Ada masanya luka akan sembuh dengan sendirinya. Bagi Bia luka itu sembuh dalam waktu tiga tahun lamanya. Ia butuh waktu untuk meyakinkan diri jika ia lebih kuat dari pada yang ia sadari.
Rutinitas pagi bagi seorang ibu dengan anak berusia dua tahun lebih selalu berkutat dengan memanaskan air mandi, menyiapkan pakaian anak dan sarapannya hingga tuntas, barulah Bia mengurus dirinya sendiri.
Kadang ia merasa beruntung telah di-drop out dari kampus, andai jika kegiatan pagi ini harus bercampur dengan kertas tugas dan soal ujian, beratnya melebihi menanggung sebuah gunung.
"Divan, sarapan dulu!" Bia selalu memanggil anak itu dengan lembut. Dibanding berteriak meminta anak kecil itu menghampiri, Bia lebih suka menuntunnya ke meja makan.
Divan menurut saja, ia simpan truk mainan merah yang ia sebut roggy ke rak mainan lalu mengikuti ibunya ke ruang tengah. Hanya ada sebuah meja kecil sebagai meja tamu serta meja makan di ruangan itu. Bia tidak memiliki banyak barang, selain tidak memiliki banyak uang, lumayan menghemat tempat agar Divan bisa bebas berlari.
"Divan makannya pelan-pelan, ya?" saran Bia. Ia selalu sengaja mendahulukan Divan agar tidak selalu memaksa anak itu untuk lebih cepat melakukan sesuatu. Sedikitnya Bia pernah memiliki cita-cita menjadi guru TK, ia mempelajari banyak hal tentang perkembangan anak. Usia Divan sekarang tidak memungkinkan ia bergerak lebih cepat dalam gerakan terkoordinasi karena motoriknya masih membutuhkan latihan.
Divan tentu sudah bisa makan sendiri. Karena itu Bia selalu menyediakan makanan sehat yang mudah ia sendok karena tangan Divan belum leluasa menggerakkan sendok. "Setelah ini Mama akan siap-siap dan Divan tunggu bermain dengan roggy lagi," jelas Bia memberi tahu apa yang harus dilakukan putranya.
Divan mengangguk. "Mama kerja, Divan di nenek," timpalnya mengerti apa yang akan ia lakukan hari ini. Ia sudah terbiasa berpisah dengan ibunya di pagi hari dan bermain dengan Mrs. Carol hingga bertemu dengan ibunya kembali di sore hari setiap hari kerja. Bia tidak mungkin membawa batita itu ke toko roti.
Bukan hal yang mudah untuk Bia lakukan berpisah dengan putranya setiap hari kerja. Namun ia tidak punya pilihan, gaji hasil kerjanya adalah ladang hidup mereka berdua. Ada dua perut yang harus diberi makan, tubuh yang harus berpakaian dan rumah yang harus disewa. Semua itu hanya bisa dibayar dengan keringat Bia sendiri.
Selesai siap-siap, Bia menenteng tas perlengkapan Divan di tangan dan menggendong tas kerja di punggung. Divan berjalan dengan hati-hati di depan. Ia sudah lihai menuruni tangga dengan berpegangan meski turun dengan kaki satu per satu, belum bisa bergantian.
"Mama, kucing," tunjuk Divan ketika menuruni tangga dan melihat seekor kucing di halaman. Bia tersenyum. Kucing itu tengah memakan sisa makanan yang dibuang seseorang sembarangan. "Kucing, naik rogy," ajak Divan sambil berlari menuju kucing itu. Namun binatang yang dimaksud malah berlari ketakutan. Terlihat wajah kesal Divan manyun dengan pipi tembam yang menggembung seperti bakpau.
"Rogy jelek. Kucing ndak mau!" protes Divan menyalahkan mobil pemadam mainan yang ada di tangannya. Bia tertawa melihat tingkah putranya. Anak itu kembali menghampiri Bia dan menarik tas perlengkapannya menuju rumah Mrs. Carol.
Seperti tidak sabaran, begitu berada di depan pintu, Divan berlari ke jendela dan mengintip dari sana. Bia mengetuk pintu, beruntung tidak lama Mrs. Carol membuka pintu. "Divan!" sapa Mrs. Carol melihat Divan menempelkan wajahnya ke kaca. Divan mendongak, wajahnya berseri lalu menghampiri Mrs. Carol sambil tertawa.
"Bia nitip Divan, Bu," izin Bia. Mrs. Carol mengangguk sambil meraih tas perlengkapan Divan yang sudah Bia siapkan. Di dalamnya ada susu formula, camilan serta mainan dan pakaian ganti. Enam bulan lalu saat usia Divan genap dua tahu, anak itu sudah berhenti minum ASI. Itu sedikit memberikan Bia waktu luang karena biasanya ia harus memompa ASI dan memasukannya ke dalam termos agar tidak basi.
Bia memeluk Divan beberapa menit sebelum pergi. Meski toko roti berada di seberang gang menuju apartemen kecil ini, tetap saja Bia selalu tidak tega meninggalkan putranya. Setelah menguatkan diri, Bia akhirnya pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
jadi anak yg kuat ya divan biar bisa jagain mamamu yg hebat.
2023-07-05
0
Enung Samsiah
kenpa nggk kontrakan aja tor, (apartemen)
2022-12-16
0
Najwa_auliarahma
Eeh ini rogy temen nya tayo bukan Thor 😂
2022-08-29
0