Raka dan Bima hanya menghela nafas dengan ke isengan adiknya,
“stella sebaiknya kamu ganti baju kamu. Ntar saya mengganti uang bajunya” kata Bima.
“Baik pak, terima kasih” kata Stella dengan wajah kesal, dia lalu pergi menuju ke toilet untuk membersihkan teh yang menempel di bajunya.
Breng**k kalo bukan adiknya bos, udah gue bikin perkedel tu anak kata Stella dalam hati.
Eliana tertawa terpingkal-pingkal di dalam lift mengingat ke isengannya pada Stella. Dia kembali ke station front office.
Tampak Yoana dengan raut wajah kesal melihat ke arah Eliana
“ kamu dari mana saja? Ingat kamu di sini magang jangan seenaknya kamu” kata Yoana ketus.
“Ya maap mbak, Tadi ada emergency yang musti di selesaikan. Jadi aku langsung kabur mbak. Maap ya mbak” kata Eliana.
“Untung aja sekarang lagi nggak ramai jadi bisa kami handle. Ya udah tolong kamu foto copy data tamu ini ya” kata Yoana
“Berek mbak” kata Eliana mengerjakan tugasnya.
Anjani penasaran lalu menghampiri Eliana yang sedang foto copy data tamu .
“ Elia, sebenarnya kamu dari mana sih? Kok ngilang gitu aja”
“emang aku anak jin apa di bilang ngilang gitu aja”
“Hehehe jangan ngambek dong sayangku. Trus kamu sebenarnya dari mana?”
“aku dari lantai atas tempak kak Raka dan kak Bima”
“ngapain?”
“ada aja....kepo ya....”
“Ya kepo dong sayangku, emang kamu ngapain sih ke atas?”
“ Mau tau atau mau tau banget”
“Iih, Elia, aku ngomong serius kamu malah bercanda gitu” Anjani mulai kesal
“Ntar deh pulang magang aku ceritain. Udah sana kerja, ntar mbak Yoana kesal lagi”
“Janji ya kamu cerita” kata Anjani
“Iya janji” kata Eliana melanjutkan pekerjaannya.
Anjani dan Eliana melanjutkan pekerjaannya dengan tekun dan profesional.
Hari sudah menunjukkan pukul empat sore, saat jam pulangnya seluruh karyawan termasuk Anjani dan Eliana.
Bima memasuki mobilnya dan menjalankannya keluar kantornya, dari kejauhan di lihatnya Eliana dan Anjani duduk di halte menunggu jemputan.
Bima menurunkan kaca mobilnya,
“dek ayo pulang!” kata Bima memanggil Eliana.
Eliana dengan senang hati menyambut niat baik kakaknya Bima.
“Jani, yuk mumpung kak Bim lagi baik hati” ajak Eliana.
“Tapi taksi online yang kita pesan gi mana. Nggak enak dong kalo di cancel” kata Anjani.
“Eh iya juga ya” Eliana baru teringat dengan taksi online yang sudah mereka pesan.
“Kita tunggu aja taksi online kalian, trus biar kakak yang bayar!” Kata Bima.
“ Tumben baik, biasanya perhitungan ama adek” Eliana memicingkan matanya menatap Bima duduk di samping kemudi di sebelah kakaknya. Anjani duduk di bangku penumpang di belakang Eliana.
“Sekali-sekali baik ma adek sendiri masak nggak boleh?” kata Bima.
Tidak berapa lama mobil taksi online yang mereka pesan datang, Bima turun dari mobilnya lalu membayar taksi yang tidak jadi di naiki Anjani dan Eliana.
Setelah membayar Bima melajukan mobilnya menuju pulang kerumah. Dalam perjalanan mereka terjebak macet karena jam mereka kembali bertepatan dengan jam karyawan.
Bima sesekali memperhatikan Anjani yang sedang melihat pemandangan di luar jendela mobil Bima. Sudah sejak lama Bima memiliki perasaan lebih pada Anjani, namun menurutnya Anjani bersikap seperti menghindarinya.
Anjani sebenarnya punya perasaan yang sama dengan Bima, namun karena dia begitu gugup dekat dengan Bima membuatnya terkesan menghindari Bima. Eliana sebenarnya sudah tahu jika kakak dan Sahabatnya saling menyukai, dia ingin mencomblangi kakaknya dengan sahabatnya namun sering gagal karena Anjani yang terlalu gugup dan pemalu.
“Kak, mau sampai kapan kita berenti. Tu mobil di belakang udah klakson dari tadi loh” kata Eliana.
Bima yang terlalu asyik menatap Anjani tidak sadar jika mobil di depan sudah berjarak jauh dari mobil miliknya. Dia segera menjalankan mobilnya menuju kerumah mereka,
“Mangkanya jangan ngelamun bawa mobil yang bukannya nyampe rumah, kita malah nyampe ke akhirat” sindir Eliana
“Amit-amit dek, kak Bim kan blom nikah. Masak kamu doanya yang nggak-nggak sih dek” kata Bima.
“Mangkanya konsen dong nyetirnya” kata Eliana lagi.
Bima hanya cengengesan melihat Adiknya yang komentar seperti emak-emak berdaster. Anjani tersenyum melihat tingkah sahabatnya, tak sengaja pandangannya bertemu dengan Bima yang juga melihat kearah kaca spion di depan atas dashboard.
Anjani gugup langsung mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil Bima.
Jam sembilan pagi di Jerman, Sabrina baru saja menyelesaikan laporan pasiennya. Sabrina nampak begitu cantik dengan pakaian syar’i berwarna biru dengan hijab syar’i yang senada. Seorang perawat datang ke ruang kerja Sabrina.
Tok... Tok... Tok...
“Komm herein (masuk)” kata sabrina sedang memeriksa laporannya kembali.
“Doktor Sabrina, es ist Zeit, den Patienten zu untersuchen!! (dokter sabrina, sudah saatnya memeriksa pasien!! )” Kata perawat .
“Okay, lass uns gehen (baiklah, ayo kita pergi)” kata Sabrina sambil memakai stetoskopnya.
Saat akan keluar dari ruangannya, terdengar nada panggilan dari ponsel miliknya. Sabrina menatap layar ponselnya, tertulis nama Ibu di layarnya.
“Assalamualaikum bu” sapa Sabrina.
“waalaikum salam putri ibu, piye kabare nduk? (Bagaiman kabarmu di sana, nak?)”
“Alhamdulillah baik bu, ibu dan keluarga di sana apa kabar?”
“Alhamdulillah awake dhewe ora apa-apa. Kepiye sinau lan kerja ing kana? (kami di sini baik semuanya. Bagaimana kuliah dan pekerjaanmu di sana?)”
“alhamdulillah kanthi apik bu, insyaAllah, ing wektu cedhak Sabrina bisa ngrampungake kuliah ing kene (berjalan dengan baik bu, insyaallah dalam waktu dekat sabrina dapat menyelesaikan kuliah di sini)”
“amiin, ibu doakan semoga semua berjalan lancar yo di sana”
“Aamiin Allahumma Aamiin” kata Sabrina.
“Doktor, es ist Zeit für eine Untersuchung (dokter, sudah waktunya pemeriksaan)” kata perawat mengingatkan Sabrina.
“Okay, warte eine Minute (baiklah, tunggu sebentar)” kata Sabrina kembali berbicara dengan Andhini.
“Ibu, Sabrina kerja dulu yo, salam buat eyang kakong, eyang putri dan bapak yo bu” kata Sabrina.
“Yo nduk, hati hati kamu kerjanya yo”
“ iyo bu. Assalamualaikum” kata sabrina mengakhiri pembicaraannya.
“Waalaikum salam” andhini mematikan sambungan teleponnya, Adiwijaya dan Ningsih menatap Andhini.
“Sabrina sepertinya sangat sibuk bu, tadi katanya insya Allah dia akan menyelesaikan kuliah S2nya dalam waktu dekat ini” jelas Andhini
“Amiin, semoga yo nduk. Ibu sudah kangen sama cucu ibu” kata Ningsih.
“ iyo bu, andhini juga kangen” kata Andhini menatap ponsel miliknya dengan wallpaper foto keluarga kecilnya terpampang di beranda ponselnya.
Sudah hampir 6 tahun Sabrina di negara asing, ingin rasanya Sabrina pulang ke negara Indonesia. Namun, demi menyelesaikan kuliahnya dengan cepat Sabrina harus menahan rindunya pada keluarga yang sangat di cintainya.
Anjani turun dari mobil Bima dan mengucapkan terima kasih, dia melangkah masuk ke dalam rumahnya.
“Assalamualaikum” sapa Anjani pada keluarganya yang tengah bersantai di depan televisi.
“Waalaikum salam, telat kamu pulang jani” tanya Wulan.
“Iya ma, kena macet?” kata Anjani
“Sudah sholat kamu mbak?” tanya Cakra
“Belum pa, mau bersih-bersih dulu. Jani ke kamar dulu ya ma , pah” kata Anjani melangkahkan kakinya menuju kamar miliknya.
*************
terus dukung Author
dengan cara like, vote dan tipnya.....😊😊😊
jangan lupa juga kasih rate nya ya....😊😊😊
( Π_Π )
makasih..... tetap semangat 🤗🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
A Yes
klo pake "a" jadi kesannya yg baca "ngapak"🤭😂 ya
awak dewek = Ibu dewe
Ngapa = Ngopo
2024-04-25
0
Nur Lely
lanjut thor
2023-09-02
1
Apriliya
boso jowone berantakan thor 😀😀
2023-02-02
0