"Bu, saya sedang mencari tempat tinggal untuk disewakan." Bia mencabut sebuah kertas yang tertempel di tiang listrik ketika ia sedang menyusuri jalan tanpa arah tujuan. Kertas itu berisi iklan rumah petak yang hendak disewakan. Bia sempat ragu karena selama ia mencoba, hasilnya selalu sama. Mereka tidak mau menerima keberadaannya.
"Iya, ada tiga kamar kosong. Kamarnya memiliki kamar mandi sendiri dan dapur. Memang sedikit mahal tapi sangat nyaman," ungkap pemilik sewa rumah.
Bia mengangguk. Ia masih memiliki uang hasil dari asuransi sewa rumah dulu dan juga penjualan perhiasan. Hanya saja tentu itu harus dihemat.
Bia tidak tahu kapan akan mendapat pekerjaan. selain itu ... "Begini, Bu. Sebenarnya saya butuh tempat tinggal karena sedang mengandung. Hanya saja keadaan saya tidak memiliki suami," ungkap Bia. Bagaimanapun ia lebih baik jujur daripada ketahuan di akhir dan terusir saat kandungannya semakin membesar.
Ibu itu nampak kaget dengan pengakuan Bia. Ia menarik napas panjang sambil memperhatikan Bia dari ujung kaki hingga kepala. "Keluargamu dimana?" tanyanya. Bia menggigit bibirnya.
"Saya yatim piatu," jawab Bia. Mendengar itu, ibu tersebut memperlihatkan wajah iba. "Saya tahu perbuatan saya ini kotor. Jika ibu tidak bisa menerimanya, saya paham," ucap Bia dengan suara parau. Ia sudah bersiap meninggalkan tempat jika saja ibu itu tidak menepuk pelan lengannya.
"Kasihan sekali kamu, Nak. Laki-laki bodoh mana yang menyia-nyiakan wanita seperti ini? Apa ia tidak mau bertanggung jawab?" tanya ibu itu.
Bia menggeleng. "Saya tidak butuh tanggung jawabnya. Jika ia pria yang baik, ia tidak akan meninggalkan saya seperti apapun keadaan saya. Jika ia tidak bisa menjadi pria yang baik, ia tidak pantas menjadi ayah bagi anak saya, Bu," jawab Bia begitu mantap.
Tidak tahu berapa banyak koran, majalah hingga layar televisi ia tidak hiraukan agar tak terpengaruh oleh berita kencan Dira dengan Cloe. Biarlah pria itu pergi, itu urusannya. Anak ini adalah urusan Bia.
Ibu itu terlihat kagum dengan ketegaran Bia. Ia menatap hangat gadis itu. "Saya memiliki seorang putri. Namun ia sudah meninggal dua tahun yang lalu. Ia diperkosa dan dibunuh. Hingga sekarang, pelakunya belum juga ditemukan," cerita Ibu itu.
Ada desiran dalam hati Bia. Ternyata hidup orang lain sama sulit dengannya. "Jika kau butuh tempat berlindung, aku akan menerimamu," ucap Ibu itu.
Bia terdiam. Ia tidak percaya masih ada orang yang mau menerimanya. "Apa Ibu tidak takut saya akan mengotori rumah ibu?"
Ibu itu menggeleng. "Apa yang kamu lakukan memang salah. Namun kamu bisa menebus kesalahanmu. Anak dalam kandunganmu makhluk yang suci. Ia tidak pantas mendapat hukuman yang sama dengan apa yang harus kamu terima. Cukup saja bersikap baik selama tinggal di sini," jelas Ibu itu.
Ia mengantar Bia pada kamar kosong di lantai dua. Kamarnya lumayan luas karena ada kamar tidur, kamar mandi dan juga dapur. Cukup bagi Bia untuk tinggal sendiri dan membesarkan bayinya.
"Terima kasih, Bu," ucap Bia ketika ia mulai menyimpan kopernya di kamar. Belum ada kasur di sana, Bia akan mencoba menghubungi Pak Ernest untuk membantu mengirim barang di rumah dulu.
"Panggil aku Mrs. Carol. Aku tinggal di bangunan bawah bersama suamiku."
Bia mengangguk. Setelah itu Mrs. Carol meninggalkannya untuk mengambil kunci ruangan. Bia memperhatikan sekeliling kamar itu lalu mengusap perutnya. "Bagaimana? Apa kau suka?" tanya Bia pada bayi dalam kandungannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 257 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
untunglah masih ada orang baik.
2023-07-05
0
Rizkha Nelvida
dibalik kesusahan,masih ada kebaikan,,,🥺
2022-10-31
0
Najwa_auliarahma
ini latar tempat nya dimana sih Thor, di Indonesia apa luar negeri 🤔
2022-08-29
0