Melihat kemarahan dari pria yang saat ini tengah duduk di kursi kebesarannya, membuat nyali Salsabila seketika menciut karena tatapan dari Arthur terlihat menakutkan. Dengan perlahan dirinya mulai berjalan dan mendekat ke arah atasannya.
"Ya Presdir, apakah ada yang harus saya kerjakan?"
Arthur tersenyum sinis ke arah wanita yang terlihat sangat ketakutan padanya. Dengan tegas dirinya mulai mengeluarkan titahnya, seraya tangannya menghempaskan beberapa dokumen yang menumpuk di meja kerjanya. Otomatis semuanya kini terlihat berantakan dan ada sebagian dokumen yang berjatuhan di lantai.
"Aku membayar mahal dirimu untuk menyelesaikan pekerjaan, bukan untuk ngerumpi dengan teman-temanmu di perusahaan! Bukankah, tadi kamu diperintahkan oleh Presdir yang lama untuk segera mengemasi barang-barangmu dan datang ke sini?"
"Akan tetapi, kamu malah molor sampai setengah jam. Memangnya ada berapa banyak barangmu yang kamu bawa? Bahkan itu hanya terlihat satu kotak kecil saja."
Arthur mulai melirik ke arah kotak kardus kecil yang berisi barang-barang Salsabila. "Letakkan itu di meja! Aku ingin memeriksanya, aku tidak ingin asisten pribadiku membawa barang-barang yang tidak penting atau barang yang terlarang dan akan merugikan perusahaanku!"
Salsabila langsung menelan salivanya, karena merasa deg-degan. Tentu saja dirinya tidak membawa barang-barang terlarang seperti yang dimaksud oleh Presdir muda itu.
Namun, ada barang pribadinya yang memang sama sekali tidak berhubungan dengan pekerjaannya, yakni sebuah bingkai foto dimana dirinya dan kekasihnya berpose berpelukan erat.
"Saya tidak membawa barang-barang terlarang, Presdir. Dan ini hanya barang-barang yang berhubungan dengan pekerjaan. Tidak ada yang penting. Jadi, Anda tidak perlu susah-susah untuk memeriksanya!"
Salsabila mencoba bersikap biasa, agar atasannya tersebut tidak menaruh curiga pada perkataannya dan mau mengurungkan niatnya untuk memeriksa barang bawaannya.
Namun, yang terjadi malah sebaliknya, karena Arthur langsung bangkit berdiri dan berjalan menghampirinya, lalu merampas paksa kotak kardus yang dipegangnya.
"Aku sama sekali tidak percaya dengan perkataanmu. Karena semakin kamu menjelaskan padaku, malah semakin membuatku merasa yakin bahwa kamu sedang membawa benda terlarang di sini."
Arthur mulai membalik kardus yang sudah berada di tangannya, sehingga membuat semua barang-barang Salsabila berceceran di lantai. Dan perbuatannya itu berhasil membuat bingkai foto kaca tersebut terhempas ke lantai dan langsung pecah.
Salsabila langsung membulatkan kedua matanya seraya membungkam mulutnya saat melihat bingkai foto dirinya dan kekasihnya hancur berantakan.
Berbanding terbalik dengan ekspresi yang ditampakkan Arthur, yang terlihat sangat puas saat melihat barang yang membuat darahnya mendidih telah hancur.
"Jadi ini yang daritadi kamu lindungi? Barang tidak penting ini tidak boleh ada di sini, karena itu sama sekali tidak berhubungan dengan perusahaan! Dan malah akan membuatmu menjadi pegawai yang malas dan tidak fokus pada pekerjaan!"
Arthur kembali berjalan ke arah kursinya. Namun sebelum itu, kakinya sengaja menginjak foto tersebut.
Melihat perbuatan pria yang sangat dibencinya itu yang berbuat seenaknya kepadanya, membuat Salsabila mengepalkan kedua tangannya karena merasa geram. Lalu dirinya mulai berjalan mendekati pria yang sudah kembali duduk di kursi kebesarannya.
"Kau benar-benar keterlaluan, apa seperti ini sikap seorang Presdir yang baik? Apakah seorang Presdir boleh berbuat seenaknya kepada bawahannya seperti ini?"
"Bukankah kau bisa berbicara dengan baik-baik dan tidak perlu sampai menghancurkan barang berhargaku?" Dengan mata yang penuh dengan kilatan amarah, Salsabila menatap tajam ke arah atasannya.
Arthur langsung tersenyum sinis kepada wanita yang terlihat murka di depannya. "Barang berharga? Kau menyebut sampah itu adalah barang berharga, kau tidak salah? Jika yang kau bicarakan adalah perhiasan berlian, mungkin aku bisa memakluminya."
"Akan tetapi, itu hanya sebuah foto usang yang sama sekali tidak ada harganya. Lebih baik cepat kau buang barang yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan dan juga cepat periksa semua dokumen ini! Dan harus selesai hari ini juga!"
Arthur menghempaskan kasar dokumen yang menumpuk di meja kerjanya. Dan ulahnya itu terang saja membuat beberapa dokumen tersebut berantakan, hingga ada sebagian yang jatuh berserakan di atas lantai.
Salsabila benar-benar merasakan kebencian yang luar biasa pada pria di depannya itu yang bersikap sangat arogan terhadapnya. Namun, dirinya mencoba bersabar dengan ulah Presdir baru itu saat mengingat pundi-pundi rupiah yang akan menggemukkan rekeningnya.
Sehingga dia memilih untuk bersikap sabar dan tidak terpancing emosi atas perbuatan atasannya. Karena menurutnya, ini lebih baik daripada dirinya harus mendapatkan pelecehan seksual seperti kemarin saat berada di Club'.
Akhirnya Salsabila mengambil nafas teratur untuk membuat emosinya yang memuncak menurun. Setelah berhasil menguasai dirinya, Salsabila mulai menjawab perintah dari Arthur.
"Baik Presdir, saya akan melaksanakan perintah dari Anda!"
Salsabila mulai membereskan barang-barangnya dan juga pecahan kaca dari bingkai fotonya. Namun, karena kurang berhati-hati, membuat tangannya terkena pecahan kaca tersebut. Dan seketika darah menetes dari tangannya yang tertusuk pecahan kaca.
Salsabila meringis kesakitan saat merasakan nyeri pada jarinya yang berdarah. "Aaaaaaarrrh ...."
Mendengar wanita yang tengah berjongkok itu berteriak, membuat Arthur langsung bangkit berdiri dan melihat apa yang terjadi pada wanita yang disebutnya tante cantik itu. Dirinya benar-benar terkejut saat melihat darah menetes dari jari telunjuk Salsabila, refleks dia pun ikut berjongkok di samping wanita yang tengah meringis kesakitan itu.
"Dasar bodoh, kenapa kau bisa se-ceroboh ini, hingga membuat tanganmu tertusuk pecahan kaca!" Arthur langsung mengangkat tangan Salsabila dan memasukkan jari telunjuk berdarah itu ke dalam mulutnya dan menghisap darahnya.
Salsabila membulatkan kedua matanya melihat perbuatan tiba-tiba dari pria di depannya yang menghisap jarinya yang berdarah. Menurutnya, tingkah Arthur terlihat seperti seorang drakula yang kelaparan menghisap darah.
Dia berusaha menarik jari tangannya yang masih berada di dalam mulut Arthur. Namun, pria itu menggenggam erat tangannya. Sehingga dirinya tidak bisa berbuat apa-apa. Untuk sesaat Salsabila mengamati wajah pria itu yang tampak jelas di posisi sedekat itu.
Wajah tampan dengan alis tebal, serta netra pekat dengan bulu mata lentik, dipadu padankan dengan hidung mancung dan bibir tebal, serta rahang yang tegas, membuat pahatan di depannya terlihat sempurna.
Salsabila menggelengkan kepalanya saat menyadari dirinya mulai terpesona dengan wajah tampan pria muda di depannya, hingga suara pria itu berhasil membuyarkan pikirannya.
"Apa kau mulai menyadari bahwa wajahku ini sangat tampan. Sehingga kau menatapku hingga tak berkedip seperti itu?" Arthur mulai mengangkat pandangannya yang semula menunduk ke arah Salsabila yang saat ini berada tepat di hadapannya.
Kini keduanya sama-sama saling bersitatap. Netra pekat Arthur menatap manik bening Salsabila yang hanya berjarak beberapa centi dari wajahnya. Suasana menjadi hening saat keduanya sama-sama tidak berkedip dan sama-sama mengagumi pahatan sempurna di depannya.
Tersadar dari perbuatannya, membuat Salsabila menetralkan nada suaranya dengan berdehem.
"Ehem ... sepertinya saya harus cepat melaksanakan perintah Anda, agar pekerjaan saya bisa cepat selesai."
Salsabila bangkit berdiri dan berniat mengambil dokumen yang ada di meja, lalu dirinya sedikit membungkuk untuk mengambil dokumen yang jatuh di lantai.
Namun, perbuatannya itu berhasil membuat Arthur terkejut, karena melihat paha putih Salsabila yang saat ini terekspose jelas saat membungkuk. Karena wanita itu mengenakan rok selutut dengan belahan di tengahnya.
Arthur mencoba menetralkan kegugupannya dengan memalingkan mukanya menatap ke sembarang arah. "Apa kau selalu tampil seperti itu agar bisa menggoda para lelaki yang ada di kantor?"
Salsabila mengerutkan keningnya karena merasa tidak mengerti dengan perkataan ambigu dari pria di depannya.
"Maksud Presdir apa? Saya sama sekali tidak paham, lagipula buat apa saya menggoda semua lelaki di sini yang sama sekali bukan selera saya. Karena saya juga sudah mempunyai seorang kekasih. Dan saya juga akan menikah sebentar lagi, karena saya sangat mencintai kekasih saya."
"Jadi, Presdir jangan menuduh saya yang macam-macam! Kalau begitu saya permisi dulu!" Karena merasa sangat tersinggung dengan perkataan Arthur, membuat Salsabila menghentakkan kaki kanannya dan keluar dari ruangan tersebut.
Sedangkan Arthur dengan rahang mengeras dan tatapan tajam, mulai mengumpat di dalam hati.
Shit ... bisa-bisanya dia bilang semua laki-laki yang ada di sini bukan seleranya. Dia sama sekali belum mengenalku, aku adalah King Arthur sang Raja wanita. Tidak akan ada wanita yang berani menolakku, termasuk kamu Tante cantik. Aku akan segera mendapatkanmu, tidak akan kubiarkan ada laki-laki lain yang bisa memilikimu!
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 342 Episodes
Comments
DD😇
ADA RASA TP GA DIRASA.. APAKAH ITU🤗🤗🤗🤗💏
2021-09-03
1
Lalas Nuraida Nuraids
bener2 anaknya Abimana suka bertindak seenaknya , dan merebut perempuan yg disukai dari pacarnya....
2021-08-29
0
Lucki RM
tenang aja Salsabila ntar kalau udah nikah jangan kasih jatah seminggu
2021-06-28
1