Bab XI

Matahari mulai meredup, Kristin bersiap untuk pulang menuju kontrakannya menunggu angkutan yang akan membawanya. Ia duduk sendiri melayangkan lamunan, membayangkan apa yang akan ia katakan pada mamanya. Masih dengan lamunan nya hingga angkutan yang ia tunggu pun datang. Kristin melangkah menaiki angkutan tersebut. Sesampainya dirumah kontrakan Kristin mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru rumah mencari sosok Sam yang biasanya sudah menunggunya disana.

Kristin menghembuskan nafasnya dengan berat menyandarkan dirinya diatas sofa, memejamkan matanya sekejap membuang penat akibat banyaknya pekerja nya tadi. Ia bangkit mengambil ponselnya yang disimpannya dalam tas. Melihat isi pesan yang dia terima.

[Mama perjalan ke tempatmu. Kamu ada dirumah kan?] isi pesan dari mama.

[Ya, bawain makanan ma.] balas Kristin mengingat tak ada stok makanan di kontrakannya.

[Ya, mama udah tau.] seperti sudah hafal kalo anaknya akan meminta dibawakan makanan.

Kristin meletakan kembali ponsel nya berniat untuk mandi. Selesai mandi ia kembali lagi dengan kegiatannya membersihkan ruangan-ruangan dalam rumah itu.

Berhenti sejenak pandangannya tertuju pada foto yang terpampang di depannya. Foto dirinya bersama Sam, lelaki yang telah menemaninya selama beberapa bulan ini.

Lelaki yang dengan sabar menghadapinya, lelaki yang selalu mengingatkannya untuk selalu berdoa kepada Tuhannya,lelaki yang selalu marah saat dirinya menginginkan makan mie instan dua bungkus sekaligus.

Lelaki yang saat pertama bertemu tidak menggunakan kesempatannya untuk menidurinya padahal tau kalo dia sedang lemah.

Air matanya menetes membayangkan jika mereka terpaksa berpisah. Segera ia hapusnya air mata itu mendengar ada orang yang mengetuk pintu rumahnya. Ia pun segera membukanya.

"Ya bentar!” teriak Kristin dari dalam rumah.

"Lama banget, lagi ngapain sih?" tanya si mama saat Kristin sudah membukakan pintunya.

"Lagi dibelakang, pipis. Nino mana?" Kristin melongokan kepalanya keluar pintu mencari sosok adiknya.

"Noh, lagi beli siomay." tunjuk si mama dengan kepalanya.

"Nin. Mau dong satu komplit,  gak pake kecap!" seru Kristin dari ujung pintu rumahnya.

Kristin mempersilahkan mamanya masuk kedalam rumah kontrakannya. Meletakan barang bawaannya dan mengedarkan pandangan ke segala penjuru.

"Kamu sendiri disini?" tanya si mama penasaran. Mengingat rumah itu cukup untuk dua orang.

"Gak. Ada temen sih, tapi lagi pulang." Kristin mencoba berbohong.

"Kuliahmu gimana?" tanya mama lagi, yang ingin tau kabar sekolah anaknya.

"Udah." jawab Kristin malas, ia pun ikut duduk di sofa samping mamanya.

"Maksudnya udah itu apa?" tanya mama lagi yang mendesak Kristin agar mau jujur.

“Udahan, mama gak usah bayar lagi." Kristin masih saja berkilah.

"Kenapa? Jangan bilang kamu di DO." tegas si mama.

"Ma, tempat itu ternyata cuma sebuah agensi aja. Percuma kita buang duit banyak." Kristin mulai kesal membahas tentang sekolahnya.

"Maksud kamu tuh, apa sih?" si mama mendesak.

"Besok aja aku jelasinnya, kalo sekarang percuma tempatnya tutup udah mau malem juga." Kristin meninggalkan mamanya sendiri di ruang tengah.

Kristin berjalan menuju dapur mengambil piring untuk tempat makanan yang dibawakan mamanya. Ia kembali keruangan tadi berbaur dengan adik dan mamanya.

"Tuh siomay punya mu." tunjuk Nino pada siomay yang dia belinya.

"Kata Nadien kamu putus sama Justiar. Apa bener?" tanya mama

“Hmm..." Kristin mengangguk sambil membuka bungkusan siomaynya.

"Apa gara-gara kamu putus, terus kamu udahan kuliahnya?" cerca mama.

Kristin menaruh kembali bungkusan itu dengan jengah.

"Gak ada hubungannya sama dia. Aku gak lanjutin karna udah selesai semua materinya. Gak usah lha bahas dia, bikin eneg aja."

Mama menatap wajah kesal anaknya yang keras kepala itu. Ia tak melanjutkan pertanyan mengenai hubungannya dengan Justiar.

"Kalo kamu udah gak kuliah mendingan kamu pulang aja. Ngapain masih disini?" mama tau ada yang disembunyikan Kristin.

"Aku kerja mah, lagian aku juga masih baru. Gak mungkin aku keluar." jelas Kristin.

"Mau sampai kapan? Bukannya, gaji disini lebih sedikit." lanjut mama.

Kristin menarik nafas panjang, terlihat ia mulai tidak nyaman dengan keberadaan mamanya.

"Nin, lo kalo kuliah disini mau tinggal dimana?" Kristin mengalihkan pembicaraan.

"Ya mana lagi. Kalo ada kamu, ya paling mama suruh bareng kamu." sahut Nino yang sedang asik dengan siomaynya.

"Semoga aja lo keterima disini, jadi gue gak mesti pulang ke Semarang." Kristin melirik kearah mamanya.

Mama Kristin paham dengan sikap yang Kristin tunjukan ia pun mengalah untuk tidak melanjutkannya.

Masih dengan sikap saling cuek bikin Kristin makin salah tingkah sendiri. Mungkin kalo sama temen yang seumur Kristin bakal betah, tapi ini sama nyokapnya sendiri anjir.

Kristin merapikan piring bekas makan mereka.

"Mama nginep sini kan?" tanya Kristin yang berusaha netral.

"Hemm." jawab mamanya singkat menunjukan ekspresi datarnya.

"Nin, lo tesnya cuma sehari ini aja, apa masih ada lagi besok?" basa basi yang basi Kris.

"Hari ini aja kok. Besok rencananya mau jalan-jalan sama mama. Kamu bisa ikut mba?" tanya Nino dengan polosnya.

"Bisa sih, kalo di ijinin mama ikut." sindir Kristin yang melirik ke arah mamanya.

"Kok mama yang dibawa-bawa, kalo kamu mau ikut ya ikut aja."

"Yakin nih aku boleh ikut." Kristin meyakinkan.

"Ya, ya." jawab mama berlalu masuk kedalam kamar Krustin.

Malam pun semakin larut Kristin masih terjaga. Ia sedang asik berkirim pesan dengan Sam. Berandai-andai mereka terpisah karan Kristin disuruh pulang dan menetap di kota asalnya.

Sam yang membaca pesan tersebut hanya terdiam tak dapat melanjutkan kata-katanya. Tak tau akan berkata apa, tiba-tiba jiwanya seperti kehilangan nyawanya.

Kristin yang menunggu balasan dari Sam tidak sabar akhirnya ia menelponnya.

"Sam, kok gak dibales?" tanya Kristin kesal.

"Heh, mau balas apa? Aku bingung." jawab Sam yang benar-benar bingung mau menjawab apa.

"Bingung kenapa? Kamu marah?" Kristin malah menuduh Sam sedang marah padanya.

"Marah? Untuk apa?" kali ini mungkin Sam akan terpancing marah.

"Aku kira kamu marah." lanjut Kristin santai.

"Kris, bisa gak, kita gak bahas soal LDR." Sam mulai ragu tentang hubungannya dengan Kristin.

"Hm, baiklah. Terus kita mau bahas apa?" tanya Kristin bego.

"Bahas pernikahan kita gimana?" Sam kembali mengungkit tentang perjanjiannya dulu.

"Nikah? Gila pa? Umurmu tuh berapa?" Kristin seolah lupa dengan perjanjian mereka.

"Heh. Umur bukan patokan orang siap untuk menikah, sayang." lanjut Sam.

"Ya, ya, aku ngerti."

"Coba aja kalo misal kamu nikah sama orang umurnya lebih tua dari aku, belum tentu juga dia bisa lebih dewasa dari aku." Sam mulai dengan andai-andainya.

"Siapa juga yang mau nikah sama orang tua, mending yang seumur." sahut Kristin geli mendengar omongan Sam.

"Berarti aku gak masuk kriteriamu dong." kata Sam lemas, mengingat umurnya lebih muda dari Kristin.

"Ya, bukan gitu juga. Aku gak mau punya suami terlalu tua. Apalagi terlalu muda, kalo kamu kan bisa dibilang seumuran sama aku." jelas Kristin.

"Syukur deh kalo aku masih masuk kriteria." Sam sedikit lega dirinya masih masuk kriteria untuk jadi suami Kristin.

Dari arah kamar mama Kristin keluar berjalan menuju kamar mandi.

"Sam, udahan ya. Mamaku bangun, gak enak kalo ketauan." suara Kristin berubah pelan takut kalo mamanya memergokinya.

"Ya. Salam ya, buat calon mertua." sahut Sam yang ikut berbisik.

"Apaan seh kamu genit, ya dah."

"Bey, met bobok, mimpi indah. Muach." terdengar suara kecupan dari jauh.

"Muach...juga." balas Kristin geli.

Kristin segara memutuskan sambungan teleponnya. Ia pun kembali ke kamarnya mencoba untuk tidur. Tapi tetap saja dirinya masih terjaga. Hingga si mama masuk lagi dalam kamar itu.

"Kamu belum tidur juga?" tanya mama yang mulai merangkak naik ke atas tempat tidur.

"Mama habis ngapain?" tanya Kristin curiga.

"Kencing. Kamu sendiri habis telpon sapa malam-malam gini?" tanya mama memancing.

"Mau tau aja nih mama. Udah ah, tidur." Kristin memeluk gulingnya.

Kristin menutup dirinya dengan selimutnya. Diikuti dengan mamanya.

Episodes
1 Bab I
2 Bab II
3 Bab III
4 Bab IV
5 Bab V
6 Bab VI
7 Bab VII
8 Bab VIII
9 Bab IX
10 Bab X
11 Bab XI
12 Bab XII
13 Where are you...
14 Mencari jejakmu
15 Episode 16
16 Ayo neng kita ajojing...
17 Bahagia itu kaya kita
18 Ternyata
19 I'm back
20 I still love you.
21 Masih Ada waktu
22 Sedikit Saja
23 Yang Terakhir.
24 Sahabat bagai kepongpong.
25 Memory Kelam Kepongpong
26 Selamat, Bisa Pulang.
27 Maafkan Author ya...
28 Cari Jasa Sewa.
29 Nomor Asing.
30 Mandi Dulu.
31 Kejujuran Sam.
32 Putus Lagi.
33 Sembunyi.
34 Ketahuan.
35 Awasi Dia.
36 Flash back Kristin
37 Butuh Waktu Sendiri.
38 I Need You.
39 Dapat Kerjaan.
40 Sisi Lain Vikki
41 Perhatian Vikki.
42 Sepatu Baru.
43 Tawaran Nikah Lagi.
44 Niko Marah.
45 Niko.
46 Sakit di Dada.
47 Tugas Negara.
48 Mari Bercinta.
49 Tertangkap Basah.
50 Tolongin Gue.
51 Curi Pandang.
52 Siapa Vikki?
53 Aku Pergi.
54 Ketemu Mas Narsis.
55 Belajar Karakter Cewek.
56 Ada Yang Pamit.
57 Kehilangan Lagi.
58 Keep On Moving
59 Awas Aja.
60 Nonton Bioskop.
61 Kepastian.
62 Debat.
63 Pengen Tau.
64 Percuma Akting
65 Mengakhiri Drama.
66 Tumben Sendiri.
67 Party.
68 Tuduhan Salah Alamat
69 Ya. Aku Mau.
70 Telat Jemput.
71 Bikin Anak.
72 Keabsurdan.
73 Pasangan Aneh.
74 Akhirnya Tahap Satu Terlewati.
75 Bukan Kesalahan.
76 Menghilang Semua.
77 Perkenalan.
78 Panik Gak!?
79 Solusi Sementara.
80 Maaf.
81 Mulai Selingkuh.
82 Permainan Sampah.
83 Tanda Apa Itu?
84 Terjebak Hujan.
85 Melamarmu.
86 Jengkel
87 Cuek
88 Masih Aja Cuek.
89 Apa benar?!
90 Di Acc.
91 Terpaksa Putus.
92 Mungkin Akhir Cerita Cinta
93 Bobby Curhat.
94 Dijebak Bobby.
95 Jadi Anak Kost.
96 Mabuk Bareng.
97 Kristin Kembali.
98 Waktunya Tanggung Jawab.
99 Obrolan Penting.
100 Sidang Perdana.
101 Sidang Babak kedua.
Episodes

Updated 101 Episodes

1
Bab I
2
Bab II
3
Bab III
4
Bab IV
5
Bab V
6
Bab VI
7
Bab VII
8
Bab VIII
9
Bab IX
10
Bab X
11
Bab XI
12
Bab XII
13
Where are you...
14
Mencari jejakmu
15
Episode 16
16
Ayo neng kita ajojing...
17
Bahagia itu kaya kita
18
Ternyata
19
I'm back
20
I still love you.
21
Masih Ada waktu
22
Sedikit Saja
23
Yang Terakhir.
24
Sahabat bagai kepongpong.
25
Memory Kelam Kepongpong
26
Selamat, Bisa Pulang.
27
Maafkan Author ya...
28
Cari Jasa Sewa.
29
Nomor Asing.
30
Mandi Dulu.
31
Kejujuran Sam.
32
Putus Lagi.
33
Sembunyi.
34
Ketahuan.
35
Awasi Dia.
36
Flash back Kristin
37
Butuh Waktu Sendiri.
38
I Need You.
39
Dapat Kerjaan.
40
Sisi Lain Vikki
41
Perhatian Vikki.
42
Sepatu Baru.
43
Tawaran Nikah Lagi.
44
Niko Marah.
45
Niko.
46
Sakit di Dada.
47
Tugas Negara.
48
Mari Bercinta.
49
Tertangkap Basah.
50
Tolongin Gue.
51
Curi Pandang.
52
Siapa Vikki?
53
Aku Pergi.
54
Ketemu Mas Narsis.
55
Belajar Karakter Cewek.
56
Ada Yang Pamit.
57
Kehilangan Lagi.
58
Keep On Moving
59
Awas Aja.
60
Nonton Bioskop.
61
Kepastian.
62
Debat.
63
Pengen Tau.
64
Percuma Akting
65
Mengakhiri Drama.
66
Tumben Sendiri.
67
Party.
68
Tuduhan Salah Alamat
69
Ya. Aku Mau.
70
Telat Jemput.
71
Bikin Anak.
72
Keabsurdan.
73
Pasangan Aneh.
74
Akhirnya Tahap Satu Terlewati.
75
Bukan Kesalahan.
76
Menghilang Semua.
77
Perkenalan.
78
Panik Gak!?
79
Solusi Sementara.
80
Maaf.
81
Mulai Selingkuh.
82
Permainan Sampah.
83
Tanda Apa Itu?
84
Terjebak Hujan.
85
Melamarmu.
86
Jengkel
87
Cuek
88
Masih Aja Cuek.
89
Apa benar?!
90
Di Acc.
91
Terpaksa Putus.
92
Mungkin Akhir Cerita Cinta
93
Bobby Curhat.
94
Dijebak Bobby.
95
Jadi Anak Kost.
96
Mabuk Bareng.
97
Kristin Kembali.
98
Waktunya Tanggung Jawab.
99
Obrolan Penting.
100
Sidang Perdana.
101
Sidang Babak kedua.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!