Putra berdiri di luar lobby, sengaja dirinya tidak menunggu di dalam, karena tidak ingin ada staf perusahaan yang mengamatinya. Karena dirinya bukanlah pegawai di Perusahaan Raharja. Dirinya bersandar di dinding kaca, sesekali kakinya mengetuk-ngetuk ke arah lantai marmer mengkilap tempatnya berpijak, seraya tangan kirinya dia masukkan ke kantong celananya.
Merasa bosan karena terlalu lama menunggu kekasihnya, membuat Putra mengambil ponsel pintarnya yang berada di saku jasnya. Niatnya adalah ingin menghubungi Salsabila. Menanyakan kenapa kekasihnya itu lama sekali turun ke lobby, karena dirinya sudah menunggu lebih dari sepuluh menit semenjak terakhir menelponnya tadi.
Putra melihat notifikasi di ponselnya, dia pun membaca pesan dari wanita yang sangat dicintainya.
"Kenapa mendadak begini? Apa perusahaan besar selalu mengadakan meeting mendadak di jam makan siang begini? Di jaman kemerdekaan ini, masih saja ada pemimpin perusahaan yang memanfaatkan kekuasaannya untuk menyiksa kaum yang lemah dengan tidak memberikan waktu untuk makan siang."
"Aku jadi tidak bisa bertemu Salsabila, padahal aku sangat merindukannya. Nanti saja aku jemput dia saat jam pulang kantor."
Putra mulai berjalan ke arah mobilnya yang terparkir agak jauh dari tempat dia berdiri, namun dirinya merasakan ada sesuatu yang menggigit lehernya.
Sehingga dirinya menghentikan langkahnya dan berusaha untuk mengambil semut yang menggigitnya, dan membuangnya ke arah belakang. Namun dirinya sangat terkejut saat melihat kekasihnya saat ini terlihat berjalan dengan tangan ditarik-tarik oleh seorang pria.
Tentu saja dirinya merasa sangat geram dengan apa yang dilihatnya, sontak kakinya melangkah menghampiri pria yang saat ini berada di depannya. Putra mulai berdiri di depan pria yang menarik tangan kekasihnya seraya menatap tajam ke arah pria itu.
"Lepaskan tanganmu dari Salsabila! Ini adalah tempat umum dan kau tidak boleh bersikap kurang ajar pada seorang wanita, apalagi wanita itu adalah kekasihku."
Arthur menatap tajam pria dengan tubuh tinggi besar yang tak jauh beda dengannya, hanya saja perbedaan yang tampak jelas adalah pria di depannya terlihat dewasa, sedangkan wajahnya terlihat masih sangat muda.
"Apa hakmu melarangku? Bukankah aku berhak memerintah bawahanku, karena aku menggajinya dengan uangku. Aku tidak mengeluarkan uang secara cuma-cuma dengan membiarkan pegawaiku hanya duduk bersenang-senang dan tidak melakukan pekerjaannya dengan baik."
"Bukankah begitu, Tante cantik? Bukankah aku membayar mahal dirimu untuk melayaniku? Dan kamu harus selalu siap saat aku membutuhkanmu, tolong jelaskan pada orang tidak penting ini!" Arthur tersenyum menyeringai pada Salsabila dan mengedipkan matanya.
Salsabila hanya bisa menelan kasar salivanya saat dihadapkan pada situasi yang membuatnya terjebak dan terjepit. Sebenarnya dirinya benar-benar merasa sangat geram dengan perkataan ambigu yang terdengar bernada negatif yang bisa saja membuat kekasihnya salah paham padanya.
Namun dirinya mencoba bersikap se-sabar mungkin demi uang 20 juta yang akan diterimanya bulan depan sebagai gajinya. Akhirnya dia memilih untuk berjalan ke arah kekasihnya dan menarik tangan pria itu dengan membawanya sedikit menjauh dari atasannya.
Sedangkan Putra menurut saja saat Salsabila membawanya pergi. Namun, kedua matanya tak berhenti menatap tajam ke arah wanita cantik itu.
"Cepat jelaskan padaku, apa maksud dari ucapan anak ingusan itu! Dan siapa dia, kenapa dia menarik-narik tanganmu seperti itu? Seharusnya kamu tidak membiarkan pria lain menggenggam tanganmu, karena kalian bukan muhrim, aku saja jarang menyentuhmu. Tapi pria itu yang bukan apa-apa, malah berbuat seenaknya!"
Salsabila hanya bisa mengusap lembut tangan pria yang sangat dicintainya itu untuk meredakan emosinya, lalu dirinya mulai mengeluarkan suaranya saat emosi Putra sedikit mereda.
"Sayang, dia itu adalah atasan aku. Dia adalah Presdir di Perusahaan Raharja. Dan sekarang aku telah diangkat menjadi asisten pribadinya, dia tadi menarik tanganku, karena aku berjalan terlalu lambat.
"Sekarang kamu balik aja ke kantormu ya, hari ini Presdir ada meeting di restoran bersama klien, tentu saja aku harus menemaninya, karena aku adalah asistennya. Jadi, aku mohon kamu bisa mengerti pekerjaan aku!"
Salsabila menampilkan puppy eyes andalannya agar pria yang ada di depannya itu mau menuruti permintaannya.
Putra menghembuskan nafas kasarnya, tentu saja dirinya merasa tidak rela dengan pekerjaan kekasihnya. Namun, melihat wanita di depannya yang tampak sangat manis, membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa selain menuruti permintaan itu.
"Baiklah, kamu bisa pergi! Tapi jangan sampai kamu membiarkan Presdirmu itu memegangmu lagi, Sayang! Karena itu merupakan pelecehan. Bila perlu, kamu laporkan saja dia ke polisi jika sampai berani berbuat macam-macam padamu!"
Salsabila langsung menelan salivanya, saat mendengar nada ancaman dari kekasihnya itu.
Jika Putra sampai mendengar kejadian semalam di Club', bisa mati aku. Mungkin dia akan langsung menghajar cecunguk itu sampai habis. Aku harus menjaga rahasia ini sampai mati. Jika tidak, mungkin aku yang akan hancur sendiri, karena bisa-bisa Putra memutuskan hubungan kami.
"Iya Sayang, kamu nggak perlu khawatir. Karena aku sendiri yang akan menamparnya saat dia berbuat kurang ajar padaku. Tapi itu tidak mungkin terjadi, karena aku bukan levelnya, bahkan umur kami sangat berbeda jauh. Jadi, tidak mungkin dia menyukai tante-tante sepertiku."
"Bahkan tadi dia menyebutmu Tante cantik, berarti dia tertarik padamu, Sayang. Pokoknya kamu harus berhati-hati sama atasanmu itu, oke! Kalau begitu, aku kembali ke kantor dulu. Kamu hati-hati dan jaga diri!"
Putra mengusap rambut panjang Salsabila sebelum berjalan pergi meninggalkan kekasihnya.
Sedangkan Salsabila menatap kekasihnya yang sekarang sudah masuk ke dalam mobilnya, lalu berbalik menghampiri pria yang dilihatnya tengah bersedekap dada sambil menatapnya dengan tajam.
"Apa sudah selesai acaraamu bernostalgia dengan pria tua itu? Jadi seleramu adalah laki-laki tua sepertinya? Pantas saja kamu tidak tertarik dengan tawaranku, ternyata seleramu sangat rendah sekali."
"Bahkan kamu menolak seorang pria se-sempurna diriku demi laki-laki tidak bermutu itu, sungguh sangat disayangkan," ejek Arthur dengan tersenyum sinis pada Salsabila, lalu berjalan menuju mobil mewah miliknya.
Salsabila mengepalkan kedua tangannya, sungguh dia ingin menjambak rambut pria yang telah meninggalkannya.
"Bocah cecunguk itu memang benar-benar menjengkelkan sekali. Jika dia bukan seorang Presdir, mungkin aku sudah menyumpal mulutnya dengan kaos kakiku!"
"Menyebalkan sekali, aku benar-benar membencinya. Haaah ... jika setiap hari aku marah-marah seperti ini, bisa-bisa aku kena penyakit stroke. Aahh ... sabar ... sabar, Salsabila, kamu pasti bisa! Demi gaji 20 juta, sebentar lagi aku akan jadi orang yang kaya."
Salsabila mulai berjalan menuju mobil yang tadi dimasuki oleh Arthur. Namun, dirinya mengernyitkan keningnya saat melihat pria itu sudah duduk di belakang kemudi, karena setahunya seorang Presdir selalu membawa seorang supir pribadi untuk mengantarkannya pergi kemana-mana.
Apa dia akan menyetir mobil sendiri? Atau supirnya sedang libur? Tapi biasanya kan konglomerat mempunyai banyak pekerja, atau si cecunguk ini memang ingin menyetir sendiri? Lebih baik aku duduk di belakang, ogah banget duduk di sebelahnya.
Salsabila mulai membuka pintu belakang, dan berniat masuk ke dalam mobil. Namun, saat dirinya hendak membungkuk, suara dari Arthur membuatnya tidak jadi masuk ke dalam mobil tersebut.
"Apa yang sedang kamu lakukan di belakang? Apa kamu menganggapku seorang supir dan kamu majikannya? Cepat ke depan, jangan membuatku terlalu lama menunggumu! Atau kamu ingin aku memotong gajimu bulan ini!"
Arthur berbicara dengan nada tegas yang membuat siapapun yang mendengarnya menjadi ketakutan.
Salsabila mulai berjalan memutari mobil dan langsung masuk ke dalamnya, dirinya sama sekali tidak ingin terpancing. Karena itulah dirinya hanya diam saat atasannya berteriak kepadanya. Kini dirinya sudah duduk di sebelah Arthur, lalu dirinya memasang sabuk pengaman.
Namun dirinya merasa kesusahan saat pengait dari sabuk pengaman itu macet dan tidak bisa terkunci, beberapa kali usahanya sia-sia. Sehingga dirinya memilih untuk tidak mengenakan sitbelt tersebut.
Arthur sekilas melirik Salsabila yang kesusahan memasang sitbelt, lalu dirinya memiringkan posisinya untuk semakin mendekat ke arah Salsabila dan mencoba membantu memasang sabuk pengaman tersebut di tubuh wanita itu.
Tentu saja posisi mereka yang hanya berjarak beberapa centi saja membuat Salsabila diam tak berkutik seolah menahan napasnya, karena dirinya tahu jika bergerak sedikit saja bisa berakibat fatal. Yakni dirinya bisa mencium sisi kiri wajah pria yang masih asyik mengaitkan sabuk pengaman ke tubuhnya.
"I-itu mungkin rusak, aku tidak perlu memakainya. Sudah biarkan saja Presdir! Sekarang menjauhlah dariku!" Salsabila mencoba menghentikan perbuatan Arthur yang masih pada posisi terbilang cukup intim dengannya.
Bunyi klik dari sitbelt tersebut menandakan bahwa pengaman tersebut telah mengunci sempurna di tubuh Salsabila.
Arthur mulai mengangkat wajahnya, dan bisa menatap dengan jelas wajah cantik yang hanya berjarak beberapa centi itu. Dia pun mulai tersenyum menyeringai, dan menghembuskan nafas sensualnya ke wajah cantik Salsabila.
"Kenapa Tante cantik, apa kamu merasa deg-degan saat aku mendekatimu seperti ini? Apa kamu merasa takut jika sampai jatuh cinta padaku?"
Salsabila bisa mencium aroma mint yang keluar dari mulut Arthur yang menghembuskan nafas di wajahnya. Berada di posisi sedekat itu dengan seorang lelaki, memang sungguh membuatnya merasakan kikuk setengah mati. Bahkan kakinya sampai kesemutan, karena dari tadi duduk dengan kaku, akibat merasa sangat gugup.
"Siapa juga yang deg-degan pada anak kecil sepertimu, Presdir. Dan aku tidak akan pernah jatuh cinta pada pria yang umurnya berada jauh di bawahku. Aku sama sekali tidak tertarik!"
Arthur menatap semua sisi wajah wanita di depannya yang terlihat merah karena gugup berada pada jarak sedekat itu. "Benarkah, Tante cantik? Kalau begitu biarkan aku membuktikannya sendiri!"
Arthur langsung mengarahkan bibirnya ke bibir merah merekah Salsabila, dan mulai menyesap dan sedikit menggigit bibir bawah wanita itu agar terbuka dan membiarkannya mengabsen setiap sudut bagian dalam rongga mulut Salsabila.
Lagi dan lagi Salsabila merasa terkejut dengan perbuatan dari Arthur, dirinya mencoba untuk mendorong kuat dada bidang pria yang bermain-main dengan bibirnya. Namun, tangannya ditahan oleh tangan kuat Arthur, sehingga kini dirinya tidak bisa berbuat apa-apa lagi.
Akhirnya dirinya tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolak perbuatan dari Arthur yang sudah menjajah habis bibirnya, akhirnya Salsabila mulai menutup kedua matanya dan menikmati ciuman dari pria itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 342 Episodes
Comments
Rafanda 2018
di sosor pun rela demi gaji 20 jt,,klo gaji 30 jt diapain jg rela
2024-02-19
1
Lalas Nuraida Nuraids
si Arthur hobinya nyosor melulu....
2021-08-29
0
Three try
@dah kaya bebek aja itu si arthur ,main sosor aja dr kmrn😅😅😆
2021-07-23
1