Valeri
67 Penjelasan #1
68 Penjelasan #2
69 The End
70 Pengunguman
71 Visual
72 Q & A
73 Extra Part
74 Extra part
75 info
76 Pemberitahuan
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bertemu
2
Merasa Kenal
3
Sarapan bersama
4
Mencoba mengingat
5
Mengingat segalanya
6
Album
7
Bertemu Mami
8
Berkunjung
9
Rumah sakit
10
Ruangan rahasia
11
Isi hati Frans
12
Koma
13
Sebuah surat
14
Bertemu direktur
15
Pengamen
16
Takdir
17
Percakapan dicafe Rose
18
Percakapan dicafe Rose #2
19
Keracunan
20
Dokter Wiliam
21
Kerumah Dokter Nil
22
Penyelamatan
23
Berusaha meyakinkan
24
Memindahkan pasien
25
Operasi berhasil
26
Toilet Rumah Sakit
27
Kalah sebelum bertarung
28
Berbincang Hal Yang Menyakitkan Hati
29
Mama Diya
30
Hari pernikahan
31
Menuntut balik
32
Kejutan Untuk Bram Dan Terbongkarnya Kebusukan Jodi Nilvam
33
Yes, I Will
34
4 Kali Lipat
35
Kenapa?
36
Saya Adalah Valeri Selen Rahardian
37
Surat
38
Artikel
39
Tiket Bulan Madu
40
Siuman
41
Resign
42
Izin
43
Mantan calon menantu
44
Pulang Ke Tanah Air
45
Masalah pribadi
46
Jangan Sia Siakan
47
Hoek
48
Luka
49
Gilang
50
Tiara
51
Kenapa Dia Tidak Mencariku?
52
6 Bulan Lalu
53
Pantai Siloso
54
Dapat Kerja
55
Berkumpul bersama
56
Mengurus Pernikahan?
57
Pemilik Rumah
58
Maaf
59
Mr Herman
60
Sindiran Atau Pujian
61
Bom waktu
62
Wanita Tak Di Undang
63
Berjanjilah
64
Dor
65
Pesan Terakhir
66
Rencana Valeri
67
Penjelasan #1
68
Penjelasan #2
69
The End
70
Pengunguman
71
Visual
72
Q & A
73
Extra Part
74
Extra part
75
info
76
Pemberitahuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!