Rika mulai terlihat mabuk, dia mulai meracau tak karuan. Bahkan ia tak ragu bercerita tentang kegilaannya dengan Sam. Kristin hanya menanggapi cerita Rika dengan senyum yang dipaksakan.
Ada perasaan sedih, kecewa, cemburu, tapi Kristin sadar dengan posisinya saat ini.
‘Ternyata benar kata orang...kalo kita lagi mabuk pasti kita bakal ngomong jujur apa yang pengen kita omongin.’ ucap Kristin dalam hati.
Kristin menatap Rika sendu. Pikirannya melayang entah kemana. Seketika ia memikirkan Sam
‘Sam, andai kamu lihat pasti kamu bakal ketawa. Dua perempuan yang pernah ada buat kamu lagi ngobrol akrab, kamu udah kaya raja minyak aja dikelilingi cewek yang rela lari telanjang demi kamu.’
"Kris, kayaknya temen lo udah tepar dah. Mending lo anter pulang gih." ucap Arthur yang tiba- tiba aja nongol menepuk pundak Kristin.
"Eh, iya. Ini gue juga udah mau udahan kok." Kristin mencoba bangkit dari duduknya. Dengan langkah agak oleng ia mengambil tas miliknya.
"Em, Ar. Bisa tolong bantu gue bentar, tolong bantu gue bawa temen gue sampe ke mobil donk. Gue gak kuat angat dia sendiri." pinta Kristin dengan wajah memelasnya.
Arthur pun membantu Kristin memapah Rika yang sudah tak sadarkan diri menuju mobilnya.
"Lo yakin bisa? Kalo gak, gue anter aja gimana. Apa gue telponin Dennis?" ucap Arthur meyakinkan.
"Tenang aja, gue masih bisa kok. Tenang aja aman." Kristin mengacungkan jempolnya.
Pagi pun tiba, matahari mulai menunjukan sinarnya yang sudah mulai memanas. Rika mengerjapkan matanya, memandang silau karan Kristin terbiasa membuka jendela pagi hari.
Rika mencoba bangkit dari tempat tidurnya, kepalanya masih merasa pusing karena terlalu banyak minum alkohol.
Kristin masuk kedalam kamar sambil mengeringkan rambutnya dengan handuknya. Ia menghadap cermin yang ada di lemari bajunya, menatap bayangan Rika yang sedang menenggelamkan wajahnya pada kakinya yang tertekuk.
"Sudah bangun mbak?" tanya Kristin sopan menyapa Rika yang baru saja bangun. Rika terhentak dan tersenyum kearah Kristin.
"Maaf ya, aku bawa mbak kesini. Habis, aku gak tau rumah mbak, dimana sih." sambung Kristin.
"Gak pa-pa. Semalam aku rese ya. Maaf ya, jadi ngerepotin kamu." Rika mencoba berdiri, Kristin menangkap tubuh Rika yang masih sedikit oleng.
"Gak usah keburu-buru bangun, istirahat aja dulu. Kepala mbak masih pusing, kan?" tebak Kristin.
"Jadi ngerepotin kamu banget." Rika merasa tak enak pada Kristin.
"Gak pa-pa kali, mbak. Aku juga sering gini juga. Oh, ya. Aku dah bikinin mbak Rika minuman, aku ambil dulu ya." Kristin berlari menuju meja makan mengambil minuman yang dimaksud.
Rika menghirup aroma minuman yang Kristin buat untuknya.
"Tenang aja, ini aman kok. Cuma air teh, madu, sama lemon. Gak ada obat perangsang apalagi racun." Kristin terkekeh saat melihat wajah Rika yang seperti tak percaya dengan ucapannya.
"Makasih ya." Rika meminum minuman itu.
"Hem. Kamu belajar dari mana? Enak." Rika menghabiskan minumannya.
*****
NIAS
Sementara itu di tempat lain Sam terlihat sedang duduk diteras rumahnya. Menikmati udara pagi apa lagi sekarang dia sedang ada di Nias tanah kelahirannya.
"Hana wa omasi'o khonia? hana wa hulo wa'omasi si lo su'a-su'a.. " terdengar suara lelaki yang membuyarkan lamunannya.
(kenapa kamu suka dia? begitu berartinya dia buat kamu)
"Boro me ifosumange dra'o. Famosumange si lo erai u rasoi bazinonumalo." sahut Sam
(Dia menghormati aku. Itu yang gak pernah aku dapat dari yang sebelumnya.)
"Ba hana wa u lulu nasimano?" Lelaki itu duduk disamping Sam
(Trus, kenapa sekarang kamu menyerah?)
"Tenga u'lulu, lo khogu todo wolau sowokhi khonia." balas Sam dengan nada sedikit tinggi.
(Aku gak menyerah, aku hanya gak ingin nyakitin dia lebih dalam.)
"Wa'o mano na ata'u o na i'ila wano lafamatua dra'ugo." Lelaki itu kini berdiri di hadapan Sam
(Bilang aja kamu takut dia tau kamu dijodohin.)
"Dali dra'ugo mano." ucap Sam pergi meninggalkannya.
(Terserah)
Lelaki itu terlihat frustasi dengan sikap adiknya yang keras kepal. Sam tak pernah menyangka kalau dirinya akan dijodohkan oleh keluarganya. Kepulangannya saat ini untuk membicarakan masalah pernikahannya.
Sam tampak kacau, ia melajukan motornya menuju tempat favoritnya, pantai.
Ia berdiri di ujung pantai kakinya tersapu ombak yang menyapu pinggiran pantai. Tatapannya kosong menatap langit yang tampak cerah.
"Maafin aku Kris. Bukan aku gak mau perjuangin kamu, tapi kamu pantas dapat yang lebih layak dari aku." Sam bermonolog.
Dari kejauhan tampak perempuan dengan tubuh mungil berlari ke arah Sam.
"Bang! Bang Muel!" teriak cewek itu.
Sam hanya mengedarkan pandangannya sekejap.
"Hos, hos, bang Muel nih. Dicari dari tadi taunya kesini." dengan nafas tersengal-sengal gadis cilik itu menghampiri Sam.
"Siapa yang suruh kamu kesini?" tanya Sam acuh.
"Mamanya Abang lah, siapa lagi." masih dengan separuh nafasnya.
"Kau bilang saja sama Mama ku, suruh saja bang Joe saja yang menikah.” Sam berlari ke tengah laut menyeburkan dirinya.
"Yah, bang, kok jadi gini seh. Bang, yang bener saja. Buruan balik, nanti yang ada aku kena marah bapak aku." bocah itu pun merengek memohon.
"Sudah kau pulang saja, bilang kalau aku sudah tenggelam. Jasadnya ditemukan di Parangtritis." Sam malah asyik berenang.
"Ah, sudah lah, bodo amat. Terserah kau saja lah bang." gadis cilik itu pun kembali ke rumahnya.
Sam melampiaskan keluh kesahnya, penatnya dengan berang di laut lepas. Membayangkan wajah Kristin yang sedang tersenyum membuat dirinya semakin frustasi dan gelisah.
"Aaaarrrggghhh...." Sam melepas kesalnya.
Sam kembali lagi ke rumahnya dengan pakaian yang masih basah.
"Dari mana saja kau?" tanya wanita gendut yang sedari tadi menunggunya.
"Apa pedulimu?" Sam menepis tangan wanita itu yang mencengkram lengan bajunya.
"Heh! Dasar anak tak punya sopan santun." umpat wanita gendut itu saat melihat Sam meninggalkannya.
Sam berlalu berpapasan dengan kakak tertuanya.
"Kau bilang sama istri kau, gak usah ikut campur urusan orang." sarkas Sam.
Vincent menatap bingung pada adiknya. Ia pun menghampiri istrinya yang berada di ruang tengah.
"Kenapa dia? Kau apakan dia?" tanya Vincent pada istrinya.
"Adik kau saja yang aneh, gak punya sopan santun." jawab Mia yang ikut terbawa emosi melihat sikap Sam yang tak pernah bersahabat dengannya.
"Kau tau kan, gimana keluargaku bujuk dia supaya mau pulang. Tolong lah, jangan kau kacau."pinta Vincent pada Mia, tapi Mia malah berlalu meninggalkan suaminya sendiri.
Vincent berdecak, merebahkan dirinya pada sofa yang ada di dekatnya.
“Ck. Gak adik, gak istri. Sama aja kakunya.” oceh Vincent sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments