Suatu hari putra bungsu Adiwijaya, Cakra Adiwijaya datang dari Jakarta memboyong keluarganya mengunjungi kediaman Adiwijaya.
Suatu hari putra bungsu Adiwijaya, Cakra Adiwijaya datang dari Jakarta memboyong keluarganya mengunjungi kediaman Adiwijaya.
“assalammualaikum, bapak? Bu? Mbak Andhini? mas Wiyasa” panggil Cakra.
“Waalaikum salam, cakra anak ibu” Ningsih menghampiri putranya dan memeluknya. Cakra menyalami ibunya dengan santun, Wulan istri cakra juga menyalami ibu mertuanya.
“Mana cucu cucu ibu? Kok ndak di ajak” tanya Ningsih .
“Mereka di mobil bu, sebentar wulan panggilkan. Araf, Anjani, Asmirah ayo turun, salam dulu sama eyang putri” ajak wulan
Araf cucu laki-laki (11tahun), anak pertama Cakra asyik bermain Game watch miliknya membuka pintu mobil dan turun. Matanya masih melihat ke arah game watch, wulan segera mengambil permainan milik putranyan.
“ Ma..ma..jangan di ambil, dikit lagi permainan Araf tamat ma” protes Araf
“Salim dulu sama eyang putri sana” kata wulan lembut pada putranya.
“Assalammualaikum eyang,” sapa Araf lalu menyalami Ningsih,
“Waduh jagoan eyang putri, udah besar, adik-adikmu mana?” tanya Ningsih pada Araf.
“Itu” tunjuk araf pada Wulan yang sedang menggandeng Anjani putrinya (6 tahun) dan menggendong Asmirah ( 4 tahun).
“Ayo sayang salami eyang putri dulu” wulan menyuruh kedua putrinya menyalami Ningsih.
Mereka semua dudk di ruang tamu, mbok Darmi datang menghampiri ruang tamu dengan membawakan minuman dan cemilan.
“Kok sepi bu? Bapak, mbak Andhini sama mas Wiyasa ke mana bu?” tanya Wulan
“Bapak sedang jalan-jalan bersama Sabrina, kalo mbakmu sama Wiyasa sedang mengurus surat-surat untuk sekolah Sabrina” jelas Ningsih memangku Asmirah.
“Sabrina? Jadi mbak Andhini mengadopsi anak bu?” tanya Cakra
“Nggak le”
“trus sopo Sabrina?” tanya Wulan.
“Sabrina anaknya mbak mu almarhumah Rianti”
“Mbak Rianti punya anak bu?” tanya Cakra terkejut,
Selama tinggal di Jakarta sudah berulang kali Cakra mencoba menghubungi kakaknya Rianti, namun Arman memutuskan semua komunikasi.
Ningsih lalu menceritakan tentang Sabrina dan bagaimana kini sabrina dalam asuhan Andhini dan Wiyasa.
“Baj***an Arman, sungguh tega dia menyakiti putri kandungnya dan membuangnya begitu saja” Cakra sangat geram setelah mendengar cerita ibunya. Wulan merasa sangat iba dan meneteskan air matanya mendengar cerita ibu mertuanya, dia merasa sedih dengan nasib yang harus di pikul oleh Sabrina kecil.
“karena itulah wiyasa dan mbakmu Andhini bapakmu utus ke Jakarta untuk memastikan apa isi surat itu benar. Alhamdulilla sekarang Sabrina bersama kita” Ningsih menyeka air matanya,
“Eyang jangan cedih” kata Asmirah menghibur Ningsih.
Ningsih tersenyum bahagia melihat cucu menghiburnya.
***
Adiwijaya menggandeng tangan Sabrina berjalan melewati sebuah sekolah, tampak beberapa murid bermain dengan riang gembira. Sabrina menatap para murid-murid itu dengan tatapan sedih.
“anak ayu, simbah simbah, pingin sekolah, nduk (anak cantik, cucu eyang, kamu ingin sekolah, nduk)?” Tanya Adiwijaya pada sabrina.
Sabrina hanya diam dia masih menatap ke arah murid murid yang berlarian ke sana kemari.
“apa papamu pernah memasukkan kamu sekolah nduk?”
Sabrina diam, Adiwijaya mengajak sabrina duduk di taman melihat pemandangan kota dengan kendaraan yang berlalu lalang.
“Papa....” sabrina melihat ke arah eyangnya.
“papa bilang, sabrina anak pembawa si*l tidak pantas untuk sekolah. Jika Sabrina ingin sekolah papa akan mengurung sabrina di gudang”
Tangan Adiwijaya terkepal keras mendengar penuturan cucunya. Tak terbayang olehnya bagaimana menderitanya Sabrina tiap harinya.
“Apa bener Sabrina bocah sing ora beruntung? kenapa papa sengit banget karo Sabrina, eyang? (apa benar Sabrina anak pembawa sial? kenapa papa begitu membenci sabrina, eyang?)”
Adiwijaya terdiam tidak mampu menjawab pertanyaan dari cucunya, terasa begitu sakit hatinya mendengar pertanyaan Sabrina.
“Sampeyan isih duwe kulawarga sing tresna karo sampeyan, Sabrina ojo sedhih, yo.( kamu masih memiliki keluarga yang menyayangimu, sabrina jangan sedih, ya)”
Sabrina mengangguk tersenyum manis, Adiwijaya tertegun untuk pertama kalinya dia melihat Sabrina tersenyum. Sejak Sabrina datang ke kediamannya Sabrina selalu murung dan sedih, hanya hitungan beberapa bulan sabrina menunjukkan kemajuan yang pesat.
Sabrina selalu teringat ajaran almarhumah Bi ijah untuk tidak pernah dendam dan selalu berprilaku sopan santun.
“Sabrina adalah anak baik, jangan pernah dendam kepada siapa pun. Ingatlah selalu berbuat baik, rendah hati dan selalu tersenyumlah”
Nasihat itu terus di ingat oleh Sabrina, hingga kini dia bisa tersenyum manis kepada eyangnya.
Adiwijaya sangat bahagia melihat perubahan Sabrina, kebanyakan anak-anak yang kena ke kerasan secara fisik dan menderita trauma akan memakan waktu bertahun-tahun untuk sembuh. Karena Sabrina begitu cerdas dan cepat menangkap apa di Ajari, membuatnya bisa mengatasi trauma yang di deritanya.
“Ayo, sekarang kita pulang. Sudah hampir siang, nanti eyang putrimu ngomel – ngomel sama eyang karena membawamu terlalu lama”
“iya eyang” tangan kecil sabrina memegang tangan Adiwijaya, senyuman kembali terkembang di wajah kedua orang yang berbeda generasi.
Kediaman Adiwijaya,
Adiwijaya dan Sabrina baru sampai di kediaman, Adiwijaya melihat Ningsih sedang mengobrol dengan putra bungsunya Cakra dan wulan.
“Assalamualaikum” Adiwijaya mengucapkan salam.
“waalaikum salam” semua yang berada di ruang tamu menjawab salam Adiwijaya.
Cakra dan Wulan menyalami Adwijaya, begitu juga anak-anak mereka. Sabrina bersembunyi di belakang eyangnya, walaupun Sabrina sudah bisa mengatasi traumanya namun untuk bertemu dengan orang asing Sabrina masih tampak takut.
“Ayo sabrina, sini jangan sembunyi. Ini pak lek dan buk lek mu, adik dari mendiang ibumu” Adiwijaya memanggil Sabrina yang bersembunyi di belakangnya.
Perlahan-lahan Sabrina keluar dari persembunyiannya, melihat ke arah Cakra dan Wulan serta anak anak mereka.
“Sabrina kenalkan aku pak lek mu. Pak lek Cakra dan ini buk lek kamu Buk lek Wulan” Cakra memperkenalkan dirinya dan istrinya.
“oh ayu tenan, yo mas” kata wulan saat melihat kecantikan wajah Sabrina seperti boneka.
“ Ayo sabrina, salam sama pak lek dan buk lek mu” Ningsih menyuruh Sabrina untuk menyalami Cakra dan Wulan.
Awalnya Sabrina ragu-ragu, saat melihat kedua eyangnya sabrina memberanikan diri dan menyalami Cakra dan Wulan.
“Sabrina, kenalkan ini sodara sepupu kamu, yang ini mas Araf” Wulan memperkenalkan anak tertuanya pada Sabrina.
Araf tertegun melihat Sabrina,
“Cantik ya ma, beda sama Anjani dan Asmirah” kata Araf polos senang memiliki adik baru.
Semua yang hadir sontak tertawa melihat tingkah polos Araf yang spontan memuji Sabrina. Walaupun umur Araf masih kecil dia memahami setiap pembicaraan eyang putri dan kedua orang tuanya. Dalam hati Araf merasa iba pada Sabrina dan bertekad akan melindungi Sabrina.
“Sabrina ini adik-adikmu, Anjani dan Asmirah” wulan memperkenalkan kedua putrinya.
Anjani dan Asmirah menatap Sabrina, mereka bertiga hanya berdiri diam saling menatap.
*************
terus dukung Author
dengan cara like, vote dan tipnya.....😊😊😊
jangan lupa juga kasih rate nya ya....😊😊😊
( Π_Π )
makasih..... tetap semangat 🤗🤗🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 252 Episodes
Comments
Maura
visual thor kalau ada🙏
2024-04-08
0
kalea rizuky
bahasa Jawa nya amburadul thor pie toh
2024-03-29
0
Anonymous
Bahasa jawa-nya kacau banget.. mending ga usah pake bahasa jawa daripada merusak tatanan
2023-09-09
1