“Kau tidak perlu banyak tanya, kau ingin bertemu dengan anak pembawa si*l itu atau tidak?” tanya Arman yang semakin kesal.
Andhini mengurut dadanya saat mantan kakak iparnya memanggil putri kandungnya sendiri sebagai pembawa Si*l. Mereka pun menyetujui syarat yang di ajukan Arman, Indah langsung menyuruh pelayan untuk membawa Sabrina menemui mereka di ruang tamu.
Akhirnya, nona Sabrina bisa bebas juga dari sini. Aku sungguh tidak tega jika melihat nona Sabrina yang terus menerus mendapat hukuman dari Tuan dan Nyonya guman pelayan itu dalam hati merasa sangat iba pada Sabrina.
Adelia dan Indra mengintip dari kamar mereka.
“Kak, kalo si pembawa Si*l itu pergi. Nggak ada lagi yang bisa jadi mainan kita” kata Indra.
“bagus kalo si si*l itu angkat kaki dari sini. Mata kakak udah sangat sakit melihat, kamu jangan kuatir dek. Kita akan dapat banyak mainan saat kita udah pindah nanti ke australia” ujar Adel senang dan dengan sengaja mengeraskan suaranya agar terdengar oleh Sabrina yang melintas melewati kamar mereka.
Pelayan yang menggandeng tangan Sabrina terkejut saat mendengar penuturan Adelia. Mereka sengaja tidak memberitahu soal kepindahan Arman dan keluarga ke Australia.
“Bi...apa benar yang di katakan Adel. Kalo papa dan mama Indah akan pindah dari sini?” tanya Sabrina polos.
“I....i...iya non. Tuan dan nyonya akan pindah”
Sabrina sangat senang, dia sudah memikirkan hal apa saja yang akan di bawanya saat pindahan nanti.
Kasihan non Sabrina, maafkan bibi non tidak mengatakan halnyang sebenarnya. Bibi takut di pecat non kata pelayan itu dalam hati merasa iba.
Andhini dan Wiyasa sangat terkejut saat melihat keponakan mereka yang begitu mengenaskan. Badan Sabrina sangat kurus dan tidak terawat, rambutnya kusut.
“Astagfirullah....apa yang..” andhini kehilangan kata-kata saat melihat keadaan keponakannya.
Wiyasa tampak geram dan ingin sekali memukul Arman.
“Sekarang kalian bawa dia dan angkat kaki kalian dari sini” usir Arman pada Andhini dan Wiyasa.
Sabrina nampak kebingungan dan tidak mengerti dengan perkataan ayahnya. Andhini mendekati sabrina.
“nak...kamu ikut tante ya” Andhini mengajak sabrina untuk ikut dengannya.
“Maaf tante, tapi kenapa Sabrina harus ikut dengan tante? Sabrina kan akan ikut papa ke Australia” kata Sabrina polos.
Arman begitu panas saat Sabrina memanggilnya papa dan ingin menghajar Sabrina. Namun, Indah menghentikannya
“tenang mas. Sebentar lagi kita tidak akan melihat dia lagi, jangan sampai kita kena masalah mas atau semua rencana kita aka gagal mas” kata Indah
“Sayang....tante tahu kamu tidak mengenal bibi. bibi adalah adik dari mendiang ibumu. Nama bibi adalah bibi Andhini dan yang itu paman Wiyasa suami bibi. Bibi kemari mau menjemputmu karena mbah kakung dan mbah uti kangen sama kamu sayang. Kamu mau ya ikut sama bibi” jelas Andhini
“Tapi...kalo sabrina ikut bibi, papa...” Sabrina masih menolak untuk ikut dengan Andhini.
“Dasar anak si*l, sudah berapa kali aku mengatakan padamu. Aku bukan papamu, kau adalah pembawa si*l tidak hanya membunuh orang-orang yang ku cintai tapi karena kehadiran kau, aku hampir kehilangan segalanya. Dasar anak tidak tahu diri” Arman memaki Sabrina dan mengangkat tangannya hendak memukul Sabrina.
Andhini langsung melindungi sabrina dengan menyembunyikan sabrina di belakang tubuhnya. Sabrina tampak sangat ketakutan,
“Mas....jangan pernah sekalipun kamu memukulnya. Walau bagaimanapun dia adalah darah dagingmu”
“Dia bukan siapa-siap bagiku. Saat dia membunuh Rianti dengan lahir ke dunia ini saat itu juga dia adalah musuh ku” Arman semakin marah dan kesal melihat Sabrina.
Andhini lalu menggendong Sabrina dan membawanya masuk ke dalam mobil taksi yang sudah menunggu di luar.
Wiyasa menatap prihatin melihat sikap arogan, angkuh dan kesombongan Arman
“ Astagfirullah mas...semoga Allah membukakan hati mu mas dan Menyadarkanmu dari kesesatan” doa Wiyasa langsung pergi meninggalkan kediaman Arman.
Sabrina hanya diam, dia merasa sangat sedih dengan perlakuan ayah kandungnya sendiri. Sabrina tidak pernah dendam pada ayahnya berkat ajaran almarhum bi ijah yang selalu mengajarkan kebaikan pada Sabrina.
“Sayang....nama kamu Sabrina...” Andhini mencoba mengajak Sabrina untuk mengobrol. Sabrina masih diam, tidak lama kemudian dia mulai menyebutkan namanya.
“Sabrina Zalfa ku.....” sabrina terdiam saat akan menyebut nama keluarganya, Andhini mengerti keterdiaman Sabrina.
“Sabrina Zalfa....nama yang bagus dan indah, siapa yang memberi nama mu sayang?”
“......” Sabrina diam seribu bahasa.
“Sabrina sayang, sekarang kamu tinggal bersama bibi, paman dan mbah ya” ajak Andhini.
“bibi...” Sabrina menundukkan kepalanya.
“ iya sayang”
“Apakah papa membuang sabrina seperti yang di katakan Adel dan Indra?”
Andhini terdiam dan menatap iba pada sabrina. Wiyasa dan Andhini saling bertatapan bingung menjelaskan bagaimana pada Sabrina.
“Sayang....papa kamu tidak pernah membuangmu. Papamu sengaja menyuruh kamu tinggal bersama paman, bibi dan mbah karena kami sangat rindu dengan mu. Suatu saat papa mu akan menjemputmu dan mengajak mu untuk tinggal lagi bersama” hibur Wiyasa tidak tega melihat keponakannya yang sangat sedih.
Sabrina kembali diam, andhini menggendong dan memeluk Sabrina agar dia bisa tidur dengan nyaman. Untuk pertama kali Sabrina merasakan pelukan hangat dari seorang ibu, sangat hangat dia pun tertidur dalam dekapan bibinya.
Hari masih belum begitu sore, Wiyasa dan Andhini memutuskan untuk kembali ke Surakarta dengan menggunakan kereta Api.
Andhini dan Wiyasa kembali ke tempat penginapan mereka untuk mengambil barang-barang mereka. Andhini mengajak Sabrina untuk membersihkan diri, saat akan membuka bajunya tangan Sabrina menahan bajunya supaya tidak terbuka.
“Sayang....sebaikanya kamu mandi dulu baru sesudah itu kita shalat ashar berjamaah. Ayo sini biar bibi bantuin kamu mandi” andhini dengan lembut membantu Sabrina.
Tangan mungil Sabrina tetap menahan bajunya agar tidak terbuka. Kedua suami istri ini saling berpandangan bingung,
“Sayang...ayo sini bibi buka. Kamu jangan takut, tidak ada yang akan menyakiti mu di sini sayang”
Sabrina tetap menunduk dan menahan kuat bajunya agar tidak terbuka.
“Apa sabrina malu ya...oke deh paman akan keluar dulu cari makanan ya (melihat ke arah istrinya) mas sholat di luar saja, kamu temanilah Sabrina”
“Baik mas”
Wiyasa keluar dari kamar penginapan menuju musholla terdekat untuk melaksanakan sholat ashar, setelah sholat wiyasa mencari makanan.
Andini kembali membujuk Sabrina untuk membersihkan diri.
“Sayang... Allah menyukai umatnya yang menjaga kebersihan dan wangi. Ayo sekarang bibi bantu kamu untuk mandi ya!” bujuk Andhini lagi.
Perlahan-lahan Andhini membuka baju atasan Sabrina,
“Astaghfirullah hal adzim...” Andhini sangat terkejut saat melihat sekujur tubuh Sabrina penuh dengan luka lebam.
Ada luka lebam yang sudah lama dan ada yang baru, bekas cubitan dan luka bakar di punggungnya yang sudah sembuh tapi masih meninggalkan bekas.
*************
terus dukung Author
dengan cara like, vote dan tipnya.....😊😊😊
jangan lupa juga kasih rate nya ya....😊😊😊
( Π_Π )
makasih..... tetap semangat 🤗🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
Haji Nani Hamka
😭🥲😭🥲
2024-05-25
0
A Yes
Subhanallah, astagfirullah ,,,, bapak kualat
2024-04-25
0
A Yes
nyesek😭😭😭😭😭😭
2024-04-25
0