Pembantu Misterius

Pembantu Misterius

Bertemu

"Kinan," panggil seorang wanita paruh baya.

"Iya, Bu" sahut orang yang dipanggil Kinan.

Kinan berjalan menuju kamar Ibunya. Ia melihat Ibunya yang sedang berbaring di atas kasur seraya memijat pelan kakinya.

"Kinan, tolong ambilkan minyak urut di laci itu!" pinta wanita paruh baya itu seraya menunjuk sebuah laci.

Kinan patuh, ia mengambil minyak itu. Lalu duduk di samping kaki Ibunya. Kinan mengoles minyak dan mengurut kaki Ibunya.

"Kinankan pernah bilang sama Ibu, kalau kaki Ibu pegal, panggil Kinan. Biar Kinan saja yang urut," ucap Kinan menasehati.

"Ibu tidak mau kamu kelelahan dan kurang istirahat. Pegal pegal begini, sudah biasa untuk wanita seperti Ibu" Ucap Ibu Kinan, yang bernama Ibu Sri.

"Aku gak lelah kok mengurut Ibu. Aku malahan senang," balas Kinan.

"Oh ya, gimana kerjaan kamu?" tanya Ibu Sri mengalihkan topik.

"Kerjaannya biasa-biasa aja, Bu," jawab Kinan.

"Maaf ya nak, gara gara menggantikan Ibu kamu harus capek capek jadi pembantu," sesal Ibu Sri.

"Gak papa kok, Bu. Disana pembantunya baik-baik semua. Jadi Kinan punya banyak teman," balas Kinan.

"Apa kamu sudah pernah ketemu sama tuan muda Gilang?" tanya Ibu Sri.

"Tidak Bu, tuan muda selalu pergi subuh dan pulang larut malam. Sedangkan aku datang jam tujuh dan pulang jam lima sore," jawab Kinan.

"Apa pernah ada seorang wanita yang seumuran kamu datang kerumah itu dengan pakaian mewah?" tanya Ibu Sri.

"Pernah sih Bu, tapi aku gak ketemu sama dia. Soalnya satpam melarang dia masuk," jawab Kinan yang membuat Ibu Sri bernafas lega.

"Kinan," panggil Ibu Sri serius.

"Iya Bu," ucap Kinan seraya menatap manik mata Ibu Sri.

"Jangan dekat dekat dengan wanita itu. Dia adalah wanita yang jahat. Kamu harus berjanji kepada Ibu. Kalau kamu tidak akan dekat dekat dengan wanita itu," ucap Ibu Sri dengan mata berkaca-kaca.

"Ibu, jangan menangis," ucap Kinan seraya menghapus air mata yang sudah mulai mengalir.

"Kinan janji, Kinan gak akan dekat dekat dengan wanita itu," ucap Kinan berjanji.

***

Keesokan paginya.

Kinan sudah berada didalam rumah mewah milik keluarga tuan muda Gilang.

Hari ini berbeda dengan hari lainnya. Karena, dihari ini tuan mudanya ada didalam rumah.

Tumben sekali.

Siang harinya, Gilang berada dimeja makan. Sedangkan Kinan sedang menyetrika pakaian diruang khusus. Tapi ia lupa kalau ternyata pewanginya sudah habis. Dengan terpaksa, Kinan harus membeli ke warung diluar.

Saat melewati meja makan, Kinan terpaku melihat wajah Gilang. Ia seperti familiar dengan wajah itu. Kinan berusaha mencoba berpikir keras. Tapi yang ia lihat hanyalah bayangan abu abu. Dan hal itu membuat kepalanya sakit.

Kinan berlari tanpa menyapa Gilang. Ia tidak ingin melihatnya, karena kepalanya sangat sakit jika terus melihat wajah itu.

Gilang yang melihat seseorang melewatinya tanpa menyapa, entah kenapa ada debaran didalam dirinya.

"Siapa perempuan itu?" tanya Gilang kepada kepala pelayan.

"Namanya Kinan, dia anak dari Ibu Sri. Dan disini, Kinan menggantikan Ibunya, Tuan," jawab kepala pelayan bernama Ibu Dini.

"Setelah dia kembali, suruh dia menemuiku diruang kerjaku," titah Gilang seraya berdiri.

"Baik tuan," balas Ibu Dini.

Setelah setengah jam, Kinan baru kembali.

"Kinan," panggil Ibu Dini.

"Ada apa Bu?" tanya Kinan.

"Kamu dipanggil tuan muda keruang kerjanya," jawab Ibu Dini.

"Tapi pekerjaan saya masih belum selesai, Bu," ucap Kinan memberi alasan.

"Kamu bisa mengerjakannya nanti," ucap Ibu Dini.

"Tapi kalau saya mengerjakannya nanti, maka saya akan pulang lama, Bu. Ibu saya memerlukan saya di rumah," alasan Kinan.

"Nanti saya suruh yang lain mengerjakan tugas kamu," ucap Ibu Dini.

"Tapi Bu..." ucapan Kinan terhenti.

"Tidak ada tapi-tapi, sekarang kamu pergi keruang kerja tuan muda," titah Ibu Dini tegas.

Dengan terpaksa, Kinan mengangguk dan melangkahkan kakinya menuju ruang kerja milik sang Tuan Muda.

Tok tok tok

"Masuk" ucap seseorang dari dalam ruangan.

Kinan membuka pintu dan masuk dengan kepala menunduk.

"Apa tuan memanggil saya?" tanya Kinan masih dengan menunduk.

"Ya," jawab Gilang.

"Naikkan kepalamu," titah Gilang.

Kinan diam tidak menurut.

"Apa kau tidak dengar apa yang kukatakan?" tanya Gilang.

"Aku dengar tuan," jawab Kinan.

"Lalu kenapa kau tidak menaikkan kepalamu?" tanya Gilang.

"Tidak ada," jawab Kinan.

"Naikkan kepalamu," titah Gilang.

Kinan menaikkan kepalanya dengan mata tertutup.

"Kenapa kau menutup matamu? " tanya Gilang.

"Tidak ada," jawab Kinan.

"Buka matamu," titah Gilang.

Kinan membuka matanya tapi tidak melihat kearah Gilang.

"Ada apa tuan memanggil saya?" tanya Kinan sebelum Gilang berkomentar.

"Apa kamu pandai memasak?" tanya Gilang.

Kinan mengangguk.

"Kalau begitu, kau harus menggantikan salah satu juru masak. Karena dia izin, keluarganya ada yang sakit selama seminggu," jawab Gilang.

"Tidak bisa tuan," ucap Kinan.

"Kenapa tidak bisa?" tanya Gilang.

"Karena saya harus menemani Ibu saya, Tuan" jawab Kinan.

Bukan hanya itu alasannya. Tapi jika dia menjadi juru masak sementara, maka itu artinya dia harus tinggal di rumah mewah itu. Dan berarti dia harus melihat wajah Gilang selama seminggu lamanya.

"Kamu bisa membawa Ibumu kesini," ucap Gilang.

"Tapi..." Kinan berusaha menolak, tapi ucapannya dipotong lagi.

"Tidak ada bantahan lagi," ucap Gilang yang kembali fokus pada berkas didepannya.

"Kalau saya tidak diperlukan lagi. Saya pamit keluar," pamit Kinan.

Tanpa mendengar balasan Gilang, Kinan langsung keluar.

"Apa yang harus aku lakukan?" gumam Kinan setelah berhasil keluar.

Kinan masuk kedalam suatu ruangan yang sempat ia tinggalkan tadi. Didalam ruangan itu, Kinan kembali melanjutkan tugasnya. Menyetrika kembali pakaian yang sempat ia tinggalkan.

"Bu Dini bilang akan menyuruh orang lain untuk melanjutkan tugasku. Nyatanya bukannya pakaian rapi menambah, malah pakaian yang harus disetrika menambah," gerutu Kinan.

Kinan berkata seperti itu, karena baju yang sudah disetrika masih sama dengan yang tadi ia tinggalkan. Tidak bertambah sedikit pun. Malahan keranjangnya makin penuh, karena pakaian yang dijemur sudah kering.

"Kalau begini, aku pasti akan pulang telat," gumam Kinan yang kesal.

Sebelum melanjutkan pekerjaannya, Kinan memberitahu Ibunya kalau ia akan pulang telat. Ia tidak ingin membuat Ibunya menghawatirkan nya karena pulang telat.

Setelah memberitahu Ibunya, Kinan kembali melanjutkan tugasnya.

Jam sudah menunjukkan pukul lima sore, tapi masih ada pakaian yang harus disetrika nya.

Setengah jam kemudian, Kinan sudah menyelesaikan setrikanya. Ia membiarkan saja pakaian yang sudah rapi. Pikirnya, ini sudah larut dan menyimpan pakaian bisa dilakukan besok.

Kinan mengambil tasnya dan berjalan keluar dari ruangan. Ia melihat sebuah punggung yang membelakanginya. Itu bukan punggung Gilang. Itu punggung seorang wanita. Dan rasanya, Kinan pernah melihat punggung ini.

Terpopuler

Comments

Sunarni Narni

Sunarni Narni

lanjut

2023-08-08

0

Sri Sukenti

Sri Sukenti

assalamu'alaikum

2023-04-21

0

Oris Oris

Oris Oris

haii selamat mlm

2023-04-21

0

lihat semua
Episodes
1 Bertemu
2 Merasa Kenal
3 Sarapan bersama
4 Mencoba mengingat
5 Mengingat segalanya
6 Album
7 Bertemu Mami
8 Berkunjung
9 Rumah sakit
10 Ruangan rahasia
11 Isi hati Frans
12 Koma
13 Sebuah surat
14 Bertemu direktur
15 Pengamen
16 Takdir
17 Percakapan dicafe Rose
18 Percakapan dicafe Rose #2
19 Keracunan
20 Dokter Wiliam
21 Kerumah Dokter Nil
22 Penyelamatan
23 Berusaha meyakinkan
24 Memindahkan pasien
25 Operasi berhasil
26 Toilet Rumah Sakit
27 Kalah sebelum bertarung
28 Berbincang Hal Yang Menyakitkan Hati
29 Mama Diya
30 Hari pernikahan
31 Menuntut balik
32 Kejutan Untuk Bram Dan Terbongkarnya Kebusukan Jodi Nilvam
33 Yes, I Will
34 4 Kali Lipat
35 Kenapa?
36 Saya Adalah Valeri Selen Rahardian
37 Surat
38 Artikel
39 Tiket Bulan Madu
40 Siuman
41 Resign
42 Izin
43 Mantan calon menantu
44 Pulang Ke Tanah Air
45 Masalah pribadi
46 Jangan Sia Siakan
47 Hoek
48 Luka
49 Gilang
50 Tiara
51 Kenapa Dia Tidak Mencariku?
52 6 Bulan Lalu
53 Pantai Siloso
54 Dapat Kerja
55 Berkumpul bersama
56 Mengurus Pernikahan?
57 Pemilik Rumah
58 Maaf
59 Mr Herman
60 Sindiran Atau Pujian
61 Bom waktu
62 Wanita Tak Di Undang
63 Berjanjilah
64 Dor
65 Pesan Terakhir
66 Rencana Valeri
67 Penjelasan #1
68 Penjelasan #2
69 The End
70 Pengunguman
71 Visual
72 Q & A
73 Extra Part
74 Extra part
75 info
76 Pemberitahuan
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bertemu
2
Merasa Kenal
3
Sarapan bersama
4
Mencoba mengingat
5
Mengingat segalanya
6
Album
7
Bertemu Mami
8
Berkunjung
9
Rumah sakit
10
Ruangan rahasia
11
Isi hati Frans
12
Koma
13
Sebuah surat
14
Bertemu direktur
15
Pengamen
16
Takdir
17
Percakapan dicafe Rose
18
Percakapan dicafe Rose #2
19
Keracunan
20
Dokter Wiliam
21
Kerumah Dokter Nil
22
Penyelamatan
23
Berusaha meyakinkan
24
Memindahkan pasien
25
Operasi berhasil
26
Toilet Rumah Sakit
27
Kalah sebelum bertarung
28
Berbincang Hal Yang Menyakitkan Hati
29
Mama Diya
30
Hari pernikahan
31
Menuntut balik
32
Kejutan Untuk Bram Dan Terbongkarnya Kebusukan Jodi Nilvam
33
Yes, I Will
34
4 Kali Lipat
35
Kenapa?
36
Saya Adalah Valeri Selen Rahardian
37
Surat
38
Artikel
39
Tiket Bulan Madu
40
Siuman
41
Resign
42
Izin
43
Mantan calon menantu
44
Pulang Ke Tanah Air
45
Masalah pribadi
46
Jangan Sia Siakan
47
Hoek
48
Luka
49
Gilang
50
Tiara
51
Kenapa Dia Tidak Mencariku?
52
6 Bulan Lalu
53
Pantai Siloso
54
Dapat Kerja
55
Berkumpul bersama
56
Mengurus Pernikahan?
57
Pemilik Rumah
58
Maaf
59
Mr Herman
60
Sindiran Atau Pujian
61
Bom waktu
62
Wanita Tak Di Undang
63
Berjanjilah
64
Dor
65
Pesan Terakhir
66
Rencana Valeri
67
Penjelasan #1
68
Penjelasan #2
69
The End
70
Pengunguman
71
Visual
72
Q & A
73
Extra Part
74
Extra part
75
info
76
Pemberitahuan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!