Walaupun bi Ijah yang mengasuh sabrina, bi ijah tetap memberitahu jika Sabrina adalah putri majikannya. Bibi Ijah memperlihatkan foto ibu kandung sabrina, Rianti yang telah mengorbankan nyawanya untuk melahirkan Sabrina.
Perlahan-lahan perusahaan milik Arman mulai membaik dan kembali ke keadaan normal. Kehidupan Arman mulai membaik, hanya sikapnya pada Sabrina yang tidak berubah sama sekali.
Pernah suatu hari, Arman menghukum dengan kejam Sabrina kecil yang saat itu masih berumur 5 tahun. Sabrina tidak sengaja memanggilnya papa di depan tamu yang di undangnya. Setelah tamu itu pergi dengan kasar rambut Sabrina yang tergerai panjang di tarik kasar oleh Arman hingga Sabrina terseret.
“papa....ampun pa...maafkan sabrina pa...ampun pa...sakit papa...” tangis Sabrina yang merasa perih di rambutnya.
“Dasar si**an, jangan pernah kau memanggilku dengan sebutan itu. Kau bukan anakku, kau pembunuh istri yang sangat ku cintai. Kau sudah membunuhnya, gara-gara kehadiran kau di dunia ini perusahaan ku bangkrut, istriku pergi meninggalkanku selamanya. Sekarang kehidupan ku sudah membaik, tak akan ku biarkan kau menghancurkannya, dasar si**an” Arman mendorong kasar Sabrina ke dalam gudang.
Sabrina di kunci dalam gudang tanpa di beri makan dan minum sedikitpun. Bi ijah yang mengetahui hal itu memohon-mohon untuk Arman mau membebaskan Sabrina.
“Tuan saya mohon tolong bebaskan non Sabrina tuan, kasihani dia” tangis bi Ijah yang memohon Arman untuk membebaskan Sabrina.
“Kamu memangil dia apa tadi? Non” hardik kasar Arman.
“Tuan bagaimanapun non Sabrina adalah putri kandung tuan. Seharusnya tuan menyayanginya” bi ijah memberi nasehat pada Arman agar mau berubah.
“Dia bukan putriku, dia pembawa si*l bagiku pembunuh yang seharusnya dari dulu aku singkirkan. Kamu jangan pernah coba-coba membebaskan si**an itu, jika kamu diam diam membantu dia maka kamu akan saya pecat dan di usir dari rumah ini” ancam Arman kepada bi Ijah.
Bi Ijah merasa sangat kasihan pada Sabrina, ingin rasanya bi Ijah membawa Sabrina pergi dari rumah Arman Kusumo. Tapi, dia tidak berani karena dalam tubuh Sabrina mengalir darah keturunan Kusumo.
bi Ijah sudah sangat tua dan sering sakit-sakitan hingga dia tak sanggup lagi mengerjakan pekerjaannya, sabrina merasa sangat kasihan dia menggantikan bi Ijah mengerjakan semua pekerjaan bi Ijah.
Malam itu menjadi malam terpahit bagi Sabrina, keadaan bi Ijah semakin parah.
“Bi...bi...bi ijah jangan tinggalkan Sabrina. Kalo bi ijah pergi Sabrina dengan siapa?” tangis Sabrina memegang tangan renta bi Ijah.
“Non sabrina, jangan bersedih. Non masih punya tuan, papa non Sabrina”
Sabrina hanya diam
“Non....walau bagaimanapun tuan pada non. Beliau tetaplah papa non, yakinlah suatu hari hati tuan akan menerima non Sabrina, jangan berkecil hati non” nasehat bi ijah dengan sisa kekuatannya
“Bi...bi...harus kuat. Jangan tinggalkan Sabrina bi” tangis Sabrina semakin menjadi.
“Non Sabrina, jadilah anak yang baik dan membanggakan orang tua. Bibi sudah....ti...tidak ....kuat ....lagi non...” bi ijah sudah sangat kepayahan, Sabrina kebingungan tidak tahu harus bagaimana.
Sabrina keluar dari kamar bi Ijah memohon pertolongan para pelayan lainnya di rumah Arman. Mendengar tangisan Sabrina, para pelayan segera berbondong-bondong menghampiri kamar bi ijah.
Bi ijah sudah menutup mata untuk selama-lamanya, Sabrina mendekati bi Ijah memegangi tangan bi ijah yang sudah dingin. Tangisan Sabrina semakin pecah, orang yang menyayanginya telah pergi menghadap sang khalik.
Belum genap sebulan bi Ijah meninggalkan Sabrina. Arman kembali melangsungkan pernikahan keduanya dengan perempuan bernama Indah Sri Ningsih Kusumo.
Dari pernikahan ke dua Arman di karuniai seorang anak perempuan yang kini berusia 7 tahun bernama Adelia Kusumo dan seorang anak laki-laki yang berusia 6 tahun Indra Kusumo. Rupanya Arman sudah lama menikah sirih dengan Indah, Arman sengaja belum meresmikan penikahannya dengan Indah karena istrinya belum lama meninggal dan perusahaannya yang di ambang kehancuran.
Arman meminta Indah untuk bersabar, saat perusahaannya kembali ke keadaan normal dia akan menikahi Indah kembali secara resmi. Indah dan anak-anaknya tahu jika Sabrina adalah putri kandung Arman yang sangat di benci.
Sabrina ikut bahagia saat ayahnya kembali menikah, tapi kebahagiaan itu hanya seperti bayangan semu. Awalnya Indah bertingkah laku sangat baik dan lembut pada Sabrina.
Tapi kelembutan dan kebaikannya itu hanyalah sebuah topeng, Sabrina di jadikan budak di rumah ayahnya sendiri. Adel dan indra juga ikut memperlakukan Sabrina sebagai pembantu, mereka juga sangat sering menyiksa dan sering menjadikan sabrina kambing hitam saat mereka membuat kesalahan.
Indah tidak akan segan-segan menghukum Sabrina saat dia melakukan kesalahan. Arman sama sekali tidak peduli pada putri kandungnya, dia lebih memilih menulikan dan membutakan matanya menganggap Sabrina bukanlah siapa-siapa baginya.
Suatu hari, adik kandung Rianti bibi Sabrina Andhini Sari datang mengunjungi bersama suaminya. Seorang pelayan mempersilahkan Andhini dan suaminya Wiyasa duduk di ruang tamu. Lalu pelayan itu menghampiri Arman yang sedang berada di ruang keluarga bersama istri barunya, memberitahu kedatangan Andhini.
Arman menghampiri yang menurutnya tamu tidak di undang.
“Assalammualaikum mas...” sapa Andhini ramah pada Arman yang di sambut dingin olehnya.
“Untuk apa kalian datang kemari?” tanya Arman dengan kasar dan angkuh. Indah ikut bergabung dengan suaminya di ruang tamu.
Andhini menatap Indah yang duduk di samping Arman.
“Maaf mas, aku datang kemari tanpa mengabari mas terlebih dahulu. Aku kemari bersama mas Wiyasa ingin bertemu dengan anaknya mbak Rianti mas” kata Andhini
“ooo...kamu mau ketemu sama si si**an itu?” tanya Indah dengan angkuhnya.
“maaf mbak, jika aku tidak sopan. Siapa mbak, berani-beraninya mbak menghina putrinya mas Arman dan mbak Rianti” Andhini mulai kesal saat Indah menghina keponakannya.
“Jaga ucapanmu Andhini, dia istriku. Seharusnya kau jaga mulut kau itu” Arman semakin dingin dan angkuh.
Mendengar penuturan Arman, andhini terdiam dan tak mampu berkata apa-apa. Wiyasa suami Andhini memegang tangannya dengan kelembutan untuk menenangkan istrinya.
“Maaf mas Arman, apakah kami boleh bertemu dengan keponakan kami?” kini Wiyasa membuka suaranya.
Indah tersenyum smirk, menganggap rendah Andhini dan Wiyasa.
“Kalian boleh bertemu dengan si si***an itu tapi dengan syarat” kata Indah
“syarat....syarat apa?” tanya Andhini,
Ada apa ini sebenarnya, kenapa mas Arman berbeda dan sangat angkuh? Apa yang terjadi dengan keponakanku begitu banyak pertanyaan-pertanyaan yang berputar putar di kepala Andhini.
“Dengan syarat, saat kalian melihat si si***an itu. Detik itu juga kalian angkat kaki dari sini dengan membawa si si***an itu” kata Arman
Andhini sangat terkejut saat mendengar perkataan Arman.
“Mas Arman...apakah begini sikap seorang ayah terhadap putrinya? Dengan begitu mudahnya mas Arman menyerahkan putri mas Arman pada ku tanpa memikirkan perasaan putrimu” Andhini sangat marah dengan tingkah laku Arman yang angkuh dan sombong
“Kau tidak perlu banyak tanya, kau ingin bertemu dengan anak pembawa si*l itu atau tidak?” tanya Arman yang semakin kesal.
Andhini mengurut dadanya saat mantan kakak iparnya memanggil putri kandungnya sendiri sebagai pembawa Si*l. Mereka pun menyetujui syarat yang di ajukan Arman, Indah langsung menyuruh pelayan untuk membawa Sabrina menemui mereka di ruang tamu.
*************
terus dukung Author
dengan cara like, vote dan tipnya.....😊😊😊
jangan lupa juga kasih rate nya ya....😊😊😊
( Π_Π )
makasih..... tetap semangat 🤗🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
Reny Dwiseptianingsih
lanjut kak
2024-05-30
0
www.ok
hai
2024-05-25
0
Hasanah
cinta mati smpai membenci anakx ee tau2 blum kering kuburan istrinya udah nikah lgi
2024-04-22
0