Justiar terus memohon pada Kristin.
"Andai saja waktu masih bisa diputar aku janji aku gak akan mengkhianati kamu Kris..." ucap Justiar lirih, mendengar penyesalan Justiar Kristin makin muak.
"Tai … lo ngomong gitu karena udah terlanjur ketahuan, kan! Iya Kan?!" seru Kristin yang makin emosi.
"Maafin aku sayang ... lepasin Erni aku mohon ..." Justiar memegang kaki Kristin memohon.
Lagi-lagi tangan Justiar ditepisnya. Dan lagi-lagi Justiar ditendang sampai terjungkal. Sadar dirinyalah yang salah, Erni pun mengakuinya.
"Lakukan semaumu Kris … aku pasrah ... asalkan kamu bisa memaafkan aku dan Justiar..." lirih Erni yang sudah tampak lemas karena disiksa Kristin.
"Bahkan lo mati sekalipun gue gak akan maafkan kalian… PAHAM SUN****." Kristin menendang muka Erni hingga membuat Erni pingsan.
"Erni!!" pekik Justiar "Kristin!! Aku mohon hentikan." Justiar terus-terusan memohon.
Tangan kanan Kristin tengah membawa batu kali berukuran cukup besar. Melihat Justiar yang sedang memohon untuk Erni emosi Kristin makin besar. Batu yang di tangannya hampir di hujamkan ke arah kepala Justiar. Tapi tangannya dicegah dari belakang oleh Dennis.
"Kristin, apa lo gak kasian sama mereka?" Dennis menghentikan perbuatan Kristin.
"Meski mereka mati gue gak akan pernah maafin mereka. Lepasin tangan gue.. LEPASIN!!" Kristin menghempaskan tangan Dennis.
"Gue bakal lepasin asal lo janji gak nekat kaya gini, kalo lo nekat lo juga yang rugi." bujuk Dennis.
Kristin menghempaskan batu yang dipegangnya. Tubuhnya menjauh dari Justiar dan Erni.
Justiar yang masih tampak sadar langsung memeluk tubuh Erni yang melemah. Kristin melirik melalui ekor matanya. Baginya pemandangan itu sangat menjijikan. Ia lalu meninju kaca jendela pos ronda yang ada di dekatnya.
"Prang..."
Perban yang membalut lukanya kembali basah karena darah yang mengalir.
Ia langsung meninggalkan tempat itu tanpa berpamitan.
Dennis yang melihat Kristin pergi hanya memandang punggung Kristin yang makin menjauh. Dalam hatinya berkata
"Andaikan gue dulu berani menyatakan cinta lebih dulu mungkin lo gak akan sekecewa sekarang."
*****
Di sebuah club.
Kristin yang kalut melangkahkan kakinya menuju club langganannya.
Ia meminum alkohol sendiri. Dan hingga akhirnya seseorang menghampirinya.
"Kristin, tumben minum sendiri." sapa laki-laki berbadan tegap yang sepertinya mengenal Kristin.
"Hm...ya..." jawab nya singkat tanpa memperdulikan lelaki yang ada disampingnya.
"Justiar. Ya... pacar kamu Justiar kan?" tanyanya lagi.
Kristin tersenyum sinis.
"Mati kali, diseret anjing… heeh..." sepertinya Kristin sudah mulai mabuk.
"Kalian lagi berantem? maaf kalo gitu." lanjutnya yang hendak meninggalkan Kristin.
Kristin memicingkan matanya mencoba mengenali wajah laki-laki yang ada di sebelahnya.
"Lo..." belum sempat Kristin berkata laki-laki itu langsung menjawab.
"Sam, Samuel Edricko. Kita pernah ketemu di gereja." cowok ganteng itu mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
"Gereja? Heh, sudah lama gue gak pernah kesana, apa kabar mereka?” Kristin mulai ngelantur.
"Kris, kamu mabuk??" tanya Sam sambil melongok wajah Kristin yang tampak tertunduk.
"Hahaha… gue? Mabuk? Kalo gue mabok gue gak akan sampai di sini." Kristin terus meracau tak jelas.
"Berapa banyak dia minum?" tanya Sam pada bartender di depannya.
"Hampir satu botol black label dia minum sendiri." jelas sang bartender menunjuk botol minuman beralkohol yang ada dihadapan Kristin.
Kristin memang sudah tampak kacau. Mukanya merah dan matanya sudah hampir tak mampu lagi dia buka.
"Kalian saling kenalan kan, mending lo antar dia pulang aja dari pada dia dibawa orang nanti." kata bartender itu khawatir.
"Anter pulang? Kemana?" Sam malah bingung.
"Kemana kek, hotel mungkin.” sahut si bartender.
Sam menjambak rambutnya sendiri. Ia tampak bingung harus bawa Kristin kemana.
Tanpa pikir panjang Sam membawa Kristin keluar dari club tersebut. Dibawanya Kristin pulang ke hotel dekat dengan kosannya.
Sam menggendong Kristin masuk kedalam kamar hotel lalu merebahkannya.
"Jangan pergi, aku mohon..." terdengar suara lirih keluar dari mulut Kristin.
Pergelangan tangan Sam digenggam oleh Kristin.
Sam mendekati Kristin dan duduk disampingnya. Tangan Kristin langsung memeluk pinggang Sam. Dan terdengar lagi suara lirih Kristin yang memohon.
"Jangan pergi, temani aku sebentar saja… satu jam saja."
Sam yang mendengar ucapannya iba. Ia pun kembali duduk bersandar di ranjang.
Kristin terlelap dalam pelukan Sam.
Saat Sam hendak melepaskan pelukan Kristin tangannya tak sengaja memegang tangan yang terbalut perban.
Dalam hatinya berkata, "Sebenarnya apa yang terjadi dengan hubungan kalian?"
Pagi menjelang, matahari mulai muncul dari peraduannya. Kristin terlihat menggeliat seperti kucing yang baru bangun dari tidurnya.
Ia melihat ke samping kanannya ada seseorang yang tampak asing baginya. Ia mencoba untuk bangkit dari tempat tidur tapi kepalanya masih pusing karena terlalu banyak minum alkohol semalam.
"Hmm… sudah bangun rupanya." ucap Sam yang setengah sadar.
Kristin mengangguk, sementara Sam bangkit dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi.
Disodorkannya air minum untuk Kristin.
“Minum, kepalamu pusing kan?" tanyanya.
"Semalam --" belum sempat Kristin menyelesaikan ucapannya Sam pun memotongnya.
"Semalam kamu mabuk, aku bingung mau bawa kamu kemana makanya aku bawa kamu kesini." terang Sam.
"Tenang aja semalam gak terjadi apa-apa antara kita. Aku cuma tidur disamping kamu aja. Not more!!" tegasnya.
Kristin tersenyum mendengar penjelasan dari Sam.
"Aku mandi dulu ya. Kamu istirahat aja dulu kalo masih pusing." Sam pun pergi mandi meninggalkan Kristin.
Kristin memandang balutan tangannya. Air matanya menetes mengingat kembali kejadian itu. Sakit rasanya hatinya tiga tahun menjalin hubungan dengan pasangannya mencoba untuk setia tapi malah dikhianati oleh pacarnya.
"Kamu mau mandi?" tanya Sam yang langsung terdiam melihat Kristin tengah menghapus air matanya.
Kristin bangkit dari duduknya dan mengambil handuk yang tergeletak di atas meja rias.
"Are you ok?" tanya Sam sekali lagi.
"I'm ok." jawab Kristin singkat lalu pergi mandi.
Dibawah guyuran shower Kristin menangis sejadi-jadinya. Berkali-kali ia memukul-mukul tembok dihadapannya hingga membuat lukanya kembali mengeluarkan darah.
Sam menyandarkan tubuhnya ke pintu kamar mandi. Ia mendengar tangis Kristin yang menyakitkan. Ia pun ikut meneteskan air matanya entah apa yang terjadi hatinya ikut merasakan sakit.
Shower dimatikan Sam segera menjauhkan tubuhnya. Kristin keluar dari kamar mandi dengan handuk melingkar di tubuhnya. Terlihat mata Kristin sembab dan merah.
Sam yang saat itu masih memakai handuk di pinggangnya mendekati Kristin.
Kristin menundukkan wajahnya menahan diri untuk tidak menangis. Tiba-tiba Sam memeluk tubuh Kristin. Dan seketika tangis Kristin pun pecah.
Kristin membalas pelukan Sam. Bahkan ia menenggelamkan dirinya dalam pelukan Sam. Sam mengecup pucuk kepala Kristin.
"Menangislah, jika itu membuatmu nyaman." ucap Sam sambil mengelus punggung Kristin.
Lebih dari sepuluh menit mereka berpelukan. Dan dering suara ponsel milik Kristin menyadarkan mereka. Kristin melepaskan pelukannya dan pergi meninggalkan Sam yang masih berdiri didepan kamar mandi.
"Halo, ya… benar, hari ini? Baik, jam 10 ya bu. Baik, saya segera kesana." Kristin mematikan saluran telepon nya.
"Siapa yang telepon?" tanya Sam.
"Agensi ku, hari ini ada interview. Kamu bisa anterin aku?" jawab Kristin.
"Kemana?" sambung Sam.
"Hotel Sheraton." jawab Kristin yang berjalan menjauh dari Sam.
"Baiklah, aku ganti baju dulu." Sam pun ikut menjauh dan saling berganti pakaian mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
dhapz H
moga sam baik
2022-04-04
1