Setelah berminggu-minggu tak ada kabar akhirnya Sam memberanikan dirinya untuk menghubungi Kristin.
Bert, bert, bert.
Panggilan masuk di ponsel Kristin.
"Oi! Yang punya hp kemana nih? Ada telpon!" teriak salah satu teman kerja Kristin.
"Ya. I'm here!" seru Kristin berlari dari arah toilet.
"Siapa yang telpon?" tanya Kristin pada temannya itu.
"Mana gue tau? Lagian ngapain juga hp lo tinggal, kalo ilang gimana?" jawab nya santai.
"Gue habis buang hajat, kali," sahut Kristin gak kalah jutek.
Kristin berjalan menjauh dari ruangannya. Membuka panggilan masuk tadi.
"Sam?" gumamnya dalam hati.
"Apa perlu gue telpon balik, ya. Ah, bodo amat. Suruh siapa selama ini ilang, jual mahal dikit gak pa-pa dong." Kristin memasukan ponselnya dalam saku celananya lagi
"Kris." Niko tiba-tiba muncul dari belakang, membuat Kristin salah tingkah.
"Eh, mas bos." Kristin nyengir kuda karna ketahuan sedang mojok.
"Ngapain lo disini?" tanya Niko menyelidik.
"Anu. Ini, tadi angkat telpon." sahut Kristin.
"Telpon? Dari siapa emang?" Niko penasaran.
"Em, itu." Kristin bingung mau jawab apa.
"Sam ya." tebak Niko.
"Jual mahal dikit lo sama dia, kan dia juga yang ninggalin lo selama ini." lanjutnya sambil berlalu meninggalkan Kristin.
Dalam hati Kristin berkata.
'Dari mana dia tau kalo gue juga mau jual mahal dulu... Jangan-jangan dia nyambi jadi duku. Bodo amat ah.'
Kristin pun kembali ke ruang kerjanya.
****
Medan
"Sudah kau telpon cewek mu?" tanya Joe sambil menyeret koper Sam.
"Gak di angkat sama dia, mungkin dia lagi sibuk." jawab Sam memasukan ponsel nya dalam kantong celananya lagi.
"Ya sudah, nanti kalau kau sudah sampai Jakarta kau telpon lagi dia. Jangan kau gantung dia seperti itu, kasihan."
"Hmm. Bang Joe." Sam seperti ingin mengatakan sesuatu.
"Ya. Ada apa?" Joe balik bertanya, karena melihat wajah Sam yang ingin mengatakan sesuatu.
"Makasih ya." Sam mengucapkan terimakasih pada Joe karena telah mendukungnya
"Untuk apa?" Joe berlaga tak tau apa-apa.
"Udah bantu gue kemarin. Kalo gak ada abang, pasti Vincen akan terus paksa gue sama perempuan itu." terang Sam.
"Sudah lah. Bukanya kalo bersaudara harus saling bantu." Joe tersenyum.
"Oh, ya. Nanti di Jakarta gue harus hubungi siapa?" Sam bingung.
"Hmm, nanti ada orang yang jemput kau disana. Tenang saja." jawab Joe santai sambil menyerahkan tas koper Sam.
"Maksudku, siapa yang jemput di sana? Gimana juga gue tau kalo orang itu jemput gue?" lanjut Sam.
"Hahaha… aku lupa kalau kau belum pernah ketemu dia…" Joe tergelak sendiri.
"Namanya Dion dia teman kuliah ku dulu. Dia bawa papan nama kau nanti." jelas Joe.
"Hais. Malu-maluin aja, macam orang penting aja ini." Sam menatap jengah abangnya.
Joe pun hanya tertawa tanpa dosa.
****
Sesampainya di Jakarta Sam disambut oleh Dion sahabat abangnya itu.
"Sam..." sapa Dion ramah dari kejauhan.
"Oi! Bang Dion?" sahut Sam menebak sosok yang baru ditemuinya.
"Ya. Gue disuruh Joe jemput lo. Sebenarnya agak bingung juga sih. Kenapa harus gue, kenapa dia gak nyuruh anak buahnya jemput lo aja. ah bodo lah, yo kita kemon." Dion pun mengajak Sam kerumahnya.
Selama perjalanan Sam masih memikirkan kata-kata Dion soal anak buah abangnya.
'Sebenarnya abang gue kerja apa sih? Kok kata Dion dia punya anak buah. Ah... sudahlah, biar aja. Yang punya anak buah kan dia kenapa gue mesti pusing mikirinnya.' ucap Sam dalam hati.
"Oh, ya, Sam. Nanti lo, gue tinggal dulu ya di rumah sendiri. Gak pa-pa kan?" Dion membuyarkan lamunan Sam.
"Heh? Ya, gak pa-pa santai aja." sahut tergagap.
Sesampainya di rumah Dion Sam dipersilahkan istirahat di kamar tamu miliknya.
Meski rumah Dion gak terlalu besar dan mewah tapi setidaknya rumah itu nyaman ditempati.
"Ok. Lo istirahat aja dulu, gue pergi sebentar. Kalo lo butuh apa-apa lo bisa hubungin gue aja nih no hp gue save, ya." ucap Dion yang merebut hp Sam dan mengetik no ponsel nya agar Sam gampang menghubunginya.
"Hah. Iya, gue save." Sam melongo saat ponselya direbut aja sama Dion.
Dion pun pergi meninggalkan Sam. Selang beberapa jam setelah Sam beresin bawaannya ia pun pergi mandi.
Lama Dion meninggalkan dirinya. Sam pun menyibukan dirinya sendiri.
Tiba-tiba ia teringat pesan kakaknya untuk segera memberi kabar pada Kristin.
"Gue musti bilang apa ya, sama dia. Bingung sendiri nih. Ah, coba aja dah telpon dulu ntar juga keluar sendiri mau ngomong apa."
Sam mulai membuka kontak ponsel nya. Dengan ragu ia mencoba menekan tombol telepon pada nama Kristin.
Tert, tert, tert.
Tersambung, tapi tiba-tiba dimatikan lagi oleh Sam. Begitu terus sampai tiga kali.
Dan tiba-tiba saja telepon Sam balik berdering. Sam yang saat itu sedang memandangi benda mungil miliknya. Ia pun terkejut pas ada telpon masuk dan tanpa sengaja ponsel nya terlepas dari tangannya.
Prak.
Ponselnya jatuh kelantai.
" Asss! Apaan coba, pake jatuh segala, mati dah." Sam mencoba merakit ponsel kecilnya kembali ( masih hp jadul ya… belum yang android, maupun yang merk buah itu ya.) dan menyalakannya lagi.
"Untung aja masih bisa nyala. Aduh, pasti Kristin ngamuk nih. Gimana nih?" Sam masih bingung sendiri.
Tak lama kemudian ponselnya kembali berdering lagi, Sam segera menjawabnya tanpa melihat layar siapa yang menelpon nya itu.
"Hallo sayang, maaf tadi hp ku jatuh. kamu apa kabar, sayang?" sapa Sam tanpa basa-basi.
"Sam. Sehat? Aku masih normal Sam." terdengar suara bass dari seberang telpon.
Sam menjauhkan ponselnya dari telinganya melihat ke layarnya jelas tertulis 'abang Joe'.
Sam langsung menepuk jidatnya sendiri.
"Adeh. Goblok banget sih gue." Sam malu dengan tingkahnya sendiri.
"Hahaha… ketauan ya, kau. Pasti dari tadi nungguin telpon pacar kau, ya?" terdengar suara tawa bang Joe girang memergoki adeknya salah tingkah.
"Ah. Kau bang, bikin gue malu aja." sahut Sam.
"Ya, ya. Gimana, kau sudah di rumah Dion kan?" tanya Joe memastikan.
"Ya. Sudah dari tadi gue disini, tapi Dion malah ninggalin gue sendiri disini. Mana laper lagi, gak ada makanan. Kulkas adanya air putih doang." gerutu Sam sambil membuka pintu kulkas dan melongok melihat isinya hanya botol berisikan air putih.
"Sabar lah, sebentar lagi dia pasti balik bawa makanan buat kamu. Oke deh kalo gitu, salam saja buat Dion. Bilang sama dia, mungkin lusa aku datang." sambung Joe sebelum mengakhiri telpon nya.
"Segitu aja? Gue kira lo mau ngomongin apa? Ya deh, ntar gue sampein." balas Sam dengan nada kesal.
"Oh, ya. Satu lagi, buruan kau telpon tuh sayang kamu tadi, sebelum dia ngambek." ledek Joe sambil terkekeh.
"Iissh, udah ngambek kali. Lo sih, pake telpon gue segala. Udah ah." Sam pun mematikan sambungan telepon.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments