Kediaman Wijaya.
Ara yang terbangun pagi itu, merasa ada sesuatu yang berat di badannya. Dia membuka matanya dan melihat wajah seorang pria yang sangat dekat dengan wajahnya. Juga tubuhnya ada dalam pelukan laki-laki itu, dia langsung terkejut sampai berteriak.
"Aaaaaaaa........"
Mata Tony seketika terbuka, dia melihatnya dengan sama terkejutnya. Dia lalu menyadari apa yang sedang terjadi, dia pun segera menutup mulut wanita itu dengan tangannya.
"Sttttt.....jangan teriak, diam! Atau aku akan membuat kamu menyesal." Ancamnya.
Ara pun seketika terdiam, dia mengangguk karena dia benar-benar sudah ketakutan. Dia juga akhirnya teringat, kalau dia sudah menikah dengan lelaki di sampingnya ini.
Tony pun segera melepaskan tangannya yang menutupi mulut Ara, dia segera bangkit dari ranjangnya. Dia melangkah kakinya masuk ke dalam bathroom, tanpa menjelaskan apapun pada Ara yang masih terkejut.
Di dalam bathroom, Tony sedang memegang jantungnya yang berdegup kencang. Dia juga menatap ke arah bawah bagian tubuhnya. Dia melihat si Tony junior, yang sudah berdiri tegak dari saat bangun tadi.
"Shit, Si*l! Untung dia gak lihat." Gumamnya.
"Kenapa tubuhku bereaksi pada wanita itu? Tidak mungkin, juniorku bangun pasti karena ini pagi hari. Ya kan junior?" Gumamnya bertanya pada benda pusakanya, sambil sebelah tangannya masih memegang jantungnya yang berdetak kencang.
Sedangkan Ara yang baru tersadar dari keterkejutan, dia juga merasakan hal yang sama, jantungnya berdetak sangat kencang.
Setelah selesai mandi dan berganti pakaian Tony cepat-cepat keluar kamar, dia tidak ingin ada apapun yang terjadi dengan wanita itu lagi.
Ara juga langsung masuk ke bathroom, saat suaminya keluar dari sana. Bahkan sampai saat ini dia belum berani keluar dari bathroom, dia takut suaminya masih berada didalam kamar. Dia hanya takut Tony berbuat macam-macam padanya.
Saat Ara mendengar pintu kamar tidur terbuka lalu tertutup, dia langsung mengeluarkan kepalanya dari dalam bathroom dan memeriksanya. Akhirnya dia pun menghela nafas lega karena suaminya sudah keluar dari kamar, kalau tidak terbayang dia akan berdiam diri di kamar mandi entah sampai kapan.
Tony sedang berjalan turun di tangga dari lantai atas, setelah sampai di lantai bawah dia langsung mendekati meja makan. Disana sudah ada Nenek dan ibunya.
"Sayang....mana istrimu?." Tanya Mama nya.
"Ya, kenapa tidak mengajak istrimu turun? Dia juga harus sarapan!." Neneknya mendelik kesal padanya.
"Sana pergi, ajak istrimu turun!." Perintah Neneknya.
Tony hanya diam karena kesal, Ibu dan Neneknya sudah memarahinya pagi-pagi hanya karena wanita itu. Dia pun hendak berdiri dari duduknya, tapi terdengar suara langkah kaki turun di tangga. Dia pun duduk kembali, saat melihat wanita itu sudah turun sendiri.
"Sayang, sini ayo sarapan bareng sama Nenek....." Neneknya tersenyum sambil melambaikan tangannya.
Ara pun datang ke meja makan dan duduk di samping suaminya.
"Makan yang banyak, biar cicit dan cucu menantu kesayangan Nenek tidak kelaparan...." lanjut Neneknya memanjakan cucu menantunya itu.
Tony hanya berwajah dingin tanpa terganggu dengan kelakuan Neneknya, karena dia sudah berjanji pada Neneknya akan melakukan apapun keinginan Neneknya.
Mamanya tersenyum juga, karena dia berpikir akhirnya anaknya bisa melupakan tunangan masa kecil nya itu. Dia sudah lama memikirkan nasib anaknya yang tidak mau menikah, karena masih menunggu tunangannya itu.
Dia sangat merasa bersyukur kepada menantunya ini, tidak masalah meskipun menantunya bukan dari keluarga terpandang. Melihatnya sekali pun, dia tau kalau wanita yang sudah menjadi menantunya ini adalah wanita baik dan penyayang. Dia juga mendengar dari penuturan Ibu nya, bahwa menantunya lah yang telah menolong Ibunya.
Saat semuanya sedang fokus memakan sarapannya, tiba-tiba Ara berdiri dan lari dari meja makan sambil menutup mulutnya.
Nenek dan ibu mertuanya terkejut, lalu menyusulnya. Ternyata Ara pergi ke toilet, terdengar suara Ara yang sedang muntah dari dalam.
"Oekkkkk....Oekkkkk."
Neneknya pun mengusap punggungnya lembut, dengan wajahnya yang khawatir.
"Kamu sering mengalami Morning Sickness ya nak?." Tanya Neneknya.
Ara hanya mengangguk pelan, dia membersihkan mulutnya dan berkumur. Lalu dia keluar dari toilet bersama Neneknya.
Mama mertuanya yang diluar pintu juga khawatir, lalu mereka membawa Ara kembali ke meja makan, tapi Ara yang sudah berwajah pucat tidak bisa melanjutkan sarapannya.
Tony masih terdiam, tapi pandangan matanya menatap wajah wanita itu yang begitu pucat.
"Apakah sesakit itu, jika sedang mengandung?." Dalam hatinya dia penasaran.
^Bersambung^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
@ꪶꫝ༄Cherry🍒Chubby༄💕🇵🇸
iya lah onyet, lo kira pas bikin doang enak, pas isi , sumpah ini badan eh, tapi Alhamdulillah anak² pada gede sekarang 😁😁
2023-04-01
1