Sudah dua hari mamanya Kristin pulang ke Semarang. Dua hari pula Sam belum kembali ke kontrakan.
Kristin berusaha menghubunginya. Mengirim sebuah pesan, tapi sayang yang dituju belum memberikan balasan. Karena sudah malas menunggu Kristin pun tidur. Ya, tidur sendiri.
Pagi pun tiba Kristin sudah bersiap untuk mandi.
Bip, bip, bip.
Notifikasi sms terdengar dari ponsel Kristin.
Selesai mandi Kristin segera mengecek ponsel nya. Membaca beberapa pesan yang masuk.
Sam mengirimkan pesan untuknya.
[Maaf, aku keluar kota dadakan... mungkin lusa baru pulang, kamu baik-baik ya, disana.]
[Oh, kirain udah gak mau kesini lagi. Ya dah, kamu juga baik-baik, ya.] balas Kristin menyindir Sam yang lama tak memberinya kabar.
Kristin meletakan ponsel nya di nakas dan bersiap untuk berangkat kerja. Berganti pakaian dan memulas sedikit make-up nya.
*****
Jam kerja telah usai. Kristin berjalan menyusuri koridor bandara berhenti di gerai roti. Mengantri lumayan panjang demi sebungkus roti buns rasa kopi.
Kristin duduk sendiri diujung gerai tersebut menunggu namanya dipanggil. Menoleh kanan kiri berharap ada pemandangan yang menyegarkan mata.
"Kristin." sapa seorang lelaki berwajah semi Arab.
"Mas Vikki." tunjuk Kristin pada lelaki jangkung itu.
"Ngapain disini?" tanya Kristin yang penasaran kenapa tetangga kompleknya bisa ada di tempat kerjanya
"Kerja. Kamu sendiri ngapain disini?" tanya Vikki balik.
"Kerja juga." jawab Kristin, Vikki pun menatap aneh ke arah Kristin..
"Masa? Kok aku gak pernah liat kamu disini." lanjut Kristin.
"Habis nemuin client." jawab Vikki, Kristin masih kurang percaya dengan jawaban Vikki.
"Di bandara? Nemuin client?" Kristin makin penasaran.
"Ah, sudah lah, susah jelasinnya." sahut Vikki.
Mereka mengobrol dengan serunya. Hingga seorang pria berpenampilan klimis menghampirinya di dampingi seorang wanita yang berpenampilan sedikit tomboy.
"Vik..." sapa pria tersebut.
"Sudah selesai pak?" sahut Vikki segera berdiri.
"Cewek mu Vik?" goda wanita yang ada di samping pria tadi.
"Belum, masih on the way." sahut Vikki menampilkan senyum smirk nya.
Kristin yang melihat gaya Vikki langsung melengos sambil manyun.
"Duluan ya, mas." Kristin bangkit dari duduknya mengambil pesannya tadi.
"Udahan, perlu diantar gak?" goda Vikki
"Nih, anter.." Kristin mengacungkan kepalan tangannya.
Kristin segera pergi dari tempat tadi dari pada jadi bahan bullying Vikki dan teman-temannya.
******
Lagi-lagi Kristin sendiri dirumah kontrakan nya yang minimalist itu. Menonton tv sambil ditemani secangkir coklat panas dan roti buns yang dibelinya tadi. Sesekali melihat ke layar ponsel nya. Berharap ada telpon atau sms dari Sam.
Kristin merebahkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya melayang, mengingat omongannya Nino mengenai sikapnya yang keras kepala.
‘Apa bener gue keras kepala...separah itu to. Sampe-sampe cowok milih lari dari gue, tapi kan gue setia. Gue gak pernah sekalipun ngianatin cowok gue. Yang ada mereka yang selalu berpaling di belakang gue.’ batin Kristin terus bertanya-tanya.
Menarik nafas dalam dan melepasnya dengan lega.
‘Gue keras kepala juga karena didikan Papa... kata Papa jangan pernah ngerasa takut kalau benar, jangan pernah ngerasa salah kalo kita gak pernah ngelakuinnya. Harus berani terima apapun akibatnya. Berani berbuat berani tanggung jawab.’
Terus saja memikirkan semua yang dikatakan adiknya, karna apa yang dikatakan Nino kadang ada benarnya.. Sampai lamunanya pecah gara-gara bunyi notifikasi sms.
[Kapan balik Semarang?] hanya nomor tak dikenal yang mengirimnya. Kristin mengabaikannya hanya dibaca tanpa dibalas.
Lagi, notifikasi sms dari nomor yang sama.
[Sombongnya… Ok deh... next time kalo ketemu pasti kamu jadi punya ku.] Kristin masih cuek tak peduli. Yang ada dia malah tertidur dengan tv yang masih menyala.
******
Sudah hampir satu minggu Sam tak kembali, tidak ada kabar juga. Kristin mulai penasaran kenapa Sam menghilang.
Kristin menghubungi Dennis berharap dapat kabar atau apalah...
Selesai kerja Kristin datang ke kampus Dennis menanyakan kabar Sam. Mereka bertemu di sebuah kantin di dalam area kampus.
Dennis melambaikan tangannya pada Kristin. Ia pun segera menghampirinya.
“Sendiri lo? dari mana?" tanya Dennis bertubi-tubi.
"Bisa gak, satu-satu tanyanya." jawab Kristin sambil menarik sebuah kursi di hadapan Dennis.
"Sorry, lama gak ketemu lo. Gue jadi kangen." Dennis langsung menempelkan pipinya pada pipi Kristin.
Belum sempat mendaratkan pipinya Kristin mendorong pipi Dennis.
"Nyosor aja lo." sarkasnya.
"Dikit lah, masa gak boleh." rengek Dennis.
"To the point aja dah, lo tau Sam kemana?" Kristin mengabaikan permintaan Dennis.
"Tuh, kan. Sam lagi, Sam lagi." ucap Dennis kecewa.
"Tujuan gue kesini kan emang mau tanya soal dia, Denok." ledek Kristin.
"Mana gue tau. Yang gue tau, dia kalo gak di kontrakan bareng lo, ya...di rumah nya Rika." Dennis keceplosan.
"Rika? Maksud lo… Erika dosen kalian itu?” tebak Kristin.
"Sstt… jangan kenceng-kenceng." Dennis langsung mendekap mulut Kristin takut ada yang denger.
Segera Kristin menepis tangan Dennis.
"Apaan sih lo. Gue dah tau kali, gak usah ditutupin." ucap Kristin kesal.
"Iya, gue tau lo udah tau soal Rika. Tapi ,anak-anak di kampus ini kan belum ada yang tau." Dennis merendahkan volume suaranya
"So, ada kemungkinan dia masa Rika sekarang kan?” tebak Kristin.
"Kalo itu gue gak jamin sih… Tapi kalo lo mau tau, kenapa gak ke tempat kerjanya Sam… Bukanya deket sama cafe tempat lo part time..." saran Dennis.
Kristin terdiam sejenak.
"Iya juga ya... trus ngapain gue repot-repot ketemu lo."
"Kalo lo nemuin gue kan karna lo kangen sama gue...hehehe..." goda Dennis dengan wajah mengharap.
"Hehehe…” Kristin menirukan gaya ketawa Dennis.
“Mingkem. Gigi lo kuning tuh… Nyengir aja kaya kuda." gertak Kristin.Dennis langsung mengkerut di getak Kristin.
"Lo mah, gitu sama gue… gak pernah mesra, sekali aja.." Dennis menunjukan puppy eyes nya.
"Sekali lo tunjukin muka lo yang kaya gitu, gue colok lo!!" ancam Kristin.
"Emang ya, lo nih kejam. Gak sayang ama gue,besok lagi kalo lo cari gue , gue mau ngilang ditelan bumi." Dennis balik ngancam.
"Sebelum lo ditelan bumi yang ada lo ditelan emak lo, mau?" ledek Kristin terkekeh melihat tingkah Dennis yang merajuk.
Mereka pun melanjutkan guyonan recehnya. Dan Dennis mengantarkan Kristin pulang.
Dennis menunggu Kristin yang tengah bersiap lagi berangkat kerja part time. Dan lagi-lagi mengantarkan nya ke tempat kerjanya.
"Makasih ya, Denok. Muah..." Kristin mengecup pipi Dennis tiba-tiba.
Muka Dennis bersemu merah senyum pun mengembang lebar mirip kue yang kebanyakan baking powder.
"Sering-sering ya, Kris… Gue kan jadi semangat,” kata Dennis berbunga-bunga.
"Maunya tuh… dah bye." Kristin melanjutkan langkahnya meninggalkan Dennis.
Kristin memasuki loker tempat kerjanya untuk berganti seragam kerjanya. Dilihatnya lagi ponsel miliknya, satu pesan masuk. Yang lagi-lagi dari nomor yang tak dikenalnya.
[Jangan lupa kalo pulang kabari aku.] isi dari pesan itu. Kristin pun makin penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments