Perusahaan Wijaya.
Tony adalah seorang pemimpin yang tidak menerima kesalahan sedikit pun dalam hal pekerjaan, apalagi jika untuk urusan pribadi.
Angga sedang melaporkan masalah tentang Amira yang sudah dibereskan, dia sudah dipecat dari pekerjaannya, tapi Amira tidak dilaporkan. Karena jika dilaporkan ke polisi, nantinya yang akan terkena imbasnya adalah Perusahaannya.
Tony hanya menyuruh Angga memecatnya saja, alih-alih melaporkannya ke polisi. Karena pasti permasalahannya juga akan menjadi panjang, lalu masalah dia memperk*sa dan menikah dengan karyawannya akan tersebar luas.
Dia menjanjikan kepada Neneknya akan menikahi wanita hamil itu, dengan syarat tidak ada orang lain yang akan tau dan Nenek nya pun menyanggupinya.
Tony tidak ingin beritanya tersebar, karena dia sebenarnya masih berharap tunangannya masih hidup. Dia tidak mau jika tunangannya itu masih hidup, lalu mendengar bahwa dia sudah menikah, tunangannya tidak mau kembali padanya.
Jadwal Tony selanjutnya adalah meeting dengan para bawahannya. Ketika salah satu manajer divisi perencanaan sedang melaporkan kinerja tim nya, Tony yang biasanya fokus dalam hal apapun, apalagi menyangkut soal pekerjaan malah melamun.
"Wanita itu makan hanya sedikit, lalu bagaimana dengan bayinya? Apakah bayi itu makan sedikit juga? Apa sekarang wanita itu sudah makan siang?." Dalam hatinya dia sedikit gelisah.
Angga yang melihatnya melamun, segera menyadarkannya.
"Ekhem....Bos." Bisik Angga.
Tony langsung tersadar dari lamunannya, dia segera menampakkan wajah dinginnya lagi, lalu menatap para bawahannya.
"Oke...meeting hari ini selesai, kalian boleh pergi!." perintahnya.
Semua orang pun bubar dengan rasa penasaran mereka pada CEO-nya, yang terkesan berbeda hari ini. Tapi tidak ada satu orang pun yang mau membahasnya, karena takut Bos-nya mendengar.
Angga juga heran, sebenarnya ada apa dengan sahabatnya ini?.
"Bos.....lagi mikirin apa sih?." Selidiknya.
"Mau tau aja, udah sana kerjain tugas kamu!." Tony tak mau jujur, dia langsung memerintah Angga agar tidak banyak bertanya lagi.
Akhirnya Angga pun pergi mengerjakan pekerjaannya.
Tony juga keluar dari ruang meeting dan masuk ke ruangannya sendiri.
Tapi dia sangat penasaran tentang kehamilan, akhirnya dia pun mencari di internet bagaimana dan seperti apa kehamilan itu.
Setelah 1 jam dia berselancar di internet, akhirnya dia menghela nafas. "Ternyata tidak mudah menjadi seorang wanita hamil."
Lalu dia bergumam. "Kenapa aku harus perhatiaan sama wanita itu, toh ada mama dan nenek yang mengurusnya." Ucapnya sambil menggeleng.
Tony pun sudah tak memikirkannya lagi, dia kembali fokus untuk bekerja, dia adalah orang yang tidak suka membuang waktu.
***
Kediaman Wijaya.
Sedangkan di rumah, Ara merasa lemas karena tidak bisa makan apapun. Apalagi muntahnya tidak berhenti, mama dan neneknya pun khawatir. Mereka berencana membawanya ke Dokter, tapi dia langsung menolaknya karena dia merasa akan baik-baik saja jika berbaring di ranjang.
Ara pun terlelap tidur siang, tanpa bisa makan apapun kecuali buah, itu pun hanya sedikit yang bisa masuk ke dalam perutnya.
Tony hari merasa ingin cepat pulang dan segera menyelesaikan pekerjaannya di kantor. Entah kenapa dia yang biasa hanya bekerja dan bekerja, hari ini begitu aneh ingin cepat pulang ke rumah.
Akhirnya jam 5 sore dia sudah sampai di rumah, orang rumah pun kaget, tapi mereka hanya tersenyum mengerti dan tidak mengatakan apapun.
Tony langsung pergi ke kamarnya, saat neneknya memberitahu kalau wanita itu tidak makan dari pagi dan hanya muntah. Ada rasa kasihan dan tidak tega pada wanita itu, bahkan dia sudah melupakan keinginannya waktu itu, saat dia menyuruh wanita itu menggugurkan kandungannya.
Dia sekarang benar-benar menyesalinya, karena bagaimanapun juga memang dia yang bersalah bukan wanita itu. Apalagi bayi itu adalah anaknya juga, dia sudah mulai menerima bahwa sebentar lagi akan menjadi seorang Ayah.
Sepanjang hari ini dia berpikir, jika tidak bisa menerima wanita itu sebagai istrinya, setidaknya dia akan mengakui darah dagingnya.
Saat Tony membuka pintu kamar tidurnya, terlihat wanita itu sedang terlelap tidur. Dia berjalan melangkah mendekatinya, lalu dia tak sengaja melihat air mata di sudut matanya. Akhirnya dia membelai pipinya, untuk menghapus air mata itu.
Tony terkejut saat tiba-tiba mata wanita itu terbuka, dia merasa malu dan juga canggung. Wanita itu juga menatapnya dengan heran, seperti banyak pertanyaan di dalam matanya padanya.
Tony yang merasa harus mencairkan suasana itu, langsung berbicara.
"Kata nenek kamu tidak makan dari pagi dan muntah terus, apa sekarang perutmu baik-baik saja? Bagaimana dengan bayinya? Apakah dia kelaparan? Apa bayi nya ingin makan? Jika ingin makan, katakan ingin makan apa? Aku akan membawakannya." Tony berkata tidak seperti biasanya yang selalu cuek, dia berkata begitu panjang lebar dan bawelnya.
Ara yang mendengarnya langsung bengong tak percaya apa yang di dengarnya, seorang pria angkuh sepertinya juga bisa perhatian. Apalagi lelaki itu berbicara begitu panjang lebar, sampai dia tak bisa menjawab perkataannya.
^Bersambung^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments